Tempat pemakaman Jenghis KhanPusara Jenghis Khan (meninggal pada Agustus 1227) merupakan bahan banyak spekulasi dan penelitian. Sampai hari ini, situs tersebut belum ditemukan, meskipun secara umum diyakini bahwa pusara Jenghis Khan berada di dekat wilayah gunung suci Burkhan Khaldun di Pegunungan Khentii. Terdapat Mausoleum Jenghis Khan di Prefektur Ordos, Mongolia Dalam, Tiongkok. Namun, mausoleum ini hanya berupa kuil yang didedikasikan untuk Jenghis Khan di Mongolia Dalam pada masa modern, dan bukan tempat pemulasaran jenazah Jenghis Khan. Catatan sejarahMenurut catatan legenda, Jenghis Khan meminta untuk dimakamkan penanda apapun, dan dimakamkan di wilayah Mongolia saat ini. Dalam catatan Marco Polo pada akhir abad ke-13, disebutkan bahwa bangsa Mongol sendiri tidak memiliki informasi mengenai makam tersebut. Manuskrip Sejarah Rahasia Bangsa Mongol hanya mencantumkan tahun kematian Jenghis Khan (1227) namun tidak menyebutkan informasi perihal lokasi makan Jenghis Khan. Dalam buku "Perjalanan Marco Polo" (The Travels of Marco Polo) ditulis bahwa "Sudah menjadi kebiasaan yang tidak berubah, bahwa semua Khan agung, dan pemimpin-pemimpin suku Jenghis-khan lainnya, harus dibawa untuk dipulasarakan di gunung tinggi bernama Altai, dan di mana pun mereka meninggal, walaupun berjarak seratus hari perjalanan, jenazah mereka harus tetap dibawa ke sana untuk dikuburkan.” Dalam sebuah riwayat cerita yang terkenal, Marco Polo menceritakan bahwa terdapat 2.000 budak yang menghadiri pemakaman Jenghis Khan dibunuh oleh tentara yang menjaga mereka, dan tentara pembunuh tersebut pada gilirannya dibunuh oleh tentara lain yang membunuh siapa pun dan apa pun yang melintasi jalan mereka, demikian untuk menyembunyikan di mana Jenghis Khan dimakamkan. Legenda lain menyatakan bahwa ketika iring-iringan pemakaman Jenghis Khan sampai di tujuan, mereka melakukan bunuh diri.[1][2] Namun riwayat cerita ini tidak muncul dalam sumber-sumber kontemporer lainnya.[3] Riwayat cerita lain menyatakan bahwa sebuah sungai dialihkan untuk mengalir di atas makamnya agar tidak mungkin ditemukan, hal ini mirip dengan mitos penguburan Raja Sumeria Gilgamesh dari Uruk atau kisah pemakaman pemimpin Visigoth Alaric.[2] Kisah lain menyebutkan bahwa makamnya diinjak-injak oleh kuda, ditanami pepohonan diatasnya, atau terkubur dalam lapisan es yang tebal.[2] Erdeni Tobchi (1662) menyatakan bahwa peti jenazah Jenghis Khan mungkin sudah kosong ketika tiba di Mongolia, karena dikuburkan sembunyi-sembunyi. Demikian pula, Altan Tobchi (1604) menyatakan bahwa yang dikuburkan di mausoleum di Ordos hanya pakaian, tenda, dan sepatunya (Ratchnevsky, hal. 143 dst.) Turnbull (2003, hal. 24) mengisahkan legenda lain mengenai penemuan kembali makam Jenghis Khan 30 tahun setelah kematian Jenghis Khan. Menurut kisah ini, seekor unta muda dikuburkan bersama Jenghis Khan, dan induk unta tersebut berdiri diatas kuburan anak-anaknya sambil berteriak. Arkeolog asal Jepang Shinpei Kato juga menyebutkan kisah penguburan bayi unta ini, dengan tambahan narasi demikian sehingga induk unta tersebut dapat membawa keluarga Khan ke pusara bila diperlukan, hal ini didokumentasikan dalam setidaknya satu teks Tiongkok kuno.[4] Menurut tradisi Dinasti Yuan, seluruh Khan agung bangsa Mongol dimakamkan di wilayah sekitar pusara Jenghis Khan. Situs tersebut dikenal dalam bahasa Cina sebagai Lembah Qinian (起輦谷). Kendati demikian, lokasi akurat dimana lembah tersebut berada tidak pernah disebutkan dalam dokumen sejarah manapun.[5] Penelitian modernPenelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa tempat pemakaman Jenghis Khan terletak di suatu tempat di sekitar gunung suci Mongol, Burkhan Khaldun (sekitar 48°30′N 108°42′E / 48.5°N 108.7°E ). Gunung ini merupakan tempat yang disakralkan oleh Jenghis Khan untuk berdoa kepada dewa langit Tengri sebelum bergerak untuk menaklukan dan menyatukan suku-suku Mongol dan masyarakat padang rumput lainnya. Setelah kebangkitan Kekaisaran Mongol, tempat ini dikenal sebagai Ikh Khorig, atau Tabu Besar, yang hanya boleh dikunjungi oleh keluarga kekaisaran Mongol. Secara keseluruhan, area seluas 240 kilometer persegi disegel oleh bangsa Mongol, dan siapa pun yang melanggar masuk akan dihukum mati. Di era Soviet, akses ke area ini tetap dibatasi untuk mencegah gunung ini menjadi tempat ziarah dan membangkitkan semangat identitas nasional Mongol. Wilayah Ikh Khorig juga dicatat dijaga oleh tradisi suku Uriankhai yang disebut Darkhad. Tugas itu membuat suku tersebut dibebaskan dari pajak dan dinas militer oleh pemerintahan Kekaisaran Mongol. Penjagaan situs makam kekaisaran seperti itu "mengubah anggapan umum dari cerita tentara yang menyaksikan proses pemakaman Jenghis Khan dieksekusi.”[6] Ekspedisi dan investigasiPada tahun 1920, Saint-John Perse, seorang diplomat dari Perancis menjelajahi Mongolia bersama Henri Picard Destelan, direktur umum harian Chinese Post, dan Dr. Jean-Augustin Bussière. Ketiganya menapaki jejak perjalanan kehidupan Jenghis Khan. Pada tahun 2001, ekspedisi Amerika-Mongolia, yang diselenggarakan oleh pebisnis asal Chicago Maury Kravitz dan dibantu oleh Dr. D. Bazargur dari proyek Ekspedisi Geo-Sejarah Genghis Khan, menemukan situs pusara kuno yang dikelilingi struktur dinding di lereng bukit dekat kota Batshireet. Situs tersebut terletak 200 mil timur-timur laut Ulan Bator dekat Sungai Onon di kaki Pegunungan Khentii. Situs tersebut dekat dengan tempat lahirnya Jenghis Khan dan lokasi sejarah tempat deklarasi Jenghis Khan sebagai penguasa bangsa Mongol secara paripurna. Situs tersebut berisi setidaknya 20 pusara purba untuk individu berstatus tinggi yang belum dibuka.[7] Sebelumnya, situs tersebut telah dikunjungi oleh Ekspedisi Jepang pada tahun 1990an,[7] namun ditutup karena penolakan masyarakat yang khawatir para ilmuwan yang datang berencana untuk menggali dan memindahkan artefak jenazah yang terkubur di situs tersebut.[8] Pada tanggal 6 Oktober 2004, arkeolog menemukan situs istana Jenghis Khan, penemuan ini menimbulkan spekulasi akademis bahwa lokasi makam Jenghis Khan mungkin terletak di dekat situs tersebut.[9] Dalam catatan seorang biarawan Yesuit asal Perancis, Kravitz, disebutkan mengenai ucapan Jenghis Khan saat pertempuran yang terjadi pada saat ia masih menggunakan nama "Temüjin". Menurut sumber tersebut, lokasi pertempuran berada di pertemuan sungai Kherlen dan sungai yang disebut "Bruchi", dengan Burkhan Khaldun berada di sebelah bahu kanannya. Setelah berhasil meraih kemenangan, Temüjin membuat pernyataan bahwa tempat tersebut menjadi tempat yang ia sukai. Kravitz meyakini bahwa makam Temüjin berada di dekat medan pertempuran tersebut, dengan kendala dalam menemukan sungai dengan nama "Bruchi", yang tidak diketahui oleh para kartografer. Namun Kravitz menemukan suatu toponim; "Baruun Bruch" (Brus Barat) di kawasan wilayah tersebut. Pada tahun 2006 dilakukan penggalian arkeologi di sana, dengan lokasi kira-kira 100 kilometer (62 mi) sebelah timur Burkhan Khaldun (pada koordinat 48°N 110°E, di daerah Bayanbulag). Pada Januari 2015, Dr. Albert Yu-Min Lin dari Institut Teknologi Telekomunikasi dan Informasi California di Universitas California, San Diego membuat sebuah proyek terbuka untuk menandai lokasi potensial pusara Jenghis Khan pada citra satelit.[10] Proyek dipublikasikan pada jurnal Public Library of Science One yang mengklaim telah berhasil melakukan identifikasi pada 55 situs arkeologi yang berpotensi merupakan peristirahatan terakhir Jenghis Khan. [6][11] Pada tahun 2015 dan 2016, terjadi dua ekspedisi yang dipimpin oleh pakar arkeologi budaya Mongolia asal Prancis Pierre-Henri Giscard, dan Raphaël Hautefort, seorang pakar pencitraan saintifik, di wilayah pegunungan Khentii (Timur Laut Mongolia) untuk melakukan pembuktian teori tumulus di wilayah puncak gunung Burkhan Khaldun.[12] Setelah melakukan analisis topografik dengan bantuan pesawat nirawak (drone), hasil menunjukkan bahwa terdapat 250-meter (820 ft) tumulus yang dibangun oleh manusia dan kemungkinan dibangun mengikuti gaya makam kekaisaran Tiongkok di Xi'an. Selain itu, ekspedisi menemukan bahwa gundukan tersebut masih menjadi tempat yang disakralkan oleh penduduk sekitar. Ekspedisi tidak melakukan publikasi apapun karena Pierre-Henri Giscard melakukan ekspedisi tanpa izin resmi pemerintah Mongolia, dan tanpa memberi tahu pihak berwenang setempat. Hal itu berkaitan dengan akses ke kawasan sekitar Burkhan Khaldun yang dikontrol ketat oleh pemerintah Mongolia karena kesakralan kawasan tersebut bagi penduduk lokal.[13] Dalam budaya populer
Referensi
Pranala luar |