Wlingi laut
Wlingi laut (Cyperus malaccensis) atau juga disebut bundung adalah salah satu jenis rumput yang hidup di rawa-rawa, termasuk anggota suku Cyperaceae. Tumbuhan ini merupakan gulma sekaligus penghasil bahan anyaman dan tali. Nama-nama lokalnya, di antaranya, bunjung (Mly.);[3] bundung (Banj.); darèngdèng (Sd.); kědot, sukĕt dĕm (Jw.); nanaiang wolangitan (Sangihe); paya-paya (Mongondow); péa-péa (Goront., Buol, Palu).[4] Juga, kumbu (kumbuh ?) (Sum.); rumput kuluwing (Sulw.); dan geida (Papua)[3] PengenalanTerna menahun yang banyak bertaruk, tinggi 60-175 cm, dengan geragih lunak berwarna pucat yang tertutupi oleh sisik-sisik besar bundar telur yang melekat erat, seperti membran, kecokelatan gelap; geragih mengeras menjadi rimpang yang mengayu, cokelat gelap dan bercabang banyak. Batang berambut rapat, kokoh, tengahnya seperti spons, menyegitiga tajam terutama di bagian atas hingga hampir bersayap dengan dinding-dinding mencekung, halus, garis tengah lk 12(-15) mm. Daun-daun jarang; daun di bagian bawah batang yang berbunga tereduksi menjadi pelepah tanpa helai daun (lk. berupa seludang), abu-abu kehitaman, intinya serupa spons; daun yang lebih atas dengan pelepah hingga 20 cm, dan helaian daun yang amat pendek; daun teratas dengan pelepah mencapai setengah panjang batang; daun pada batang steril bentuk garis, lebar 5-10(-18) mm, meruncing tiba-tiba, kasar di bagian atas. Perbungaan di pucuk, majemuk, serupa payung, biasanya lebih lebar daripada panjang, kadang-kadang sangat rapat, hingga 10 × 15 cm; dengan 2-4 daun pelindung yang pipih menyerupai daun, dengan ujung yang tiba-tiba meruncing, ujungnya beralur, kasar, jauh lebih panjang dari perbungaan, sisi atasnya hijau mengilap, sisi bawah abu-abu, 10–30 cm × 8–15 mm.[5] Bulir bunga majemuk bulat telur lebar, dengan tangkai licin. Spikelet 6-12 buah, duduk menurut bulir, seperti garis, sering agak melengkung, hampir bulat buluh, 1–3 cm × 1¼-1¾ mm, berisi 16-20(-40) kuntum bunga. Buah bulir menyegitiga, lonjong sempit, agak memipih di sisi dorsal, sedikit memucuk, cokelat gelap hingga hitam, 1¾-2 × ½ mm.[3] Agihan dan ekologiWlingi laut menyebar luas di belahan bumi timur; mulai dari Mesopotamia, India, hingga Cina Selatan, Australia bagian utara dan Polinesia.[3] Umum didapati di seluruh kawasan Malesia; di Indonesia didapati di semua wilayah kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku.[5] Rumput ini tumbuh di lahan-lahan basah, biasanya di mana terdapat pengaruh air asin atau air payau; mengkoloni kuala yang melumpur, paparan lumpur, atau paparan pasir di muka pantai; acap kali ditemukan melimpah.[3] Wlingi laut sering membentuk vegetasi tepi yang rapat, di perairan payau atau di belakang pantai; juga di persawahan pasang-surut, di mana rumput ini berpotensi menjadi gulma, meskipun tergolong gulma minor.[5] ManfaatBatangnya dipakai untuk pembuatan tikar-tikar murah dan tali,[4] dan juga dianyam menjadi keranjang dan sandal rumah.[5] Batang-batang bundung dipotong tatkala mulai berbunga. Setelah salah satu sudutnya yang tajam dibuang, batang-batang itu dijemur di bawah matahari selama tiga hari. Dan sesudah diinapkan semalam, batang-batang itu dilembutkan serta diratakan dengan menggosoknya dengan sepotong bambu. Baru kemudian bahan itu dianyam untuk membuat tikar; di wilayah Batang tikar ini dikenal sebagai tikar got. Namun kualitas tikar ini kalah jika dibandingkan dengan tikar purun danau. Batang wlingi laut yang segar digunakan sebagai tali pengikat di pasar-pasar tradisional di Jakarta.[4] Catatan kaki
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Cyperus malaccensis.
|