Tampui
Tampui atau tampoi (Baccaurea macrocarpa) adalah sejenis buah dan pohonnya, anggota suku Phyllanthaceae (dulu: Euphorbiaceae). Buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, tetapi berukuran lebih besar dan berkulit lebih tebal. Juga dikenal dengan nama-nama lain seperti di Malaysia: merkeh (Kelantan); ngeke, lara, rambai, tampoi batang, tampoi, tampui. Di Sumatra: tampui daun, tampui bulan, tampui benar, tampoi saya; Bangka: medang, tampui. Di Kalimantan: Pasin; pegak (Dayak Tunjung); puak, tampoi (Iban); setai (Kenyah); jentikan (Kutai); tampoi (Kedayan); buah setei, empak kapur, kapul, terai. Dalam bahasa Inggris: Greater tampoi.[1] PemerianPohon kecil berumah dua (dioesis); tinggi hingga 27 m dan gemang hingga 64 cm, batang tampui kerap beralur-alur dalam hingga setinggi 5 m. Kadang-kadang berbanir kecil dan rendah.[1] Daun-daun tersebar, daun penumpu panjang hingga 9 mm. Helaian daun jorong hingga bundar telur atau bundar telur sungsang, (7,2–)9–37 × 3,1–17,5 cm, bertangkai panjang hingga 14,5 cm. Perbungaan kebanyakan muncul pada cabang (ramiflory) atau pada batang (cauliflory), tandan bunga jantan panjang hingga 13 cm, yang betina hingga 18 cm, bercabang-cabang. Bunga-bunga berukuran kecil, yang jantan dengan diameter hingga 2 mm, hijau, kuning, atau putih; yang betina sedikit lebih besar hingga 4,5 mm.[1] Buah-buah terangkai dalam tandan panjang hingga 15 cm, dengan tangkai setebal 4–6 mm. Berbentuk bulat atau hampir bulat, buah tampui merupakan buah kotak berdinding tebal mengayu, cokelat hingga kelabu di bagian luar, berukuran 30–65 × 34–75 × 34–75 mm. Berbiji (2–) 3–6 butir, yang tertutup oleh salut biji berwarna putih hingga kuning, kadang-kadang jingga.[1] KegunaanBuahnya yang manis digemari orang dan dijual di pasar-pasar lokal. Kayunya kuat dan awet, sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.[2] Penyebaran dan ekologiTampui menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan.[2] Ditemukan tumbuh hingga ketinggian 1.600 m dpl., tumbuhan ini hidup liar di hutan-hutan dataran rendah, hutan riparian, hutan rawa, dan juga hutan sekunder, di atas tanah-tanah liat merah atau liat berpasir.[1] Tampui juga banyak ditanam di wanatani, bercampur dengan aneka tanaman buah dan kayu lainnya. Catatan kaki
Bacaan lanjut
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Baccaurea macrocarpa.
|
Portal di Ensiklopedia Dunia