Taman ini merupakan hasil utama dari proyek Eko-Koridor Sungai Kedayan (maka dinamakan Taman Eko-Koridor), sebuah proyek untuk merevitalisasi Sungai Kedayan melalui mitigasi banjir, rehabilitasi lingkungan dan pengembangan ruang publik.[1][2][3][4] Proyek ini juga merupakan bagian dari Rencana Induk Pembangunan Bandar Seri Begawan yang lebih luas yang bertujuan untuk merevitalisasi ibu kota, khususnya di pusat kota, dengan pengembangan lebih lanjut dari infrastruktur komersial, perumahan, sosial dan utilitas.[1][5]
Sejarah
Pembangunan taman ini dimulai pada bulan Januari 2016 sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Nasional ke-10 (Rancangan Kemajuan Negara Ke-10 atau RKN10) di bawah Kementerian Pembangunan.[5][4] Proyek ini dijadwalkan selesai pada bulan Mei 2018 tetapi pada kenyataannya selesai 8 bulan lebih awal.
Pada tanggal 22 Oktober 2017, taman ini secara resmi diresmikan oleh Sultan Hassanal Bolkiah bertepatan dengan Ulang Tahun Emas kenaikan takhtanya yang dirayakan pada tanggal 5 Oktober 2017.
Ikhtisar
Taman Mahkota Jubli Emas adalah taman tepi sungai seluas 12 hektar (30 are) yang terletak di bagian tepian sungai di sepanjang Sungai Kedayan yang mengarah ke muara yang mengalir ke Sungai Brunei.[3] Taman ini memiliki jalan setapak selebar 6 meter untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, serta taman dan ruang hijau untuk kegiatan rekreasi.[3]
Terdapat sebelas titik akses menuju taman: sembilan dari daratan dan dua dari sungai melalui dermaga.[3] Salah satu titik akses adalah melalui Jembatan Penyeberangan Sultan Omar 'Ali Saifuddien, yang melintasi sungai dan menghubungkan taman dengan tepian sungai di seberangnya dekat kawasan komersial Batu Satu.[3]
Kritik
Taman dan proyek Eko-Koridor secara umum dikembangkan di lingkungan Mukim Sungai Kedayan di Kampong Ayer. Pembangunan tersebut tak pelak menyebabkan relokasi sekitar 500 penduduk dari daerah tersebut dan seluruh mukim tersebut kini tidak ada lagi.[3] Proyek tersebut telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran terhadap vitalitas komunitas Kampong Ayer, yang telah terancam oleh berkurangnya populasi karena emigrasi terus-menerus ke wilayah tersebut selama bertahun-tahun.[6]