Waruk adalah desa yang berada di kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.
Sejarah
Sejarah desa Waruk tidak bisa dilepaskan dari sejarah dakwah Kanjeng Sunan Giri Gresik. Hal ini karena Kanjeng Sunan berperan penting atas berdirinya pemukiman/desa-desa di daerah Bonorowo alias Bengawan njero yang merupakan daerah air yang membentang dari ujung timur kabupaten Lamongan ke barat sampai dengan sebagian wilayah kecamatan pucuk dan sekitarnya. Adapun ke Utara sampai pada daerah tanggul Bengawan Solo Daerah kecamatan Karanggeng
Daerah Waruk dan sekitarnya ini merupakan daerah rawa yang sangat luas dan belum ada desa atau penduduk. Saat perjalanan dakwah ke daerah Utara, Kanjeng Sunan Giri beserta para santri naik perahu dari Kali Lamong masuk daerah Bengawan njero. Di tengah perjalanan Kanjeng Sunan Giri dan rombongan menemukan gundukan tanah yang di tengah rawa Bengawan njero yang kemudian dijadikan tempat istirahat. Setelah beberapa saat dan bermalam istirahat di dataran gundukan tengah rawa tersebut beliau berniat melanjutkan perjalanan ke arah utara. Ketika akan berangkat itulah beliau menyampaikan kepada para santri pengikutnya ingin ngicir santri untuk tinggal di daerah itu karena kelak akan menjadi pemukiman yang padat dan berkembang di daerah rawa/bonorowo.
Pada masa berikutnya beliau benar-benar ngicir santri 3 pasang atau 6 orang di gundukan tanah tengah rawa itu yang kelak di sebut dengan nama desa Waruk dari bahasa Arab Wira'i. Desa ini secara kontruk tanah memang lebih tinggi daripada desa disebelah barat, timur dan selatannya. Ini terlihat saat musim banjir, dimana desa di daerah barat seperti bojoasri, gambuhan, tower dan sekitar tenggelam lebih dalam dari desa Waeuk. Namun pada tahun 2000an setelah adanya pembangunan besar-besaran jalan poros desa terlihat sama tingginya dengan desa lain di sekitar.
Perjalanan Kanjeng Sunan dakwah ke Utara sampai juga di daerah angker terpencil yang kelak menjadi Dusun Simo yang artinya Isine Agomo. Di dataran gundukan tanah ini beliau istirahat sholat ashar. Setelah beberapa saat beliau melanjutkan perjalanan ke Utara. Sebelum berangkat beliau menyampaikan pada para santri beliau bahwa beliau meninggalkan terompa (sandal kayu) di tempat itu, yang kelak menjadi Pondok Matholiul Anwar yang didirikan oleh KH. Soefyan Abdul Wahab yang merupakan Cicit dari K. Rosyidin (orang asli Desa Waruk yang hijrah ke Banjarmadu).
Kanjeng Sunan Giri melanjutkan perjalanan ke Utara ke daerah sepi dan singgah di daerah itu yang di kemudian hari disebut Desa Kaligerman. Sama dengan desa Waruk, daerah itu diiciri santri untuk tinggal di sana.
Sejarah desa Waruk ini akan menyambung dan berhubungan dengan pusaka daerah kabupaten Lamongan berupa pisau tanpa warangka dan Genuk/wadah air yang di kemudian hari menjadi bagian dari lambang kabuupaten Lamonga.[1]
Perbatasan
Referensi
- ^ Junaidi, Mahbub (17 Agustus 2021). "Cerita pitutur sesepuh desa".