Pengunduran diri massal Kabinet Gotabaya Rajapaksa Kedua
Serangkaian serangan terkoordinasi terhadap pengunjuk rasa oleh massa Pro-Rajapaksa yang mengakibatkan serangan balasan oleh pengunjuk rasa terhadap properti loyalis Rajapaksa dan anggota Parlemen lainnya
Anggota Parlemen Sri Lanka Amarakeerthi Athukorala[11] dan pengawalnya meninggal[b][4] Ketua Imaduwa Pradeshiya, A.V. Sarath Kumara terbunuh[12] 1 polisi tewas,[13] 24 terluka [14]
Unjuk rasa Sri Lanka 2022 (bahasa Sinhala: ශ්රී ලාංකික විරෝධතා; bahasa Tamil: இலங்கையின் மக்கள் போராட்டம்) juga dikenal sebagai Revolusi Kekuatan Rakyat 2022 adalah serangkaian protes yang sedang berlangsung oleh berbagai pengunjuk rasa non-partisan, terutama masyarakat umum dan partai politik oposisi terhadap pemerintah presiden Gotabaya Rajapaksa, yang dituduh salah urus ekonomi Sri Lanka.
Latar belakang
Berbagai kesalahan keputusan moneter mengakibatkan krisis ekonomi dengan inflasi yang parah, pemadaman harian hingga 10 jam, kekurangan bahan bakar dan banyak barang penting lainnya. Tuntutan utama para pengunjuk rasa adalah agar pemerintah yang dijalankan oleh keluarga Rajapaksa segera mengundurkan diri, membuka jalan bagi penguasa demokratis yang benar-benar baru.[8][15] Sebagian besar pengunjuk rasa tidak bersekutu dengan partai politik mana pun, dan beberapa bahkan menyatakan ketidakpuasan dengan oposisi parlementer saat ini. Para pengunjuk rasa biasanya meneriakkan slogan-slogan seperti "Pulang Gota", ''Pulang Rajapaksa''.[16][17] Protes sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum termasuk guru, mahasiswa, dokter, perawat, profesional IT, petani, pengacara, aktivis sosial, olahragawan, insinyur, dan beberapa petugas polisi tanpa afiliasi politik langsung dengan sebagian besar pemrotes menganggap diri mereka apolitis.[18][19] Beberapa protes telah dilakukan oleh individu-individu yang memiliki koneksi politik dan partai politik tetapi kemudian runtuh karena kurangnya dukungan. Populasi pemuda Sri Lanka telah memainkan peran utama dalam membawa protes di Galle Face Green, meneriakkan slogan-slogan seperti "Anda telah mengacaukan generasi yang salah" dan "Jangan bermain-main dengan masa depan kita".[20][21][22][23]
Para pengunjuk rasa menargetkan anggota keluarga Rajapaksa dan politisi pemerintah. Pemerintah sebagai pembalasan menggunakan metode otoriter seperti menyatakan keadaan darurat yang memungkinkan militer untuk menangkap warga sipil, memberlakukan jam malam, membatasi media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, Viber dan YouTube, menyerang pengunjuk rasa dan jurnalis, dan menangkap aktivis online.[24][25][26] Langkah-langkah ini meningkatkan ketidaksukaan rakyat terhadap pemerintah, dan diaspora Sri Lanka juga memulai demonstrasi menentang penindasan hak asasi manusia.[27][28] Pemblokiran media sosial juga menjadi bumerang karena penggunaan VPN yang berlebihan oleh orang-orang Sri Lanka menyebabkan tagar seperti #GoHomeRajapaksa dan #GoHomeGota menjadi tren di negara-negara seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman. Selain itu, Komisi Hak Asasi Manusia Sri Lanka mengutuk tindakan tersebut dan memanggil pejabat yang bertanggung jawab atas pemblokiran dan pelecehan terhadap pengunjuk rasa.[29][30]
Kronologi
April
Keadaan darurat diumumkan
Pada tanggal 1 April, Rajapaksa mendeklarasikan keadaan darurat.[31] Kondisi "jam malam" diberlakukan selama 36 jam.[32] Kondisi ini sangat mempersulit rakyat Sri Lanka, karena rakyat Sri Lanka juga sedang mengalami berbagai krisis kekurangan bahan makanan serta bahan bakar, dan listrik pun kurang tersedia.[33] Pengumuman kondisi "jam malam" ini membuat banyak kepanikan terjadi di masyarakat, dimana terjadi pembelian secara panik di berbagai pasar dan toko. Para pembeli di berbagai toko ini meneriakkan slogan-slogan anti pemerintahan Rajapaksa saat sedang mengantri untuk membeli keperluan mereka. Banyak orang juga terpaksa tidur di jalan karena tidak memiliki waktu untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.[34][35]
Pengunduran diri dari kabinet
Pada tanggal 3 April, ke-26 anggota kabinet Rajapaksa Gotabaya Kedua kecuali Perdana Menteri Rajapaksa mengundurkan diri secara massal. Namun, para kritikus mencatat bahwa pengunduran diri itu tidak sah karena mereka tidak mengikuti protokol konstitusional dan dengan demikian menganggapnya sebagai "palsu",[36][37][38] dan beberapa di antaranya dipekerjakan kembali di kementerian yang berbeda pada hari berikutnya.[39] Kepala pemerintahan cambuk Johnston Fernando bersikeras bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apapun meskipun seruan luas dari pengunjuk rasa, oposisi, dan masyarakat umum.[40]
Pemblokiran media sosial
Pada tanggal 3 Mei, atas perintah dari Kementerian Pertahanan, Komisi Regulasi Telekomunikasi Sri Lanka melakukan pemblokiran terhadap Whatsapp, Telegram, Facebook, Twitter, dan YouTube.[41] Komisi utilitas di Sri Lanka meminta pemblokiran diakhiri karena mereka tidak dapat menginformasikan pemadaman listrik tanpa adanya media sosial.[42] Pemblokiran media sosial diakhiri 15 jam setelah dimulai.[43]
Mei
Pada tanggal 5 Mei, para demonstran memulai kegerakan 'HoruGoGama' (Pulang ke rumah, desa maling!). Polisi dan aparat berusaha membubarkan demonstrasi dengan menggunakan water cannon dan gas air mata. Polisi menggunakan water cannon untuk merusak tenda yang digunakan oleh para demonstran.[44][45]
Pada tanggal 6 Mei, Presiden Gotabaya Rajapaksa menyatakan keadaan darurat untuk kedua kalinya.[46]
Pada tanggal 9 Mei, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri dari jabatannya. Mahinda dikritisi dengan sangat berat karena dikenal sering melakukan kekerasan terhadap masyarakat.[47] Walaupun Mahinda mengundurkan diri, kekerasan dan protes terus berlanjut. Para demonstran juga melakukan pengrusakan terhadap berbagai monumen dan berbagai rumah dari keluarga Rajapaksa. Museum milik keluarga Rajapaksa dibakar, berbagai monumen dari keluarga Rajapaksa dihancurkan, dan patung lilin dari orangtua Rajapaksa dihancurkan.[48] Rumah keluarga Rajapaksa di daerah Kurunegala dihancurkan.[49] Polisi menggunakan gas air mata untuk melawan para demonstran.[50]
Pada tanggal 11 Mei, pemerintah Sri Lanka memerintahkan militernya untuk "tembak di tempat" bagi seluruh demonstran. Militer diberikan kuasa untuk menahan siapapun selama 24 jam sebelum harus diserahkan kepada polisi Sri Lanka. Militer dan polisi diberikan kuasa untuk menggeledah properti pribadi.[51] Banyak masyarakat yang khawatir apakah situasi ini akan membuat menjadi diadakan keadaan darurat, namun ini ditolak oleh militer Sri Lanka.[52]
Juni
Menteri keuangan Basil Rajapaksa mengundurkan diri dari jabatannya, dan menyatakan bahwa dinasti Rajapaksa tetap akan mempengaruhi politik Sri Lanka meskipun tidak memiliki jabatan apapun.[53]
Saat tim cricket dari Australia berkunjung ke Sri Lanka, masyarakat yang kehabisan gas LPG datang ke stadion dengan membawa tabung gas yang kosong, dan mengklaim tidak akan pulang sampai pemerintah memberikan tabung gas yang baru bagi mereka.[54] Polisi dan tentara melakukan pembubaran dengan paksa, dan para stasiun televisi yang melakukan penayangan dipaksa untuk tidak menayangkan para demonstran ini.[55]
Juli
Hirunika Premachandra, salah satu anggota parlemen Sri Lanka, ditangkap karena melakukan unjuk rasa dekat rumah kediaman Presiden Rajapaksa.[56] Penangkapan dari Premachandra membuat aksi protes kembali, yang ditanggapi polisi dengan kekerasan dan gas air mata.[57]
9 Juli: Serbuan ke Istana Presiden
Pada tanggal 9 Juli 2022, Gotabaya Rajapaksa, presiden Sri Lanka, melarikan diri dari tempat tinggal resminya karena banyaknya demonstran yang berdemonstrasi menuntut Rajapaksa untuk mengundurkan diri. Di hari yang sama, para demonstran dapat menyerbu ke dalam kediaman resmi Rajapaksa, meskipun polisi berusaha membubarkan dengan paksa dengan barikade dan dengan tembakan gas air mata.[58][59] Demonstran juga berhasil memasuki rumah resmi dari Perdana Menteri.[60] Perdana Menteri sementara Ranil Wickremesinghe menyatakan siap untuk mengundurkan diri dari posisinya.[61] Polisi Sri Lanka melakukan kekerasan pemukulan terhadap para demonstran di sekitar kediaman Perdana Menteri, termasuk kepada jurnalis yang sedang meliput.[62]
Pada tanggal 10 Juli 2022, Istana Presiden Sri Lanka dijadikan sebagai objek wisata oleh masyarakat, dimana masyarakat melakukan piknik, mengkonsumsi alkohol, serta berenang di istana tersebut.[63] Sampai kepada tanggal 10 Juli, keberadaan Rajapaksa tidak diketahui.[64] Kantor berita BBC melaporkan bahwa Rajapaksa ada di sebuah kapal perang milik Angkatan Laut Sri Lanka.[65]
Pada tanggal 13 Juli, Presiden Rajapaksa dan istrinya, bersama 2 orang ajudannya telah melarikan diri ke Maladewa, yang dilanjutkan dengan penerbangan dengan ke bandara Changi di Singapura. Presiden Rajapaksa menggunakan pesawat dari Angkatan Udara Sri Lanka saat melarikan diri ke Maladewa.[66]
Pada tanggal 14 Juli, demonstran mengundurkan diri secara damai dari semua bangunan yang mereka kuasai.[67] Kantor berita Reuters menyampaikan bahwa Presiden Rajapaksa telah mengundurkan diri melalui surat elektronik yang dikirimkan.[68][59]
15 Juli: Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri
Pada tanggal 15 Juli, secara resmi diumumkan bahwa Presiden Gotabaya Rajapaksa telah mengundurkan diri. Ranil Wickremesinghe akan diangkat sebagai Pelaksana tugas Presiden selama satu minggu.[69]
Catatan
^3 ditembak mati oleh polisi, 1 ditembak mati oleh anggota Parlemen Sri Lanka, Amarakeerthi Athukorala, 2 meninggal karena sebab lain
^Hal ini diperdebatkan jika mereka dibunuh oleh massa atau jika keduanya bunuh diri
^"4 new Ministers sworn in". www.dailymirror.lk (dalam bahasa English). Diakses tanggal 4 April 2022.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)