Trimurjo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Indonesia. Nama Trimurjo diambil dari bahasa Jawa, yaitu kata "tri" berarti 3 sedangkan "murjo" artinya kemakmuran. Ada pandangan lain, kata murjo berasal dari kata murdo yang dalam bahasa sansekerta berarti kepala atau pemuka. "Tri" diambil dari bendungan atau dam yang ada di bedeng 1 yang bercabang 3, ke arah kota Metro, ke arah Kota Gajah, dan ke arah Bantul.
Adanya saluran irigasi bercabang 3 di Trimurjo menyebarkan air ke wilayah Lampung Tengah dan sekitarnya. Saluran irigasi membuat pertanian dapat tumbuh subur dengan air yang tercukupi. Saluran irigasi I ke arah bedeng 4 sampai ke Kota Gajah, saluran irigasi ke-2 ke arah bedeng 6 sampai Bantul, dan di Sekampung (Lampung Timur), saluran air ke-3 lurus ke arah Kota Metro.
Masyarakatnya banyak Suku Jawa dan mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai petani.
Sejarah
Kecamatan Trimurjo awalnya adalah tempat tujuan transmigrasi pada masa Hindia Belanda. Karena itu, istilah "bedeng" masih populer di kecamatan ini. Bedeng berarti kompleks lokasi rombongan para transmigran dari Jawa yang dibagi dalam beberapa bedeng. Semisal, kelurahan Adipuro terdiri dari Bedeng 2 (Dusun Adirejo, Dusun Tegalrejo) dan Bedeng 3 (Dusun Widoro Kandang). Bedeng 4, 5, 10 (kelurahan Trimurjo), bedeng 6, 7 (kampung Liman Benawi), bedeng 7 dan 8 (Depokrejo), bedeng 11 (Simbarwaringin), bedeng 12 (Tempuran), bedeng 13 (Purwodadi), bedeng 17 (Notoharjo), bedeng 18 (Untoro), 19 (Purwoadi), bedeng 20 (Purwodadi), dan ada 4 kampung yang tidak berdasarkan kategori bedeng, yang menurut salah satu sumber dibentuk pada zaman Jepang, yaitu Pujo Asri (PA), Pujo Basuki (PB), Pujokerto "zaman dulu tertulis: Pujo Certo" (PC), dan Pujodadi (PD).
Faktor sejarah pembentukan Metro pada masa kolonial, memang tidak dapat dipisahkan dengan Trimurjo. Metro adalah "bedeng yang menjadi kota", yang awal mula koloni berada di Bedeng 1 (Trimurjo) sampai Bedeng 67 di Sekampung. Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang didatangkan berikutnya.
Saat ini sedang berkembang wacana Kecamatan Trimurjo untuk masuk ke Kota Metro. Hal ini didasarkan pada sejarah yang sangat erat dengan berdirinya Kota Metro saat ini. Masyarakat Trimurjo sangat berkeinginan untuk bergabung dengan Kota Metro karena kedekatan wilayah dan kemudahan akses.
Kawasan perdagangan ada di Jalan Simbarwaringin-Metro yaitu minimarket (Indomaret, Alfamart, Multi M), Pusat Fotokopi dan cetak foto Natar Baru, pasar Trimurjo, Pasar Simbarwaringin, pasar Welit, dll. Fasilitas umum yaitu kantor Pos Kantor (kode pos 34172), Polsek Trimurjo, BRI Unit Simbarwaringin, dan Puskesmas yang beroperasi 24 jam.
Aktivitas masyarakat Trimurjo pun lebih mudah ke Metro dibanding ke ibu kota Lampung Tengah. Untuk mencapai Metro cukup ditempuh dalam 15 menit, sedangkan ke Gunung Sugih menempuh 60 menit. Untuk akses kesehatan, warga akan lebih mudah ke RS di kota Metro, sebut saja RS Mardi Waluyo atau RS Muhammadiyah menjadi langganan warga berobat. Apalagi aktivitas perekonomian, masyarakat akan lebih senang berbelanja dan berdagang ke Metro.