WretikandayunSang Wretikandayun (Sunda: ᮝᮢᮤᮒᮤᮊᮔ᮪ᮓᮚᮥᮔ᮪) atau Maharaja Suradarma Jayaprakosa adalah Raja Kerajaan Kendan. Bliau Merupakan keturunan Raja Medang Kamulan[1]kemudian raja pertama Kerajaan Galuh yang memerintah tahun 612–702 M.[2] Sang Wretikandayun memerdekakan Kerajaan Galuh tahun 670, saat Sri Maharaja Tarusbawa mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda, setelah menerima tahta dari Linggawarman.
Asal UsulWretikandayun adalah cicit dari pendiri Kerajaan Kendan yang bernama Maharesiguru Manikmaya. Maharesiguru Manikmaya adalah pemuka agama Hindu yang berasal dari Keluarga Calankayana, India. Maharesiguru Manikmaya menikah dengan Dewi Tirtakencana anak dari Maharaja Suryawarman, Raja dari Kerajaan Tarumanagara. Setelah menikah, Maharaja Suryawarman memberikan tanah beserta tentara kerajaan yang lengkap kepada Manikmaya di area Perbukitan Nagreg Kendan di Bandung yang kemudian menjadi Kerajaan Kendan (Kerajaan Kecil dibawah naungan dan wilayah Kerajaan Tarumanagara). Silsilah :
BiografiNamanya Wretikandayun putra Raja Kandiawan putra Raja Putra Suraliman putra Raja Maha Guru Manikmaya. Wretikandayun (nama masih kanak-kanak sang Amara), Raden Daniswara (dani = kerbau) lahir 0513 Caka (0619 Masehi), usia 21 – 111 tahun. Dari garis ibu, Buyutnya raja Maharesiguru Manikmaya adalah menantu Maharaja Suryawarman, penguasa ke-7 Tarumanagara (535-561 M), menikahi Dewi Tirtakancana, putrinya. Istrinya, Dewi Manawati (nama kanak-kanak) atau Manakasih atau Pwahaci Bungatak Mangale‑ngale (nama remaja) dan gelar Prameswari Déwi Candrarasmi putri Resi Makandria. Pernikahanya melahirkan 3 orang Putra, yaitu:
Kerajaan Galuh dan PemerintahannyaSang Kandiawan, ayah Sang Wretikandayun, menjadi raja Kendan hanya 15 tahun (597-612 M). Sang kandiawan menyebut dirinya dengan gelar Rahiyangta Dewaraja, dan ketika menjalankan hidup sebagai rajaresi ia bergelar Rahiyangta di Medang jati atau terkenal juga dengan nama Sang Layu Watang. Dialah yang membuat Sanghiyang Watang Ageung. Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan menggantikan ayahnya pada 23 Maret 612 M, pada usia 21 tahun. Dan setelah menjadi raja Wretikandayun tidak berkedudukan di di Kendan atau di Medang Jati, tidak juga di Menir. Tetapi ia mendirikan pusat pemerintahan (ibu kota) baru, yang kemudian diberi nama Galuh (permata). Dan ketika tahta kerajaan Tarumanagara jatuh kepada Sri Maharaja Tarusbawa dari Sundasambawa, pada tahun 669 M, menantu raja terakhir Tarumanagara, Linggawarman yang kemudian mendirikan Kerajaan Sunda, Maharaja Sang Wretikandayun yang waktu itu berumur 78 tahun kemudian memerdekakan diri (merdeka), dan wilayah Tarumanagara di bagi 2, dengan perbatasan Sungai Citarum. Sri Maharaja Tarusbawa berkuasa di barat Sungai Citarum, sedang Maharaja Suradarma Sang Wretikandayun sebelah timurnya.[5] Dengan demikian tahun 669 M, dianggap sebagai awal dari Kerajaan Galuh yang mandiri. Sang Wretikandayun berkuasa di Kerajaan Galuh pada tahun 534-592 Saka (612/3-670/1 Masehi), lamanya 58 tahun, sebagai ratu wilayah di bawah kerajaan Tarumanagara. Pada tahun 592-624 Saka (670/1-702/3 Masehi), selama 32 tahun sebagai raja Kerajaan Galuh merdeka. Dalam Carita Parahiyangan ditegaskan Kerajaan Galuh didirikan oleh Sang Wretikandayun, baginda berkuasa 90 tahun.[6] Suksesi GaluhPada tahun 695 M, Rahyang Mandiminyak, Putra mahkota Galuh menikahi Dewi Parwati, anak Ratu Sima dengan Kartikeyasinga raja Kalingga kediri yang berkedudukan di Jawa tengah karena itulah Mandiminyak tinggal di Kalingga menjadi penguasa Kalingga Utara. Pada tahun 702 M Rahiyang Mandiminyak menerima tahta Kerajaan Galuh menggantikan ayahnya Wretikandayun yang berkuasa selama 90 tahun, sehingga Rahiyang Mandiminyak berkuasa di dua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Galuh (di Tatar Sunda). Posisi Rahiyang Mandiminyak sangat kuat sekali, dan pada tahun 703/704 M, Mandiminyak menjodohkan cucunya, Sanjaya, Rakai Mataram putra Bratasenawa putra Mandiminyak, dengan Dewi Sekar Kancana (Teja Kancana Ayupurnawangi) putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja Tarusbawa. Cucu mantu Raja Sunda, Sanjaya, Rakai Mataram berkedudukan di Pakuan Bogor. Meninggalnya Pendiri GaluhMaharaja Suradarma Jayaprakosa Sang Wretikandayun mangkat selaku rajaresi (pemimpin negara dan agama) di Menir (Rahyang Ta di Menir)[7] dalam usia 111 tahun pada taun 0624 Caka (727) Masehi. Rujukan
|
Portal di Ensiklopedia Dunia