Ular belerang[2] atau ular laut berperut kuning (Hydrophis platurus), atau dalam bahasa Inggris disebut yellow-bellied seasnake, adalah spesies ular laut dan sekaligus ular yang memiliki wilayah sebaran paling luas di dunia. Sebaran geografis asli ular ini meliputi seluruh lautan di dunia, kecuali Samudra Atlantik. Selama bertahun-tahun, ular ini diklasifikasikan sebagai spesies tunggal dari genus Pelamis, tetapi bukti molekular terbaru mengindikasikan bahwa ular ini lebih tepat diklasifikasikan ke dalam genus Hydrophis.
Taksonomi
Pada tahun 1766, Carolus Linnaeus mempublikasikan deskripsi asli mengenai ular laut berperut kuning, yang diberi nama ilmiah Anguis platura (Anguis bermakna "ular"). Pada tahun 1803, ilmuwan François Marie Daudin membuat nama genus baru, Pelamis dan mengklasifikasikan ular ini sebagai spesies dari genus tersebut, dengan nama Pelaamis platuros. Pada tahun 1842, ilmuwan bernama Gray mendeskripsikan apa yang dia yakini sebagai spesies baru dan menyebutnya Pelamis ornata (selanjutnya, P. ornata menjadi sinonim dari P. platura). Nama genus Pelamis berasal dari bahasa Yunani kuno yang bermakna "ikan tuna", yang mungkin merujuk pada habitat atau apa yang dimakan oleh ular ini menurut Daudin. Nama spesifiknya, platurus, adalah kombinasi dari dua kata Yunani kuno platys="pipih" and oura="ekor", mengacu pada ekornya yang pipih. Kata Pelamis adalah kata benda bentuk feminin untuk ikan tuna muda atau kecil. Pada tahun 1872, ilmuwan Ferdinand Stoliczka memperkenalkan nama ilmiah Pelamis platurus (nama ilmiah ini masih dugunakan oleh sebagian besar ilmuwan hingga sekarang), tetapi menggunakan akhiran yang tidak benar, "-us", alih-alih menggunakan "-a" yang merupakan bentuk feminin.[3] Beberapa contoh baru-baru ini ada dari para ilmuwan yang mulai menggunakan nama ilmiah yang benar secara gramatikal, Pelamis platura, misalnya, Bohme (2003) dan Reptile Database dengan halaman berjudul Pelamis platura (Linnaeus, 1766), yang mencakup berbagai sinonim dari nama-nama ilmiah yang berbeda yang telah digunakan semagai nama ilmiah untuk ular laut berperut kuning.[1] Aturan yang sama berlaku untuk nama taksonomi terbaru ular ini, Hydrophis platurus.
Deskripsi fisik
Ular laut berperut kuning, sesuai dengan namanya, memiliki pola dua-warna yang khas dengan warna kuning pada bagian bawah tubuh dan warna hitam kecokelatan, membuatnya mudah dibedakan dari spesies ular laut lainnya. Ular laut berperut kuning, seperti halnya jenis ular laut lainnya, teradaptasi sepenuhnya untuk menjalani seluruh hidupnya di dalam laut: kawin, makan, dan melahirkan anak (ovovivipar). Adaptasi terhadap kehidupan akuatik meliputi mengecilnya ukuran sisik ventral (bagian bawah tubuh), tubuh yang terkompresi secara lateral dan ekor pipih untuk berenang,[4][5] lubang hidung yang berkatup dan katup palatine seal untuk mencegah masuknya air laut, dan pertukaran udara pada kulit untuk memperpanjang waktu menyelam.[5][6][7] Spesies ini mampu menyerap hingga 33% kebutuhan oksigen melalui kulitnya saat menyelam dan berenang di permukaan air.[8] Ular laut juga memiliki kelenjar garam khusus yang terletak di rahang bawah yang sebelumnya diyakini kegunaannya untuk menyaring garam dari air laut di sekitarnya,[9] tetapi telah diketahui bukan digunakan untuk tujuan tersebut, karena ular laut hanya meminum air tawar.[10]
Penyebaran dan habitat
Ular laut berperut kuning adalah salah satu jenis ular dengan sebaran geografis terluas di dunia.[11] Ular ini adalah spesies pelagis sepenuhnya dan sering teramati pada arah arus samudera, memanfaatkan arus permukaan dan badai untuk mengarungi lautan.[12] Penyebaran ular ini tampaknya sangat ditentukan oleh suhu air yang baik, arus samudera, dan pembentukan "pembatas" daratan (land-bridge) baru-baru ini yang mencegah penyebaran lebih jauh.
Ular laut berperut kuning menyebar sangat luas dan meliputi seluruh lautan tropis Indo-Pasifik, hingga mencapai Kosta Rika, California selatan, dan Peru utara.[13][14] Ular ini juga merupakan satu-satunya ular laut yang mampu mencapai Kepulauan Hawaii.[15]
Telah juga dilaporkan ular laut berkelana di perairan dengan suhu yang lebih dingin seperti di perairan pantai California selatan, Tasmania, dan Selandia Baru,[16] di mana Selandia Baru sendiri adalah negara yang sebenarnya bebas dari keberadaan ular apabila bukan karena kunjungan yang jarang dari ular laut berperut kuning atau ular Erabu.[17] Keadaan air dingin ini diyakini terkait dengan terjadinya el Niño atau badai hebat lainnya.[18][19][20] Ular ini membutuhkan suhu minimum 16–18°C untuk bertahan hidup dalam jangka panjang.[21]
Ular laut berperut kuning juga merupakan satu-satunya ular laut yang telah ditemukan berkelana di Samudra Atlantik, meskipun hanya dalam keadaan terbatas. Keberadaan ular laut berperut kuning di Atlantik tidak dianggap sebagai bagian dari sebaran asli, tetapi lebih sebagai penyebaran dari sebaran asli Pasifik.[22] Pada sisi Atlantik Benua Afrika, ular ini pernah dilaporkan terlihat di wilayah arus Agulhas, dengan beberapa spesimen ditemukan di sepanjang pantai Afrika Selatan dan Namibia.[23][24]
Habitat yang disukai ular laut berperut kuning untuk berburu dan reproduksi meliputi gelaran rumput laut yang mengambang bebas yang sering muncul di Samudera Hindia. Spesies ini adalah ular laut yang paling sering terdampar di pantai Australia bagan barat daya, termasuk yang tercatat di pantai dekat kawasan metropolitan.[25]
Perilaku
Bertentangan dengan anggapan masa lalu, ular laut membutuhkan air segar untuk bertahan hidup dan ular laut berperut kuning meminum presipitasi yang terbentuk di permukaan air laut.[26] Spesies ini pernah dilaporkan selamat dari dehidrasi parah hingga 7 bulan selama kekeringan musiman.[27]
Ular laut berperut kuning kurang mampu bergerak di daratan karena sisik perut kecilnya yang membentuk lunas ventral.[6] Ular ini kadang-kadang teramati berkumpul dalam jumlah ribuan di batas arus samudera, yang telah diyakini merupakan strategi untuk menangkap mangsa.[28] Ular ini berburu dengan mengapung di permukaan air untuk menarik ikan pelagis yang mencari perlindungan; mangsanya ditangkap melalui gerakan renang ke belakang dan sergapan cepat rahangnya.[12] Kemampuan berenang ke belakang adalah karakteristik yang tidak biasa dan khas dari spesies ini.[25] Heatwole (1999) menyatakan bahwa ular-ular ini menemukan mangsanya dengan merasakan getaran yang dihasilkan oleh pergerakan ikan.[29]
Ular laut berperut kuning berkembang biak di perairan hangat; ular ini adalah ular yang melahirkan (ovovivipar) dengan periode kehamilan sekitar 6 bulan. Menurut seorang ahli bernama Raymond Ditmars, betina melahirkan di genangan yang dangkal.[30]
Bisa
Bisa ular laut berperut kuning sangat mematikan, seperti halnya ular laut lainnya.[31] Dosis subkutan LD50 dari bisa ular ini sebesar 0.067 mg/kg dan kuantitas bisa (venom yield) per gigitan sebesar 1.0–4.0 mg.[32][33] Racun ular laut berperut kuning mengandung beberapa racun neurotoksin yang berbeda dan dua racun isotoksin lainnya.[34]
^Ular belerang (n.d.). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI V). Diakses melalui aplikasi android KBBI V.
^Lanza, B.; Boscherini, S. (2000). "The gender of the genera Podarcis Wagler 1830 (Lacertidae), Pelamis Daudin 1803 (Hydrophiidae) and Uropeltis Cuvier 1829 (Uropeltidae)". Tropical Zoology. 13 (2): 327–329. doi:10.1080/03946975.2000.10531139.
^ abAubret, F.; Shine, R. (2008-04-01). "The origin of evolutionary innovations: locomotor consequences of tail shape in aquatic snakes". Functional Ecology (dalam bahasa Inggris). 22 (2): 317–322. doi:10.1111/j.1365-2435.2007.01359.x. ISSN1365-2435.
^Seymour, Roger S. (1974-08-09). "How sea snakes may avoid the bends". Nature (dalam bahasa Inggris). 250 (5466): 489–490. doi:10.1038/250489a0. PMID4469599.
^Natural History Information Centre, Auckland War Memorial Museum. "Natural History Questions". Auckland War Memorial Museum | Tamaki Paenga Hira. Auckland, New Zealand: Auckland War Memorial Museum. Q. Are there any snakes in New Zealand?. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-12. Diakses tanggal 26 April 2012.
^Harvey B Lillywhite, Coleman M Sheehy, Harold Heatwole, François Brischoux, David W Steadman; "Why Are There No Sea Snakes in the Atlantic?", BioScience, Volume 68, Issue 1, 1 January 2018, Pages 15–24, https://doi.org/10.1093/biosci/bix132
^Sexton, Owen J. (1967-01-01). "Population Changes in a Tropical Lizard Anolis limifrons on Barro Colorado Island, Panama Canal Zone". Copeia. 1967 (1): 219–222. doi:10.2307/1442198. JSTOR1442198.
^Also see references in The Living Shores of Southern Africa, Margo and George Branch, pp. 130–131, Macmillan South Africa (Publishers), Johannesburg and "Snake versus Man" Johan Marais, pp. 50–51, C. Struik Publishers, Cape Town.
^ abBrowne-Cooper, R.; Bush, B.; Maryan, B.; Robinson, D. (2007). Reptiles and frogs in the bush : southwestern Australia. University of Western Australia Press. hlm. 273. ISBN9781920694746.
Kropach, C. 1975 The yellow-bellied sea snake, Pelamis, in the eastern Pacific. pp. 185–213 in: Dunson, W., ed., The Biology of Sea Snakes. Univ. Park Press, Baltimore, xi + 530 pp.
Smith, M.A. 1943. The Fauna of British India, Ceylon and Burma, including the Whole of the Indo-Chinese Sub-region. Reptiles and Amphibians. Vol. III. – Serpentes. Taylor & Francis. London. 583 pp.