Tasifeto Timur, Belu
Kecamatan Tasifeto Timur dilalui oleh tiga sungai. Penduduk di Kecamatan Tasifeto Timur terdiri dari suku Kemak dan suku Bunak. Komoditas unggulan di Kecamatan Tasifeto Timur adalah kacang hijau. Penduduk Kecamatan Tasifeto Timur memperoleh air bersih dari Bendungan Haekrit. Di Kecamatan Tasifeto Timur terdapat 9 pos penjagaan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Wilayah administratifLokasi dan luas wilayahKecamatan Tasifeto Timur termasuk salah satu kecamatan di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.[1] Wilayahnya berada di daratan Pulau Timor.[2] Luas wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 211,37 km2.[3] Persentase luas Kecamatan Tasifeto Timur terhadap luas Kabupaten Belu adalah 16,45%.[4] Jarak Kecamatan Tasifeto Timur dari ibu kota Kabupaten Belu sejauh 13 km.[5] Ibu kota Kecamatan Tasifeto Timur terletak di Dusun Wdomu dalam wilayah Desa Manleten.[butuh rujukan] Pada tahun 2023, wilayah Kecamatan Tasifeto Timur telah terbagi menjadi 12 desa. Nama kedua belas desanya yakni: Fatuba’a, Dafala, Takirin, Manleten, Umaklaran, Tulakadi, Silawan, Sadi, Sarabau, Bauho, Halimodok, dan Tialai.[6] Desa-desa ini kemudian terbagi menjadi 90 rukun warga dan 195 rukun tetangga.[7] Nama-nama desa di Kecamatan Tasifeto Timur ialah:[butuh rujukan] Perbatasan wilayahBatas-batas wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah sebagai berikut:[butuh rujukan]
Perbatasan negaraKecamatan Tasifeto Timur termasuk salah satu kecamatan di Kabupaten Belu yang berbatasan darat dengan Timor Leste.[8] Titik batas darat antara negara Indonesia dan Timor Leste di Kecamatan Tasifeto Timur berada di Makam Faturokon dalam wilayah Desa Dafala.[9] Pintu perbatasan utama antara Indonesia dan Timor Leste terletak di Desa Silawan dalam wilayah Kecamatan Tasifeto Timur. Pintu perbatasan ini dinamakan Pintu Lintas Batas Motaain.[10] GeografiKecamatan Tasifeto Timur dilalui oleh 3 sungai yaitu Sungai Baukama, Sungai Baukoek dan Sungai Motumoru. Panjang aliran Sungai Baukama yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 45 km. Panjang aliran Sungai Baukoek yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 10 km. Sedangkan Panjang aliran Sungai Motumoru yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 15 km.[11] DemografiPenduduk di Kecamatan Tasifeto Timur terdiri dari suku Kemak dan suku Bunak.[1][12] Suku Kemak menghuni Desa Umaklaran dan Desa Sadi. Bahasa yang dipertuturkan oleh suku Kemak adalah bahasa Kemak.[13] PerekonomianKomoditas unggulanKecamatan Tasifeto Timur merupakan salah satu sentra produksi kacang hijau di Kabupaten Belu. Penduduk Kecamatan Tasifeto Timur membudidayakan kacang hijau sebagai tanaman pangan. Pemilihan kacang hijau didasari oleh harga jual kacang hijau relatif stabil. Alasan lainnya ialah masa tanam dan masa panen kacang hijau termasuk singkat karena hanya sekitar 3 bulan. Kacang hijau dari Kabupaten Belu dijual dan dikirim ke Kota Surabaya.[14] InfrastrukturDi Kecamatan Tasifeto Timur telah dibangun sebuah bendungan bernama Bendungan Haekrit. Pembangunan Bendungan Haekrit ditujukan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan air minum dan pertanian bagi penduduk Kabupaten Belu. Pembangunan Bendungan Haekrit dimulai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Biaya pembangunan Bendungan Haekrit adalah Rp. 35.111.432.000.[15] Keamanan negaraDi Kecamatan Tasifeto Timur terdapat 9 pos penjagaan perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Nama-namanya ialah Wenabahi, Salore, Asulait, Alibete, Mahin, Fatubesi, Dafala, Lookeu, dan Fatubesi. Pos Penjagaan Wenabahi terletak di Desa Silawan. Pos Penjagaan Salore terletak di Desa Tulakadi. Pos Penjagaan Asulait dan Pos Penjagaan Alibete terletak di Desa Sarabau. Pos Penjagaan Mahin terletak di Desa Baudauk. Satu Pos Penjagaan Fatubesi di Desa Takirin dan satu lagi bernama sama di Desa Fohoeka. Pos Penjagaan Dafala terletak di Desa Dafala. Sedangkan Pos Penjagaan Lookeu terletak di Desa Lookeu.[16] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luar |