Ubaidillah bin Al-Habhab As-Saluli (bahasa Arab: عبيد الله بن الحبحاب السلولي), juga dikenal dengan nama Ibnu Al-Habhab (ابن الحبحاب)[1] adalah seorang gubernur pada masa Kekhalifahan Umayyah.
Kehidupan awal
Ia merupakan putra dari Al-Habhab tertentu dan maula dari Bani Salul.[2]Ibnu Hazm mengatakan bahwa Salul adalah putri dari Dzuhl bin Syaiban tertentu dari Bani Bakr bin Wa'il. Ia merupakan istri dari Murrah bin Sha'sha'ah bin Muawiyah dari Bani Hawazin dan keturunannya mengambil nama Salul sebagai nama kabilahnya.[3] Ubaidillah merupakan seorang penulis yang fasih dan penghafal hari-hari orang Arab (أيام العرب, Ayyam al-Arab), syair dan kronik mereka.[4]
Sebagai gubernur
Ibnu Al-Habhab merupakan penulis untuk Khalifah Hisyam bin Abdul-Malik. Ia lalu diangkat untuk menjadi gubernur Mesir[2] dan menjabat untuk sementara waktu.[1] Hisyam kemudian memindahkannya sebagai gubernur Ifriqiyah pada Rabiul Awal 116 H (734 M) untuk menggantikan posisi Ubaidah bin Abdurrahman as-Sulami.[4] Ubaidah sendiri dipecat karena kekejamannya ketika memberhentikan wakil-wakil Bisyr bin Shafwan al-Kalbi, gubernur Ifriqiyah sebelumnya. Di antara wakil Bisyr yang diberhentikan oleh Ubaidah adalah Abu al-Khattar al-Kalbi. Abu al-Khattar kemudian mengirim puisi kepada Hisyam tentang kondisinya yang mengakibatkan Ubaidah diberhentikan.[5] Untuk sementara waktu, Uqbah bin Qudamah at-Tujibi menggantikannya sebagai gubernur. Jabatan qadhi juga untuk sementara waktu diserahkan kepada Abdullah bin al-Mughirah bin Burdah al-Qurasyi. Peristiwa itu terjadi pada bulan Syawal 114 H (732 M) hingga kedatangan Ubaidillah bin Al-Habhab sebagai gubernur baru.[4]
Ibnu Al-Habhab kemudian berangkat dan meninggalkan putranya, Abul Qasim, sebagai penggantinya atas Mesir. Setelah menjabat, ia kemudian mengangkat wakil-wakilnya; dengan Umar bin Abdullah al-Muradi bertanggung jawab atas Tangier, putranya yang lain, Ismail, diangkat sebagai wakilnya di Sous,[6] dan Uqbah bin Al-Hajjaj As-Saluli diangkat sebagai gubernur Al-Andalus.[7] Ia juga memerintahkan jenderalnya, Habib bin Abi Ubaidah, untuk menaklukkan daerah Sous yang terletak di Maroko dan daerah Sudan.[8] Habib kemudian memimpin angkatan laut untuk menaklukkan Pulau Sardinia (Cerdanya) pada tahun 735 dan Pulau Sisilia pada tahun 739.[9][10]
Ibnu Al-Habhab juga membangun Dar Shina'ah (دار صناعة) atau Rumah Industri di Tunis untuk membangun kapal laut.[1] Ia juga dikaitkan sebagai pendiri Masjid Al-Zaytuna di Tunis,[1] meskipun sumber lain mengaitkan pembangunannya dilakukan oleh Hassan bin An-Nu'man yang memimpin penaklukan Tunis dan Kartago pada tahun 698.[11]
Pada masa pemerintahannya, sekte KhawarijIbadi dan Sufriyah menyebar di kalangan masyarakat Berber di Maroko.[1] Masyarakat Berber menerima pemikiran Khawarij tersebut karena selama ini mereka merasakan kezaliman dari para gubernur.[12] Masyarakat Berber lalu memberontak di bawah kepemimpinan Maisarah al-Matghari di Tangier pada tahun 740.[13] Ia kemudian membunuh Umar bin Abdullah di Tangier dan Ismail bin Ubaidillah di Sous.[14] Ibnu Al-Habhab segera mengirimkan pasukan di bawah kepemimpinan Khalid bin Abi Habib al-Fihri untuk menekan mereka namun kekalahan berakhir pada Khalid al-Fihri dan ia terbunuh bersama pasukannya.[15] Hisyam kemudian memecatnya pada tahun 123 H (741 M) lalu memintanya untuk datang menghadapnya.[16] Ia kemudian digantikan oleh Kultsum bin Iyadh al-Qusyairi.[17]
^Chater, Khalifa (2002). "Zaytūna". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam, Second Edition (dalam bahasa Inggris). XI. Brill. hlm. 488–490. ISBN9789004161214.
^Prof. Dr. Raghib As-Sirjani (2013). Bangkit dan Runtuhnya Andalusia(Bukel). Pustaka Al-Kautsar. hlm. 135. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2023-05-29.