Timus (bahasa Inggris: thymus, bahasa Yunani: θυμός, tumos - hati, jiwa, keinginan, kehidupan) adalah sebuah kelenjar yang terletak di depan dada, yang mencapai berat maksimalnya saat manusia memasuki masa pubertas.[1] Hingga saat ini, fungsi kelenjar diketahui hanya sebagai tempat produksi sel T yang dibutuhkan di dalam sistem imun adaptif. Sejak ditemukan oleh Galenus pada sekitar tahun 130-200, belum banyak yang dapat diteliti dari kelenjar ini, setelah hampir 2000 tahun perjalanan sejarah kedokteran.[1] Diperkirakan timus merupakan proyeksi interaksi antara hormon, neuropeptida dan sistem kekebalan, yang dipelajari pada studi neuroimunoendokrinologi, yang memengaruhi aktivitas organ limfoid dan sel sepanjang lintasan endokrin, autokrin dan parakrin.[2]
Struktur
Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, berwarna kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi baru lahir ukurannya sangat kecil dan beratnya sekitar 10 gram. Ukurannya bertambah pada masa remaja menjadi sekitar 30-40 gram dan kemudian mengecil ketika mencapai masa dewasa.[3] Tiap lobus terdiri atas bagian korteks dan medula. Korteks tersusun atas sel-sel limfosit dan sel-sel epitel. Medula tersusun atas sel-sel epitel.[4]
Fungsi
Kelenjar timus berperan memproduksi hormon yang berfungsi dalam pematangan sistem imun, mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktivitas kelenjar kelamin. Hormon timosin dan timopietin dihasilkan oleh sel-sel epitel pada kelenjar timus.[3] Hormon tersebut menstimulasi sel-sel limfosit di seluruh tubuh untuk membelah dan mengembangkan kemampuan mengenali dan menyerang benda asing.[5]
Asal perkembangan dari sel-sel limfosit adalah di dalam timus dalam kehidupan awal embrionik dan awal masa bayi. Sel-sel tersebut bermigrasi dari timus menuju seluruh tubuh untuk menetap dalam jaringan limfoid, dan pada tahap ini timus terus berlanjut untuk memberikan sumber minor limfosit. Tetapi setelah masa kanak-kanak, sistem limfoid menetap dan pengangkatan timus hanya memberikan dampak kerusakan kecil pada imunitas.[5]
Referensi
- ^ a b (Inggris) "The thymus: a comprehensive review". Department of Radiology, Beth Israel Deaconess Medical Center; Nishino M, Ashiku SK, Kocher ON, Thurer RL, Boiselle PM, Hatabu H. Diakses tanggal 2010-06-07.
- ^ (Inggris) "Neuroendocrine-immune interactions: the role of cortistatin/somatostatin system". Department of Endocrinological and Metabolic Sciences, University of Genova; Ferone D, Boschetti M, Resmini E, Giusti M, Albanese V, Goglia U, Albertelli M, Vera L, Bianchi F, Minuto F. Diakses tanggal 2010-06-27.
- ^ a b Safrida (2020). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 84. ISBN 978-602-5679-07-0.
- ^ Aryulina, Diah; et al. (2004). Wijayanti, Ch. Eny, ed. BIOLOGI SMA dan MA : Kelas XI - Jilid 2. Jakarta: ESIS. hlm. 132. ISBN 978-979-734-550-1.
- ^ a b Broom, Bryan (1998). Ester, Monica, ed. Anatomi Fisiologi: Kelenjar Endokrin dan Sistem Persarafan. Edisi 2. Diterjemahkan oleh Asih, Yasmin. Jakarta: EGC. hlm. 30. ISBN 978-979-448-414-2.
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|
Basis data ilmiah | |
---|