Ular-tikus raja

Ular-tikus raja
Ptyas carinata Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN177503 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesPtyas carinata Edit nilai pada Wikidata
Günther, 1858
Tata nama
Sinonim takson
  • Zaocys (Zapyrus) carinatus - Boettger 1887
  • Zaocys tenasserimensis - Sclater 1891
  • Zaocys carinatus — Boulenger 1893
  • Ptyas carinatus — Wall 1923
  • Zaocys carinatus — M.A. Smith 1943
  • Zaocys carinatus — Grandison 1978
  • Ptyas carinatus — David & Vogel 1996
  • Zaocys carinatus — Manthey & Grossmann 1997
  • Ptyas carinatus — Cox et al. 1998
  • Zaocys carinatus — Grismer et al. 2002
  • Zaocys carinatus — Rooijen & Rooijen 2002
  • Ptyas carinatus — Malkmus et al. 2002
  • Ptyas carinata — David & Das 2004

Ular-tikus raja atau juga disebut ular koros raja (king korros) adalah spesies ular tikus yang terdapat di Asia Tenggara. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah Keeled ratsnake.[1]

Morfologi

Ular-tikus raja adalah salah satu jenis ular tikus terbesar di dunia. Panjang tubuhnya bisa mencapai 4 meter, tetapi spesimen yang sering ditemukan hanya berukuran panjang 1.21 hingga 2.75 meter. Ular jantan lebih besar dari ular betina. Tubuh bagian depan berwarna kelabu kecokelatan dengan bercak-bercak menyerupai belang berwarna keputihan, sedangkan pada tubuh bagian belakang berwarna kehitaman dengan bercak-bercak belang putih yang sama seperti pada tubuh bagian depan. Bagian bawah leher berwarna keputihan atau krem, sedangkan bagian bawah perut berwarna abu-abu gelap. Sekilas, ular ini tampak mirip dengan Ular Anang berbisa (Ophiophagus hannah) sehingga orang yang tidak mengerti sering salah mengenalinya.[2][3][4][5]

Penyebaran Geografis

Ular-tikus raja tersebar luas di Myanmar, Tiongkok (Yunnan), Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan), dan Filipina (Palawan).[1]

Ekologi dan Perilaku

Habitat utama ular-tikus raja adalah daerah hutan dan lahan pertanian, dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 meter DPL. Aktif pada siang hari dan berkelana di tanah, tetapi juga mampu memanjat pohon.

Seperti namanya, ular ini secara alamiah menyukai tikus sebagai makanan utamanya. Namun sering juga ular ini memangsa ular ular lain, termasuk ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Oleh karena itulah, ular ini mendapat gelar sebagai Raja Ular yang tak berbisa, seperti halnya Ular raja Amerika / Lampropeltis. Dan hebatnya, racun / bisa dari ular lain seperti Kobra dan jenis ular Welang Weling yang sangat mematikan bagi manusia, sama sekali tidak berefek kepada ular ini.[2][6]

Ular ini memiliki kebiasaan yang unik yang berbeda dengan ular pada umumnya, terutama ketika memangsa ular jenis lain. Jika kebanyakan ular akan berusaha membunuh dengan cepat mangsa nya, baru akan menelannya dengan dimulai dari bagian kepala, tidak demikian dengan Ular Tikus raja ini. Ular tikus raja, ketika memangsa ular lain, termasuk ular berbisa mematikan, akan langsung menelan mangsanya hidup-hidup, tidak dimulai dari bagian kepala tetapi menelan hidup-hidup mangsanya dari bagian ekor secara perlahan, sambil menggencet bagian kepala mangsanya dengan tubuhnya yang besar, kuat dan panjang, agar mangsa nya tidak bisa bergerak leluasa. Baru ketika hampir semua bagian tubuh mangsanya sudah ditelan dan tinggal menyisakan bagian kepala, ular ini baru akan benar benar "menghabisi" mangsanya dengan cara menggigit serta mengunyah dengan keras bagian kepala mangsanya tersebut, dengan gigi aglypha nya yang sangat tajam.

Ular-tikus raja berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan mencapai 10 butir.[2]

Referensi

  1. ^ a b Ptyas carinata di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 13 December 2019.
  2. ^ a b c Ular Asli Indonesia: Ular King Koros (Ptyas carinata)
  3. ^ Wang, C. & Wang, J.H.M. (1956). The reptiles of Taiwan. J. Taiwan Mus. 9.
  4. ^ Das, I. (2015). A field guide to the reptiles of South-East Asia. Bloomsbury Publishing.
  5. ^ Taub, A. M. (1967). Comparative histological studies on Duvernoy's gland of colubrid snakes. Bulletin of the AMNH; v. 138, article 1.
  6. ^ Huang, W. (2003). Reptile ecology and the evolution of parental care on a tropical Asian island. Cornell University.