Sulaa (juga sering disebut dengan Desa Topa) merupakan sebuah wilayah paling bersejarah di Kota Baubau.[1] Topa dijuluki sebagai "Negeri Sejuta Mata Air", karena memiliki sumber mata air alami sebagai sumber utama kebutuhan hidup masyarakatnya. Selain itu, Topa juga dijuluki sebagai "Kampung Diplomat", karena secara historis menjadi pendaratan pertama Kerajaan Buton yang ditandai dengan ditemukannya tempat bersejarah "Sulaana Tombi", yaitu situs bersejarah tempat ditancapkannya bendera "Longa-Longa" sebagai bendera simbol Kerajaan Buton. Dahulunya di wilayah ini dihuni oleh tiga orang "utusu" (baca: utusan atau diplomat), yang bernama La Bawea sebagai penguasa wilayah Utara Topa, Laode Nurdin sebagai penguasa wilayah Tengah Topa, dan La Balawa sebagai penguasa wilayah Selatan Topa. Di satu sisi, Topa juga dijuluki sebagai "Kampung Tenun", karena wilayah ini menjadi penghasil terbesar kerajinan Sarung Tenun khas Buton di Indonesia. Wilayah ini terbentang luas tiga pantai utama, yaitu Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, dan Pantai Tobe-Tobe (sebagai pantai utama Topa).
Dalam perkembangannya pada awal tahun 2011, di Sulaa mulai beroperasi sebuah pertamina terbesar di Indonesia Timur, sekaligus menyuplai semua kebutuhan bahan bakar di Indonesia Tengah hingga Indonesia Timur.
Sejarah singkat
Secara historis Sulaa merupakan sebuah wilayah persinggahan para pedagang luar Buton sejak abad 19. Nama Sulaa diambil dari sebuah tempat yang terletak di ujung utara desa Topa. Wilayah ini dijuluki sebagai "Kampung Diplomat" karena secara historis menjadi pendaratan pertama Kerajaan Buton yang ditandai dengan ditemukannya tempat bersejarah "Sulaana Tombi", yaitu situs bersejarah tempat ditancapkannya bendera "Longa-Longa" sebagai bendera simbol Kerajaan Buton. Dahulunya di wilayah ini dihuni oleh tiga orang "utusu" (baca: utusan atau diplomat), yang bernama La Bawea sebagai penguasa wilayah Utara Topa, Laode Nurdin sebagai penguasa wilayah Tengah Topa, dan La Balawa sebagai penguasa wilayah Selatan Topa. Demikianlah Sulaa dan Topa memiliki arti nama yang masing-masing memiliki makna khusus.
Kelurahan sulaa merupakan daerah atau kawasan wisata pantai yang sebagian masyarakatnya adalah nelayan dan pengrajin tenun.[2] Kelurahan Sulaa Terletak sekitar 7 kilometer dari pusat kota Baubau, tidak jauh dari pantai Nirwana. Disini anda bisa menyaksikan langsung proses pembuatan sarung tenun khas Buton. Tenunan khas Buton ini sangat unik dari sisi pembuatan serta rancangannya dan menghasilkan beragam motif dan warna. Namun, motifnya sangat khas sehingga kita masih bisa mengidentifikasinya sebagai tenunan khas Buton (bila kita membandingkan dengan motif tenunan daerah lain).
Ciri lain yang menonjol dari perkampungan ini adalah budidaya rumput lautnya. Bila anda melihat banyak sekali benda-benda terapung (biasanya dari botol-botol plastik air mineral) yang diikatkan pada tali dan tetap mengapung di atas permukaan air, itu berarti dibawahnya ada rumput laut yang sedang dikembangbiakkan. Ini merupakan salah satu komoditas penting kota Baubau, dan Pemerintah Kota Baubau selalu mendukung adanya iklim investasi, baik swasta maupun asing, untuk komoditas yang satu ini.
Keadaan wilayah
Kelurahan Sulaa mempunyai wilayah daratan seluas 9,00 km², luas laut berkisar seperempat dari seluruh luas wilayah laut di Kota Baubau. Kawasan Sulaa memiliki potensi untuk pengembangan sarana dan prasarana transportasi laut.
Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 4.15°–4.22° Lintang Selatan dan di antara 122.25°–122.26° Bujur Timur atau terletak di sebelah Barat Kota Baubau.
Kelurahan Sulaa pada umumnya memiliki permukaan yang datar, berpasir dan sedikit bukit berjurang. Di wilayah ini karena sangat berdekatan dengan laut, terbentang selat antarpulau yang merupakan jalur potensial untuk mengembangkan sektor transportasi dan perikanan.
Kelurahan Sulaa memiliki pula mata air yang banyak, yaitu tempat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa sumber air untuk minum yang langsung berasal dari alam. Mata air tersebut umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata, sumber tenaga air, dan kebutuhan rumah tangga.
Tahun 2011 Dampak perubahan iklim dan cuaca saat ini di rasakan nelayan Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau, baik nelayan tangkap maupun nelayan budidaya. Menurut kebiasaan, tiap tahun di bulan Mei hingga bulan Juni nelayan tangkap sudah siap melaut, dan nelayan budidaya biasanya sudah mempersiapkan rakit serta penaburan bibit rumput laut, tetapi berbeda pada tahun 2012 belum ada nelayan yang melakukan aktivitas itu karena masih ragu dengan kondisi laut yang belum stabil.
Wilayah Kelurahan Sulaa terdiri dari 4 wilayah pembagian, yaitu: Topa Pantai, Topa Daratan, Wilayah Lombe, dan sepanjang wilayah Lakeba.
Perindustrian
Pada tahun 2012, bantuan dari Kementrian Sosial telah dikucuran untuk kelurahan Sulaaa. Bantuan tersebut tamabahan modal untuk penguatan bagi para pengarajin kain tenun, sehingga mampu meningkatkan produktivitas serta kualitas kain yang dihasilkan. Selain itu tahun 2012, Sulaa akan kembali mendapatkan bantuan dari Kementrian Sosial kurang lebih Rp100 juta rupiiah. Oleh karena itu, perhatian terhadap masyarakat di kelurahan tersebut masih akan terus terkucur sehingga mampu mendongkrak perekonomian dan pendapatan perkapita masyarakat.
Pada tahun 2011, 30 orang yang mendapatkan bantuan. Pada tahun 2012, 1000 orang akan kembali diberikan penguatan modal usaha khususnya pengrajin kain tenun. Tahun selanjtunya ditargetkan, seluruh masyarakat Sulaa sudah mendapatkan bantuan.
Karena kelurahan Sulaa telah menjadi program nasional, lanjutnya maka daerah tersebut akan didesain sebagai daerah atau kawasan home industri dengan mengangkat ptoensi yang dimiliki. Sehingga perekonomian masyarakat bisa tumbuh dan pendapatan perkaipta masyarakat bisa meningkat.
Di Sulaa juga telah beroperasi beberapa perusahaan besar, seperti: PT Arahon Indah, Restoran Lakeba, dan Pertamina Pesisir Kota Baubau.
Pariwisata
Topa menjadi wilayah paling maju dalam hal pariwisata, hal ini ditandai dengan tujuh wilayah penting, yaitu wilayah utama industri Sarung Tenun Buton, Cagar Laut Sulaa, Pantai Tobe-Tobe, pemandian Air manjawari, Wisata Festifal Sulaa, tempat diselenggarakannya Olimpiade Buton yang pertama, dan diusung menjadi pusat pengrajin sarung Tenun Buton Se-ASEAN.
- Pantai Nirwana
Pantai berpasir putih memanjang 500 meter menghadap ke laut lepas. Wisatawan dapat menyalurkan hobi berolahraga air atau sekadar bersantai di suasana pantai yang hangat. Melepaskan lelah dan menikmati kenyamanan Alam laut.
- Pantai Lakeba
Pantai Berpasir putih yang dihiasi dengan Jembatan Biru memanjang ke laut. Terdapat Rumah Makan dan Restoran La Keba yang sangat ramah dengan makanan laut. Jarak dari Pusat kota sekitar 7 km. Naik kenderaan darat.
Pantai Tobe-Tobe
Merupakan pantai utama yang terletak langsung di pesisir Barat wilayah. Pantai ini sekaligus menjadi pusat mata pencaharian masyarakat Topa. Hasil lautnya dapat berupa rumput laut (baca: "agar-agar"), berbagai jenis ikan karang seperti ikan Merah, ikan Boronang, dll.
- Pemandian Topa "Negeri Sejuta Mata Air"
Jika Anda ingin merasakan segarnya air yang terhubung langsung dengan laut dangkal, maka tempat inilah yang harus Anda kunjungi. Di Lokasi ini terdapat ratusan mata air dari berbagai sumber, dimana Airnya berasa tawar dan dapat diminum langsung tanpa proses masak.
Pemandian Air Manjawari
Pemandian ini juga digunakan sebagai Wisata pemandian keluarga. Tempat ini juga menjadi Pantai Kamali kedua di Kota Baubau, yaitu sebuah area publik yang terletak di pesisir laut Topa yang paling digemari masyarakat. Wisatawan yang melalui jalur laut, merupakan yang utama untuk dikunjungi karena letaknya sangat dekat, strategis.
- Gua Lakasa
Objek wisata ini berada sekitar 7 Km dari pusat Kota Baubau dengan kedalaman sekitar 100m. Didalam gua terdapat genangan air yang dapat digunakan sebagai tempat permandian. Di gua ini jg terdapat stalag mit yang sangat unik.
Referensi