Charles Leiper Grigg, pemilik The Howdy Corporation yang berbasis di St. Louis merupakan penemu minuman ini.[1] Mulanya produk ini dipasarkan sebagai soda kesehatan bernama "Bib-Label Lithiated Lemon-Lime Soda" di tahun 1929,[2] dengan mengandung litium sitrat yang mampu menghilangkan stres (hingga 1948).[3][4] Namanya kemudian diperpendek menjadi "7 Up Lithiated Lemon Soda", sebelum menjadi "7 Up" saja di tahun 1936.[5] Kurang jelas sebenarnya apa arti dari angka "7" dalam nama barunya,[6] dimana ada yang berpendapat diambil dari 7 bahan utama dari produk ini,[7][8]massa atom litium yang sebesar 7,[9] atau kemasannya yang berupa botol 7 ons.
Hingga tahun 1978 7 Up diproduksi oleh perusahaan milik keluarga Grigg, yang kemudian menjualnya ke perusahaan rokok Philip Morris. Di tahun 1986, Philip Morris memecah produksi 7 Up menjadi dua, dimana untuk pasar internasional dijual kepada PepsiCo (sampai saat ini),[10] sedangkan untuk pasar AS dilepas kepada perusahaan investasi Hicks & Haas.[11] Lalu, produsen 7 Up di AS melakukan merger dengan produsen Dr Pepper di tahun 1988, yang selanjutnya diakuisisi oleh Cadbury Schweppes di tahun 1995. Perusahaan makanan tersebut lalu melakukan spin-off perusahaan minumannya ke dalam Dr Pepper Snapple Group, yang setelah merger lagi dengan Keurig Green Mountain di tahun 2018 menjadi Keurig Dr Pepper.
7 Up di Indonesia
Sebelum diakuisisi oleh PepsiCo, pembotolan 7 Up di Indonesia dilakukan perusahaan yang berbeda dengan pembotol Pepsi. Produsen pertamanya adalah PT Perusahaan Limun Indonesia (PLI), joint venture antara Fraser and Neave/F&N (40%)[12] dan PT Perusahaan Bir Indonesia sebagai pemegang lisensi.[13] F&N sendiri memberikan bantuan teknis bagi operasional perusahaan baru ini,[14] dengan pabriknya berada di Tangerang dan Surabaya.[15] Pada tahun 1986 PT PLI tercatat menjual 60.000 peti minuman botol 7 Up perbulan dan juga menjual versi kaleng. Selain perusahaan tersebut, ada juga PT Trans Toba Asia Bottling yang berbasis di Medan sebagai pemegang lisensi produksi 7 Up untuk wilayah Sumatera Utara.[16] Perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh PT Pabrik Es Siantar (yang lebih dikenal sebagai produsen minuman soda Cap Badak) pada Agustus 1988.[17]
Dalam perkembangannya hak produksi 7 Up untuk pasar di luar AS diakuisisi oleh PepsiCo, sehingga produksi 7 Up di Indonesia dialihkan ke perusahaan pembotol Pepsi. Khusus di Sumatera Utara, mengingat PT Pabrik Es Siantar sejak tahun 1982 sudah menjadi pembotol Pepsi, maka produksi 7 Up tetap dilanjutkan oleh perusahaan tersebut sejak Desember 1988 hingga beberapa tahun kemudian.[18] Sedangkan hak produksi Pepsi (dan "saudara"-nya seperti Mirinda dan Mountain Dew) di pulau Jawa ada pada PT Pancaran Citra/PT Mantrust Beverages milik grup Mantrust,[19][20][21] namun akibat kebangkrutannya di awal 1990-an, PepsiCo mengalihkannya kepada Grup Salim mulai Oktober 1993.[22] Sebagai bagian kerjasama keduanya, di tanggal 22 Desember 1993 berdiri PT Pepsi-Cola Indobeverages yang dipegang Salim (lewat PT Gapura Usahatama) 51% dan PepsiCo (lewat Seven Up Netherlands B.V.) 49%.[23] Perusahaan ini kemudian menjadi produsen baru 7 Up di Indonesia.
Pada tanggal 12 September 2013, 49% saham PepsiCo di PT Pepsi-Cola Indobeverages diakuisisi oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage/IASB dan PT Asahi Indofood Beverage Makmur/AIBM (perusahaan patunganIndofood CBP-Asahi Breweries) dalam transaksi bernilai US$ 30 juta,[24] yang diiringi pergantian namanya menjadi PT Prima Cahaya Indobeverages. Lalu pada 29 Juni 2018, perusahaan tersebut dimerger bersama dengan PT IASB dan PT Buana Distrindo ke dalam PT AIBM, pasca-pelepasan saham Asahi.[25] Hal ini membuat produksi Pepsi, 7 Up, Mirinda dan produk lainnya beralih ke PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (nama baru AIBM). Namun, semakin lama nampak pemasaran produk-produk PepsiCo di Indonesia kurang diseriusi oleh Indofood dengan produk-produknya banyak menghilang di pasaran.[26] Akhirnya, mulai 10 Oktober 2019, kontrak antara PT Anugerah Indofood Barokah Makmur dengan PepsiCo berakhir sehingga semua produk minuman dari PepsiCo berhenti dijual di Indonesia.[27]