Terapi lebah

Terapi lebah atau apitherapy (dari kata "apis" yang berarti lebah dan "therapy" yang berarti pengobatan) diartikan sebagai pengobatan yang menggunakan berbagai macam produk dari lebah, yaitu madu, madu sarang, madu granulasi, pollen lebah, roti lebah, propolis, lilin, bisa lebah, susu lebah, larva lebah pekerja, larva lebah jantan, dan larva ratu.[1]

Sejarah

Terapi lebah dimulai di daratan Tiongkok dan Timur Tengah, khususnya Mesir. Pengobatan tradisional di Tiongkok memiliki umur ribuan tahun sebelum pengobatan modern mulai bangkit di Eropa. Salah satu bentuk modifikasi akupunktur yang populer di dunia saat ini adalah dengan menggunakan jarum sengatan lebah madu yang disebut bee acupuncture ("tusuk sengat lebah").

Apiterapi di Indonesia sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980-an. Berbagai penelitian dan pelatihan apiterapi diinformasikan ke tengah masyarakat melalui berbagai cara, seperti seminar, lokakarya, kursus, publikasi media massa, dan praktik terapi lebah berupa sengat lebah (Bee Acupunture).

Penerapan lebah di Indonesia sangat beragam dari yang tradisional sampai dengan yang modern, ada yang menerapkan utuh dan ada yang sebagian saja, seperti hanya menggunakan madu saja namun sengat lebahnya tidak digunakan atau menggunakan sengat lebah untuk penyakit tertentu saja.

Pada Konferensi Terapi Akupunktur Sengatan Lebah Sedunia ke-II di Nanjing, RRC, pada pertengahan September 1993, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa Apitherapy bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan, selanjutnya disebutkan bahwa, “Lebah dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, terutama dari jenis Apis Mellyfera. Kini, terapi sengatan lebah (bee venom therapy - BVT) diterapkan di berbagai negara, antara lain China, Korea, Rumania, Bulgaria, Rusia, dan Indonesia. Di Indonesia ada beberapa lokasi seperti di Ambon, Makassar, Tasik, Semarang, Malang, Bogor, Depok, Sukabumi, Jakarta (Ph. 021-860-5606 ), Manado, Papua,dll.

Bahkan di dalam Al qur’an disebutkan dalam surat An-Nahl: 68-69 “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibuat manusia". kemudian,makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir“ Apitherapy mengkombinasikan berbagai macam produk lebah dan yang menyertainya yaitu, racun lebah (bee venom), madu (honey), susu lebah (royal jelly), Propolis (perekat sarang lebah) dan sari bunga (pollen). Berikut uraian kandungan kimia dan manfaat dari komponen apitherapy bagi kesehatan manusia: racun sengat lebah (bee venom). Secara keseluruhan racun sengat lebah terdiri dari sekitar 120 komponen kimia aktif, tetapi baru 40-an komponen yang sudah terdeteksi, diantaranya 11 peptida, 5 enzim, 3 amine, karbohidrat, lemak, dan asam amino. Peptida yang paling berperan adalah melittin, apamin, Mast Cell Degranulating Peptida, dan adolapin. Komponenen zat tersebut akan berfungsi sebagai anti radang, anti jamur, anti bakteri, anti pyretic, serta merangsang hormon ACTH. Hormon ACTH dapat merangsang cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak Enzim utama dalam racun lebah adalah hyaluronidase dan fosfolipase A. Hyaluronidase memecah cairan antar sel sehingga racun lebih cepat menyebar di antara sel, sedangkan fosfolipase A merusak fosfolipid yang menyebabkan kematian sel.

Madu (honey)

Madu merupakan bahan makanan alami yang tidak ada tandingannya dalam nilai gizinya. Madu tersusun dari berbagai komponen kimia: Asam organik. Terdiri dari asam oksalat, asam sitrat, asam malat, asam tartatarat, asam laktat, yang punya kemampuan membantu proses metabolime tubuh. Sedangkan asam laktat sendiri bermanfaat mencegah dan penetral senyawa penyebeb tumor atau kanker yaitu bersifat karsinogenik, ini karena mengandung laktobasilin yang diketahui menghambat proses pembentukan kanker dan zat berbahaya yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi

Enzim

Setidaknya terdiri dari 10 macam, diantaranya lipase, peroksidase, amilase, diastinase, invertase,laktase, protease, oksidase,dll. Kesemuanya membantu dalam proses metabolisme dalam tubuh dengan mengurai makanan yang masuk dalam tubuh menjadi lebih sederhana. Vitamin terdiri dari; vitamin B kompleks, C, K, H atau terdiri dari Riboflavin, niastin, thiamin, piridoksin, asam askorbat, asam pantotenat. Vitamin tersebut sangat berguna sebagai bagian dari enzim dan ko-ensim yang mengatur proses metabolisme, mempertahankan fungsi jaringan tubuh, pembentukan sel baru, membantu pembentukan zat dalam tubuh. Mineral. Berbagai mineral yang terkandung dalam madu diantaranya: Belerang (S), Besi (Fe), Kalium (K), Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mg), Klor (Cl), Fosfor (P). Kandungan mineral ini sangat bermanfaat dalam tubuh sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh seperti tulang dan gigi, rambut, kulit, sel darah merah, juga sebagai pertukaran nilai pH cairan tubuh, membantu proses pembekuan darah, juga untuk kepekaan saraf dan pengerutan otot.Senyawa lain yang belum banyak diketahui secara detail namun mampu sebagai perangsang biogenik, inhibitor, anti bakteri, anti jamur dan sebagai desinfektan.

Susu Lebah (Royal Jelly)

Cairan seperti susu, yang dihasilkan dari kelenjar saliva (ludah) lebah pekerja. Terdiri dari 20 macam asam amino dengan komposisi cyctine yang terbanyak, disusul lysine dan arginine. Kandungan lain B kompleks, dengan mutu yang terbaik yang berperan mempercepat penyembuhan luka, luka membusuk (ganggren), herpes, infeksi akibat radang, borok, dermatitis bahkan masuk angin, juga dalam royal jelly terkandung vitamin A dan C.

Kandungan acethylchlorine dalam royal jelly dalam jumlah relatif banyak, sangat berperan dalam berbagai fungsi faal tubuh, seperti merangsang sekresi adrenalin dan berperan sebagai mediator kimia menghantar impuls saraf. Dengan kemampuan ini royal jelly mampu menstimulasi sekresi kelenjar dan penting sebagai tonikum untuk system saraf. Dalam penggunaannya untuk terapi, dosis yang dianjurkan relatif kecil yaitu 25 – 50 mg,. Royal jelly juga bermanfaat untuk menghindarkan kelelahan, mengurangi kadar kolesterol dalam darah juga bahan kosmetik pengencang kulit.

•Perekat Sarang ( Propolis ) Adalah bagian dari koloni lebah yang berfungsi untuk ketahanan sarang dan koloninya dari serangan bakteri, jamur, virus dan mikrob lain. Berasal dari bahasa yunani pro = ketahanan, polis = kota. Kemampuan propolis dalam “pertahanan” dari serangan kuman dari luar adalah pada kadungan Bioflovonoid-nya. Diketahui Bioflovonoid dapat menyembuhkan system kapiler yang tersumbat, memperbaiki kerapuhan dan kebocoran saluran darah yang dianggap penting untuk melawan penyakit.

Benang sari bunga jantan (Bee Pollen) Bee Pollen adalah sari bunga yang berfungsi untuk penyerbukan. Bee Pollen ukuranya sangat kecil dan terlihat sebagai debu yang beterbangan disekitar tanaman yang berbunga. Dari analisis kimia pollen mengandung berbagai zat yang berguna untuk kesehatan dan penyembuhan penyakit. Kandungan tersebut adalah protein ( 7,1 gr per oz), asam amino ( cystine lysine, histidine, arginine, asparatic, threonine, serine, glutamic, alanine, valine, methionine, isoleusine, leucine, tyrosine, phenilalanine dan tryptophan), mineral ( kalsium, besi, potassium, fosfor, sodium, yodium, magnesium, seng, tembaga, boron, barium, chromium, mangan dan strontium), vitamin ( A, B1, B2, B3, B6, B12, C, D, E ), enzim ( amilase, protease, lipase), lain-lain ( karbohidrat, serat, gula, abu, dll).

Bee Pollen diketahui dapat memulihkan kurang nafsu makan apada anak-anak dan anemia, juga dapat menstimuli pebentukan darah merah, penyembuh bagi hati yang terinfeksi atau rusak, mengembalikan vitalitas. Dari beberapa penelitian di buktikan pollen sebagai antibiotik alami untuk bakteri E. Coli dan Proteus. Asam amino yang dikandungnya lebih lengkap dibanding daging, susu, dan telur.

Pranala luar

  1. ^ Czarnetzki, Beate M.; Thiele, Thomas; Rosenbach, Thomas (1990-02). "Evidence for leukotrienes in animal venoms". Journal of Allergy and Clinical Immunology. 85 (2): 505–509. doi:10.1016/0091-6749(90)90162-w. ISSN 0091-6749.