Uchi dan Soto (ウチとソト) adalah konsep oposisi biner yang terlihat pada kesadaran diskriminasi ruang dan rasa memiliki di Jepang. Uchi–soto merupakan pembedaan antara kelompok dalam (内, uchi, dalam) dan kelompok luar (外, soto, luar). Pembedaan antara kelompok ini adalah bagian mendasar dari kebiasaan sosial dan sosiolinguistik Jepang dan bahkan secara langsung tercermin dalam bahasa Jepang itu sendiri.
Sejarah
Asal usul dikotomi ini terletak pada sistem tradisional Jepang. Kata ie (家) secara harafiah berarti rumah, dan sistem ie pada dasarnya adalah model perpanjangan keluarga yang dikepalai oleh seorang figur laki-laki yang mengurus seluruh keluarga.[1]
Hal tersebut didasarkan pada kode moral yang dikembangkan selama zaman Edo (1603-1868) yang kemudian diperkuat oleh pemerintah Meiji (1868-1912). Tiga karakteristik utama dapat ditemukan dalam sistem di antaranya: sosok laki-laki yang dominan sebagai kepala keluarga dan memiliki kekuasaan atas anggota lainnya, kepala keluarga bertanggung jawab atas bisnis keluarga, dan putra tertua keluarga tersebut menjadi murid ayahnya. Akhirnya, kepala keluarga sendiri dianggap jauh lebih penting daripada anggota lainnya. Pendapat individu tidak dihargai, dan semua anggota keluarga harus mengutamakan keharmonisan keluarga.[1]
Pengaruh
Interaksi sosial
Keluarga adalah inti dari kode sosial Jepang. Itulah sebabnya istilah uchi biasanya digunakan untuk merujuk pada rumah, atau sebagai akibatnya, pada keluarga. Oleh karena itu, uchi mencakup orang-orang dari lingkungan terdekat. Sebaliknya, kelompok soto mencakup orang-orang yang lebih eksternal, tetapi masih memiliki semacam hubungan dengan individu.[1]
Menurut pemikiran Jepang, seseorang hanya bisa menjadi diri yang sebenarnya dengan orang-orang dalam uchi, sedangkan dengan orang-orang dalam soto, seseorang harus mengikuti pedoman ketat dari kode sosial yang ditetapkan oleh istilah honne dan tatemae. Secara umum, orang Jepang memperlakukan mereka yang dianggap soto dengan cara yang sopan dan hormat, meskipun terkadang tampak sedikit dingin.[1]
Situasi bisnis lebih kompleks dalam penerapan konsep uchi-soto. Dalam suatu divisi, setiap orang yang berada di bawah atasan akan menjadi uchi sedangkan atasan lain dan anggotanya adalah soto. Jadi seseorang dapat berbicara dengan santai atau mengungkapkan pendapatnya secara bebas dengan rekan kerja tetapi harus lebih menghormati atasan. Tetapi ketika berbicara dengan orang dari kantor lain, situasinya berubah, sekarang semua orang di perusahaan menjadi uchi sedangkan orang dari kantor lain adalah soto.[2]
Level dan perbedaan antara uchi dan soto dapat sangat kabur. Pada tingkat pertama uchi adalah keluarga, kemudian keluarga yang terhubung, lalu teman-teman, kemudian perusahaan dan pada akhirnya adalah Jepang sebagai sebuah negara.[3] Orang asing yang tinggal di Jepang (yang dianggap soto), sering mengatakan bahwa, tidak peduli berapa lama mereka tinggal di Jepang, mereka akan selalu dianggap sebagai gaijin. Begitu tergabung dalam kelompok yang terdiri dari orang Jepang, orang asing biasanya menjadi bagian dari uchi orang Jepang tersebut. Kemudian diperlakukan sama di dalam kelompok tempatnya berada.[1]
Bahasa
Dalam bahasa Jepang, terdapat ungkapan seperti universitas saya/kami (うちの大学, uchi no daigaku) dan perusahaan saya/kami (うちの会社, uchi no kaisha) di mana kata uchi digunakan untuk menamai segala sesuatu yang ada di lingkungannya.[1] Selain itu, terdapat banyak kata berbeda yang diasosiasikan dengan hubungan uchi dan soto. Meskipun uchi dan soto merupakan konsep berpasangan, tidak setiap kata memiliki padanan. Kata-kata yang menggunakan uchi cenderung tidak memiliki padanan soto, kemungkinan karena seseorang cenderung lebih peduli dengan sesuatu yang ada di dekatnya daripada sesuatu yang jauh dari dirinya. Beberapa kata yang berkaitan dengan konsep uchi dan soto di antaranya: keluarga, relatif, teman (身内, miuchi), lingkaran privasi seseorang (内輪, uchiwa), dan memerintah di dalam, pasif di luar (内弁慶、外地蔵, uchibenkei, sotojizō).[4]
Keigo (敬語), yang secara harfiah berarti bahasa hormat, adalah gaya formal bahasa Jepang. Seperti namanya, digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang. Ketika berbicara dengan orang-orang dalam uchi, biasanya menggunakan bentuk biasa (普通形, futsūkei). Di sisi lain, jika berbicara dengan orang-orang dalam soto, biasanya diharapkan untuk menggunakan keigo. Hal ini karena tingkat formalitas juga dapat menunjukkan jarak antar orang. Secara umum, semakin tinggi tingkat formalitas, semakin jauh jaraknya, menjadikan keigo sebagai pilihan ucapan untuk orang-orang dalam soto. Dalam bisnis, seseorang biasanya menunjukkan lebih banyak rasa hormat kepada soto, dan hal tersebut juga mungkin melibatkan perendahan uchi.[4]
Arsitektur
Konsep uchi-soto tercermin dalam arsitektur ruang di Tokyo di mana sebagian besar rumah terpisah dikelilingi oleh tembok batu, bahkan di daerah padat seperti pusat kota Tokyo di mana corak tersebut dianggap usang oleh banyak orang. Di masa lalu, tembok batu melindungi rumah, memungkinkan penggunaan jendela kertas yang tampak agak tipis dan pintu kayu geser, berlawanan dengan rumah-rumah Barat yang dikelilingi oleh halaman rumput yang luas dan terbuka, tetapi menyambut tamu dengan pintu terkunci yang berat. Area di mana uchi dan soto bersentuhan adalah genkan. Ini tercermin dari jenis lantai yang digunakan, yang biasanya terbuat dari batu, alas yang agak kasar dan praktis, sangat kontras dengan lantai kayu dan tatami yang lebih nyaman di dalam rumah. Ruang yang dianggap paling nyaman, disediakan untuk menerima tamu yang, sebagai soto, harus dihormati.[5]
Kesehatan
Konsep uchi-soto memainkan peran besar untuk mendefinisikan kebersihan dan kekotoran. Dengan memisahkan ruang antara bersih di dalam (uchi) dan kotor di luar (soto), orang Jepang terbebas dari bahaya penularan dan merasa lega dengan berada ruangan yang aman yang memungkinkan privasi yang lebih banyak daripada ruang lainnya. Oleh karena itu, menciptakan pembatas antar tubuh sangat diinginkan karena mencegah seseorang terinfeksi akibat kontak yang tidak diinginkan.[6]
Perbandingan lintas budaya
Konsep uchi dan soto, dapat disetarakan dengan konsep uri (Hangul: 우리) dan nam (Hangul: 남) di Korea, konsep teman, kenalan (Hanzi: 熟人) dan orang luar (Hanzi: 外人), serta konsep seluruh keluarga (Hanzi: 一家人) dan diri sendiri (Hanzi: 自己人) di Tiongkok.[7]
Lihat pula
Referensi