Tumenggungan adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Selomerto, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.
Desa Tumenggungan berdiri pada tahun yang tidak diketahui sejarahnya. Diperkirakan berdiri pada abad 18 ketika terjadi perang Diponegoro melawan Belanda. Sehingga desa Tumenggungan ini lahir sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Hingga saat ini pemerintah desa Tumenggungan belum menemukan dokumen dan bukti sejarah yang menyebutkan tahun berdirinya desa Tumenggungan. Sejarah desa Tumenggungan hanya bisa dirunut berdasarkan cerita lisan yang berkembang secara turun menurun di tengah masyarakat, bahwa Desa Tumenggungan didirikan oleh seorang Tumenggung pengikut Pangeran Diponergoro pada abad ke 18 yang berasal dari Yogyakarta. Siapa nama Tumenggung tersebut, hingga saat ini belum ada dokumen dan bukti sejarah yang menorehkan nama pendiri desa Tumenggungan pada saat itu. Banyak cerita yang beredar bahwa nama Tumenggung tersebut adalah Tumenggung Selomanik, hal ini dibuktikan dengan adanya makam petilasan Tumenggung Selomanik yang berada di Dusun Kalilunjar. dimana pada waktu perang Diponegoro terdapat seorang Adipati dan Tumenggung yang bermukim di sebuah Wilayah, sang Tumenggung tersebut kemudian menetap dan mendirikan desa Tumenggungan, sementara sang Adipati melanjutkan perjalanan sedikit keselatan dan menetap kemudian mendirikan desa Kadipaten.
Daftar Dusun
- . Pagedangan (kunjungi)
- . Sawangan
- . Karangtengah
- . Semampir
- . Kalilunjar
Sejarah
Sejarah ini ditulis berdasarkan cerita secara turun-temurun. Dua orang narasumber yang menjadi rujukan penulisan sejarah desa Tumenggungan adalah Sekdes Tumenggungan periode 1978-2011 yaitu Bapak Sutrisno dan salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Sis Afandi yang menceritakan sejarah berdirinya desa Tumenggungan kepada Sekretaris Desa Tumenggungan periode sekarang, Fathur Rofiq, S.Pd.I.
Dinamakan Dusun Pagedangan berdasarkan cerita masyarakatbahwa di dusun tersebut terdapat banyak pohon pisang (gedang), merupakan dusun terbesar terdiri dari 12 RT dan 2 RW dengan jumlah KK 403. Awal mula berdirinya dusun Pagedangan secara pasti sampai saat ini juga belum di ketahui, namun tak berbeda jauh dengan berdirinya Desa Tumenggungan, tokoh terkenal yang diyakini sebagai pendiri dusun Pagedangan adalah Mbah Jendral dan Mbah Demang yang dipercayai sebagai salah satu penggawa/prajurit mbah Tumenggung. sedangkan tokoh agama yang terkenal adalah Mbah Kyai Ali Ibrohim sebagai pendiri Masjid Dempel.
Sejarah Dusun Sawangan
Dinamakan dusun Sawangan bahwa dusun tersebut menurut cerita adalah dusun dengan posisi tertinggi diantara dusun-dusun lainnya, konon dusun ini dulu sebagi tempat pengintai musuh. Di dusun ini pula terdapat peninggalan sejarah yang menandakan bahwa desa Tumenggungan mengandung sejarah yang perlu dikembangkan, yaitu adanya seperangkat gamelan yang terbuat dari batu (watu gong), kasur batu, dan diyakini bahwa di komplek watu gong tersebut dulunya merupakan daerah keraton. Ini ditandai dengan ditemukannya batu-batu berbentuk yoni dan batu-batu yang tertata rapi seperti halnya bangunan candi. Tempat ini dikenal oleh masyarakat Tumenggungan dengan nama Batamalang yang berarti bata/batu yang tertata. Tokoh terkenal yang diyakini sebagai pendiri dusun Sawangan adalah Mbah Kyai Tamansari.
Sejarah Dusun Semampir
Dinamakan dusun Semampir menurut cerita ada dua versi, yang pertama karena lokasi dusun yang berada diantara tegalan dan lembah persawahan dan versi kedua adalah cerita sejarah pada zaman penjajahan Belanda pernah terjadi penjegalan oleh prajurit Diponegoro terhadap para penjajah, para penjajah yang dibunuh kemudian di gantung (disampirkan) ditiang bambu. Kemudian oleh mbah Raden Suryantono yang lebih dikenal dengan “Bupati Pertinggi” tempat itu diberi nama Semampir. Raden Suryantono atau Bupati Pertinggi adalah salah satu senopati Pangeran Diponegoro yang masih keturunan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Sehingga sebagai pendiri dusun Semampir adalah Raden Suryantono atau Bupati Pertinggi.
Selain tokoh pendiri dusun tersebut, dusun Semampir juga dikenal sebagai awal mula berkembangnya ajaran agama Islam di wilayah sekitar, hal ini dibuktikan dengan adanya masjid tertua dan tokoh agama Islam serta pondok pesantren yang ada di dusun tersebut. Tokoh agama yang terkenal dan diketahui mempunyai banyak santri adalah Kyai Abdullah Umar, jika di runut berdasarkan silsilah keluarga yang ada sampai saat ini beliau masih keturunan dari sayyidina Husain bin sayyidina Ali bin Abu Tolib.
Sejarah Dusun Karangtengah
Dinamakan dusun Karangtengah karena posisi dusun ini berada di tengah- tengah antara dusun-dusun yang lain, sebelum menjadi nama Karangtengah, dusun ini bernama Karangsari perubahan nama tersebut terjadi pada tahun 1966. Pendiri dusun Karangtengah adalah mbah kyai Rantamsari, namun demikian makam mbah kyai Rantamsari sampai saat ini tidak diketahui berada di mana. Disamping tokoh pendiri dusun tersebut di dusun ini terdapat makam ulama besar yaitu mbah KH. Zuhdi. Dimana makam ini juga sering dijadikan tempat ziarah oleh banyak orang baik dari desa Tumenggungan maupun dari luar desa. Di dusun ini berdiri sebuah lembaga pendidikan Ma’arif, yang awal mulanya bernama Madrasah Wajib Belajar (MWB) awal berdirinya MWB ini dulunya adalah tempat belajar yang berada dirumah warga dusun Semampir kemudian pindah ke dusun Pagedangan kemudian dikembalikan lagi ke dusun Semampir dan terakhir pada tanggal 1 Juli 1962 dipindah ke dusun Karangtengah dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Miftahul Huda.
Sejarah Dusun Kalilunjar
Nama dusun Kalilunjar di ambil dari seorang tokoh pendiri dusun yang bernama mbah Kyai Plunjaran, dusun ini dulunya merupakan tempat penjara (pakunjaran) pada masa penjajahan. Disamping mbah kyai plunjaran, di dusun Kalilunjar juga terdapat makam pendiri desa yaitu Mbah Kyai Tumenggung. Tokoh terkenal lainnya adalah mbah Nurijal, mbah Selopayung dan mbah kyai Pesawahan.