Dalam agama Jainisme, tirthankara (bahasa Sansekerta: tīrthaṅkara) adalah guru dharma yang maha mengetahui yang mengajarkan cara untuk membebaskan diri dari siklus kematian dan kehidupan yang disebut saṃsāra. Menurut penganut agama Jain, ajaran Jain mulai dilupakan seiring berjalannya waktu. Kemudian, ada satu orang yang berhasil menolak hal-hal duniawi untuk menaklukkan samsara dengan kemampuannya sendiri. Setelah Tirthankara mencapai keadaan "Kevala Jnana" (maha mengetahui), ia mendirikan kembali ajaran Jainisme. Tirthankara menyediakan jalan bagi orang lain untuk mengikutinya agar terbebas dari "samsara" dan mencapai "moksha" (pembebasan).[1][2][3]
Menurut penganut Jainisme, terdapat dua puluh empat tirthankara untuk setiap pertengahan siklus waktu Jain. Tirthankara yang pertama adalah Rishabhanatha, sementara yang terakhir untuk pertengahan siklus saat ini adalah Mahavira (599-527 SM).[3][4] Pendahulunya yang menjadi tirthankara ke-23, Parshvanatha, merupakan tokoh sejarah.[5]
Ajaran tirthankara disusun di dalam kitab yang disebut "Agama". Semua tirthankara mengajarkan filsafat dan etika yang sama. Walaupun mereka dihormati oleh penganut Jainisme, diyakini rahmat mereka dapat dinikmati oleh semua makhluk hidup tanpa memandang agama mereka.
Tirthankara diberi julukan Jina (pemenang), yang berarti seseorang yang telah menaklukkan musuh-musuh dari dalam seperti amarah, kebergantungan, kebanggaan dan ketamakan.[1] Mereka terbebas dari segala hawa nafsu. Setelah mencapai keadaan "maha mengetahui", mereka terbebas dari delapan belas ketidaksempurnaan, seperti rasa lapar, haus, mengantuk, dll.
Daftar 24 tirthankara
Periode saat ini
Berikut adalah daftar 24 tirthankara yang diurutkan secara kronologis:[2][6][7]