Penduduk Tarempa terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu suku Melayu, Minang, Jawa, Batak, Banjar, Bugis, Tionghoa, dan beberapa suku lainnya. Mata pencaharian utama penduduk Tarempa adalah di sektor pertanian dan nelayan. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2024, mencatat bahwa masyarakat Tarempa memiliki beragam agama yang dianut. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut adalah Islam sebanyak 81,15%, kemudian agama Kristen sebanyak 13,06%, (Katolik 8,55% dan Protestan 4,51%). Sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 5,79%.[1]
Wisata
Wisata unggulan kawasan ini adalah wisata bahari dan laut dengan gugusan pulau yang indah. Tetapi, letaknya yang terisolisir dimana berbatasan dengan Laut Cina Selatan, Vietnam, Singapura, Malaysia, Tiongkok, Filipina, dan Thailand.[2] Di pulau ini memiliki potensi wisata yang sangat besar karena kondisi karangnya yang sebagian besar masih terawat, air yang jernih yang sangat memungkinkan menjadi potensi wisata yang sangat menarik bagi orang-orang yang ingin menjauh dari kehidupan perkotaan yang menjemukan. Ada lanskap yang bagus di malam hari, dengan melihat rumah-rumah terapung arga yang berada di atas laut yang bertandakan lampu-lampu redup.[2]
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti pernah mengunjungi Pulau ini, untuk melakukan aksi penenggelaman kapal ilegal, dan menegaskan kepada nelayan-nelayan sekitar jangan pernah menggunakan peledak untuk menangkap ikan karena akan merusak karang-karang yang ada.[3]