Tumbuk Lada merupakan senjata tradisional khas suku Karo yang secara sejarahnya berasal dari masa Kerajaan Aru. Tumbuk lada berbentuk pisau yang umumnya terbuat dari bahan logam kuningan yang bersifat racun dan digunakan untuk pertarungan jarak dekat.
Pisau Tumbuk lada ada beberapa motif ukirannya dan ada juga yang tidak berukir. Bahan pisau juga berbeda beda tergantung kepada keperluannya. Dalam tradisi Karo, Kalau Anak Beru mindo besi mersik (piso Tumbuk Lada) kepada kalimbubu maka biasanya bahan besinya terdiri dari 5 negeri (Kerajaan), kemudian dilebur menjadi satu baru kemudian di tempa menjadi pisau. Arti angka lima disini ialah gelah ertima tendi i rumah (agar jiwa dan rohnya tetap berada di rumah).
Maksud diadakannya upacara ngelegi besi mersik (pisau) kepada kalimbubu dikarenakan bebere-mamana sering kurang ataupun tidak sehat. Menurut kepercayaan, si “Bebere” termama–mama tendinya. Jadi dalam upaya penyembuhan dan agar sakit sang “bebere” tidak kambuh–kambuh lagi, maka dimintala besi mersik (pisau) kepada Kalimbubu (saudara dari pihak istri).
Bahan–bahan piso tumbuk lada ialah besi 5 negeri, anduk kerbo, gading gajah, kayu lemak sawa, kayu petarum (untuk sarungnya), riman untuk rempu (pengikat sembung atau sarung, boleh juga pengikatnya (lantap) yang terbuat dari emas, suasa, dan perak.
Ukuran hulu (sungkul) dan sarung (sembung) pisau untuk tumbuk lada bermacam macam jenisnya ada ukiran Pucuk Merbung, Cekili Kambing, Pakau–Pakau, Pantil Manggus, Desa Siwaluh, Lukisan Tonggal, dll.
Tumbuk Lada adalah pisau khas Batak spesifik Karo. Disamping makna besi mersik, tumbuk lada juga banyak digunakan hanya sebagai barang hiasan dan juga sebagai “Senjata” yang dapat memiliki kekuatan magis.
Untuk menentukan serasi atau tidaknya pisau tumbuk lada di tangan seseorang maka dapat dilihat dengan cara diukur panjang pisau dengan menggunakan ‘ibu jari’ dimulai dari pangkal besinya hingga ke ujung dan biasanya jumlah hitungan akan disesuaikan dengan diri pengguna dan kesemuanya ini juga harus ditanyakan kepada seorang ‘Guru’ (dukun) dan tergantung dengan pekerjaan maupun jabatan sang pemegang tumbuk lada itu sendiri.
Ada juga sebagian orang, dimana sebelum memakai atau sebelum memiliki tumbuk lada ini terlebih dahulu dibawa maupun dimimpikan dulu semalam. Apabila mendapat mimpi baik maka serasi untuk dipegang olehnya dan sebaliknya.
Hitungan keserasian piso "Tumbuk Lada"
Biasanya kalau mengukur piso tumbuk lada pakai ibu jari, disertai dengan kata-kata yang dimulai; Anakna - Arimo, Anakna - Arimo, dst.
'Anakna' dalam hal ini maksudnya anak rih suga rih), dimana kalau terinjak oleh telapak kaki kita rasanya sangat pedih.
Nah, apabila ujung pisau hitungannya jatuh di kata-kata Anakna, maka pisau tersebut cocok untuk orang yang kalem sesuai sifat suga rih (anak/tunas rih/lalang) diam, akan tetapi kalau diinjak, maka akan menusuk dan akan terasa sangat tidak enak. Pisau jenis ini dipercaya lebih 'berisi' dan sangat mematikan.
'Arimo' (Harimau) kalau ujung piso jatuhnya di kata-kata Arimo, itu berarti bawaan piso itu 'panas' dan punya aura penggentar, artinya lebih cocok dipegang orang yg hidup di dunia pasaran ataupun premanisme.