Ujang Solikhin (lahir 15 Juni 1968) adalah seorang Prajurit TNI Angkatan Darat yang dikenal sebab pengabdiannya dalam lingkungan hidup. Dia menciptakan briket sampah organik demi kemaslahatan masyarakat, dan bertujuan pula untuk memperbaiki lingkungan yang makin hari makin rusak.
Biografi & inovasi
Ujang lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada 15 Juni 1968.[1] Dia merupakan lulusan STM, dan kemudian masuk TNI. Pada tahun 2000-an, dia membuat pelatihan di berbagai daerah seperti di Bali, Riau, hingga ke Aceh.[2] Pada tahun-tahun itu, dia membuat briket sampah organik dan terkenal. Sehingga, dipakai oleh perusahaan teh yang ada di Cianjur, Jawa Barat. Kemudian perusahaan kayu lapis di Banjar Jawa Barat ikut memproduksi sendiri briket temuannya, sebagai bahan energi panas oven pengering kayu. Kreatifitasnya tidak hanya briket, sebelumnya Ujang merancang teknologi sederhana memanfaatkan teknologi kutub magnet, sebagai sumber energi listrik ramah lingkungan.[2]
Berawal dari keprihatinannya pada tahun 2006 dalam melihat limbah industri berupa sampah tempurung kelapa dan sisa ayakan (awul) kelapa, Ujang berusaha memperbaiki lingkungan dengan membuat briket sampah. Cara pembuatannya adalah limbahnya diarangkan bersama sekam padi, tongkol jagung, dan janur dari kelapa, hingga eceng gondok.[3] Menurut penelitian Sucofindo pada tahun 2009, briketnya bernilai 6.500 Kkal/kg, dan perharinya dia dapat menghasilkan 1 ton briket. Lewat produksinya inilah, ia berhasil mengurangi sampah sebanyak 10 ton.[3] Ditilik lebih jauh lagi, usahanya membuat briket ini dimulai dari tahun '95, dan dia berhasil menggantikan penggunaan minyak tanah dengan briketnya.[4]
Sebagai hasil dari usahanya yang keras itu, dia mendapat penghargaan Kalpataru untuk kategori perintis lingkungan di kala dia masih mendapat pangkat Sersan, dan diberi gelar oleh Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010. Di lingkungannya sendiri, dia mendapat gelar "Jenderal Sampah" atau "Jenderal Briket Arang" dikarenakan inovasinya.[1][5]
Penghargaan
Referensi