Sukorejo adalah sebuah nama desa di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Sekilas Asal usulusul Desa Sukorejo
Selama ini masyarakat sekitar desa sukorejo buduran sidoarjo sebagian memiliki keyakinan atau kepercayaan untuk menggelar kenduri disalah satu makam yang dikeramatkan diwilayah sukorejo. Kenduri atau kirim doa ini dilakukan ketika masyarakat ada yang akan menggelar acara hajatan entah nikahan atau sunatan. Begitupun ketika musim panen dan musim tanam telah tiba. Dan tak jarang pula mereka yang nadzarnya telah kesampaian juga menggelar acara serupa.
Acara kenduri digelar disekitar pepunden atau makam yang dikeramatkan di desa sukorejo telah dilakukan masyarakat sudah lama dan menjadi tradisi secara turun temurun.
Adapun Masyarakat yang datang ke pepunden desa sukorejo, yaitu makam mbah sapu angin, sebagian besar adalah masyarakat sekitar, ada juga masyarakat luar daerah yang kakek neneknya berasal dari desa tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga masyarakat luar pulau yang datang kemakam ini untuk mengalap berkah seperti kebiasaan masyarakat jawa pada umumnya.
konon katanya jika pas mau menggelar acara hajatan dan tidak mengadakan acara kirim berkah atau syukuran dimakam pepunden, maka akan terjadi musibah, seperti ada gangguan angin yang menyebabkan terop waktu hajatan bisa tertiup angin dan tak ayal terop atau tenda bisa beterbangan. Begitupun dengan mereka yang akan melaksanakan musim tanam, maka tanaman mereka bisa gagal panen jika tak melakukan apa yang sudah menjadi tradisi masyarakat . Dan hal semacam ini sudah banyak yang membuktikan atau mengalaminya.
Cerita tentang kemampuan mbah sapu angin sendiri beredar dimasyarakat luas dari mulut satu kemulut yang lainnya. Banyak kisah keberhasilan seseorang yang melakukan ritual ngalap berkah dengan cara membaca wirid di makam ini dan kebanyakan dari mereka banyak yang tercapai cita-cita atau hajat yang diharapkan. Dan hal semacam ini, mau tidak mau masyarakat sekitar sudah terlanjur menaruh keyakinan akan hal ini.
Diarea makam pepunden ini masyarakat juga memiliki keyakinan kita dilarang jobriyo atau menyombongkan diri dengan mengatakan kita sakti bisa ini dan itu, karena sudah tidak sedikit orang yang udah meninggal beberapa hari berikutnya setelah melangar apa yang menjadi pantangan di area makam pepunden ini. Walau belum ada bukti otentik tentang turut campurnya mbah sapu angin terhadap apa yang diangap tidak boleh menurut keyakinan masyarakat.
Sebagai hamba tuhan dimanapun kita maka perilaku sopan santun, andap ashor harus kita kedepankan karena rasa sombong dan jobriyo dimanapun tempatnya maka sifat seperti ini bisa membinasakan dirikita, karena itu termasuk perbuatan tercela. Oleh sebab itulah kita harus buang jauh-jauh sifat tercela tersebut bukan karena ada ini dan itu kita harus bersikap sopan santun. Tapi sebagai manusia yang memiliki akal, tentunya kita akan mengerti mana yang layak dan tidak untuk perilaku kita terhadap sesame hamba tuhan.
Hal semacam ini minta berkah, seakan tidak berlaku bagi mereka yang hanya pendatang dikampung tersebut, mungkin karena mereka tidak menyakini hal semacam itu sesuai dengan ajaran keimanan yang mereka anut. Atau bisa juga karena ketidaktahuan mereka akan tradisi masyarakat sekitar Sehingga mereka tidak merasa memilki tradisi seperti masyarakat asli desa sukorejo.
Namun ada juga masyarakat yang ketika menjadi pendatang atau penduduk baru di desa sukorejo yang melakukan ritual seperti kebiasaan masyarakat, akan tetapi tidak digelar dimakam pepunden melainkan dirumah yang mereka tempati.
Masih berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat sekitar. Bahwa yang babat alas ’’bahasa jawa’’ orang yang bermukim pertama kali, yaitu mbah sapu angin. Cerita ini berkembang secara turun temurun di masyarakat sekitar sukorejo. Hal ini juga di dukung oleh adanya makam mbah sapu angin yang berlokasi diwilayah desa sukorejo dan masih dianggap serta dikramatkan hingga saat ini.
Untuk saat ini makam pepunden yang dikramatkan tersebut masih sering didatangi masyarakat sekitar, bahkan tak jarang pula masyarakat luar daerah yang datang kemakam mbah sapu angin pada hari-hari tertentu seperti malam jumat legi untuk melakukan ritual ngalap berkah.
Kedatangan mereka, pada umumnya kebanyakan untuk ngalap berkah agar bisa sukses usahanya atau apa yang dicita-citakan bisa tercapai, seperti yang saya sebutkan diawal. Dan kebanyakan dari mereka yang diluar daerah atau luar desa, yaitu mereka-mereka yang direkomendasikan oleh orang pintar atau dukun dan guru spiritual mereka.
Mbah sapu angin sendiri terkenal dengan kesaktiannya terutama dalam hal-hal pengobatan, ini masih berdasarkan cerita yang diwariskan secara turun temurun dan melegenda yang seakan menjadi sebuah cerita dongeng wajib sebelum tidur.
Mbah sapu angin...
Jika kita melongok berbagai sejarah suatu daerah, nama mbah sapu angin bisa jadi semacam nama gelar atau nama julukan yang diberikan seseorang atau pembesar kepada orang tersebut. Dan ternyata nama ini memang sekedar nama julukan yang tidak diketahui masyarakat akan arti makna dari pemberian nama tersebut.
Lalu siapa nama asli mbah sapu angin?
Dari mana beliau berasal?
Dan tahun berapa nama sukorejo mulai terpakai?
Saya akan uraikan berdasarkan penelusuran yang saya dapatkan dari data pemerintah desa sukorejo dan cerita yang berkembang di masyarakat sekitar secara turun temurun sehingga semua dapat disimpulkan secara jelas dan gamblang.
Mbah sapu angin….
Inilah nama yang paling di kenal oleh kebanyakan orang. Namun masih ada orang yang tau bahwa nama asli mbah sapu angin yaitu nyai maningo astro, adik kandung dari mbah SAPU JAGAT yang makamnya berada di desa sidokepung. Dan makamnyanya juga dikeramatkan seperti halnya mbah sapu angin.
Berdasarkan cerita dari salah satu warga yang usianya sudah hampir satu abad ini dan mempunyai kemampuan kebatinan atau indra ke enam untuk urusan hal gaib, nyai maningo astro adalah sosok wanita yang tidak terlalu gemuk ataupun kurus dan tidak pula tinggi ataupun rendah.
Perawakan nyai maningo astro sendiri biasa saja. Rambutnya tipis namun panjang, sehingga ketika rambutnya disanggul tampaklah sanggulnya yang tidak begitu besar dan warna kulitnya sawo matang seperti kulit orang jawa pada umumnya.
Nyai maningo astro memiliki kebiasaan sangat suka menyelipkan bunga melati segar diantara sanggulnya sehingga aroma melati yang sangat semerbak mendahului setiap langkahnya ketika mbah sapu angin datang kemanapun. Dan hiasan melati sungguh seakan menambah sempurna kecantikannya. Begitupun dengan aroma melati yang sangat semerbak ini, sering dijadikan petanda bahwa nyai maningo astro telah hadir, bagi para peziarah makam atau orang-orang yang datang untuk ngalap berkah dengan melakukan ritual dimakam nyai maningo astro.
Nyai maningo astro, berdasarkan sumber dan cerita masyarakat semua menuturkan bahwa nyai maningo astro tidak pernah menikah, sehingga tidak memiliki keturunan.
Adapun mengenai asal muasal mbah sapu angin, yaitu berasal dari kerajaan mataram. Ini berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari juru kunci makam nyai maningo astro saat ini. Untuk mengenai silsilah tentang keberadaan nyai maningo astro sendiri, yang jelas tidak ada bukti valid ataupun faktor lainnya yang bisa dijadikan rujukan misalkan semacam benda benda kuno, artefak ataupun berupa buku catatan. Bahkan dibatu nisan tempat dimana nyai maningo astro disemayamkan tidak ada tanda berupa tanggal atau semacamnya. Sehingga tidak diketahui secara pasti dan dimana nyai maningo astro dilahirkan, begitupun dengan kewafatannya yang sampai saat ini tetap menjadi misteri yang tidak diketahui kapan pastinya.
Namun jika kita coba untuk menarik mundur, tentang muasal nyai maningo astro yang konon dari matara. Maka bisa dijadikan benang merah ketika dihubungkan dengan kerajaan jenggala. Akan tetapi masih belum bisa dipastikan secara gamblang tentang muasal yang jelas mengenai hubungan nyai maningo astro dengan silsilah dari kerajaan mataram.
Desa sukorejo sendiri, mulai disebut sukorejo pada thn 1828 tepatnya tgl 27 juli, hal itu merujuk pada data yang ada di pemerintahan desa sukorejo. Ada keterangan bahwa desa sukorejo terbentuk pada tahun dan tanggal diatas. Sehingga sampai saat ini, tiap tgl 27 bulan juli di peringati sebagai hari jadi desa sukorejo, atau yang lebih sering disebut dengan ruwat desa. Namun disitu tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai siapa yang meresmikan atau memberikan nama sukorejo yang dipakai hingga saat ini.
Sampai sekarang, masyarakat desa sukorejo tetap memperingati hari jadi desa sukorejo pada tanggal 27 juli dengan cara mengadakan syukuran dan tahlil bersama-sama dimakam keramat nyai maningo astro. Dan hal semacam ini seakan sudah menjadi tradisi wajib bagi masyarakat sekitar guna menggelar acara syukuran serta kirim doa sebagai bentuk perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar kepada sang maha pencipta.
Adapun mengenai tercatatnya desa sukorejo menjadi wilayah kec buduran berdasarkan data kretek desa, yaitu pada tahun 1943, akan tetapi disitu tidak ada penjelasan yang menerangkan tentang kepastian bulan dan tanggal desa sukorejo menjadi bagian dari wilayah kecamatan buduran.
Dan hal semacam ini selalu menjadi misteri terutama untuk asal muasal desa-desa kecil seperti sukorejo karena minimnya faktor pendukung serta bukti otentik maupun data yang pasti tentang suatu desa.
Semoga cerita singkat yang saya tuliskan ini bisa menambah wawasan para pembaca tentang asal-usul desa sukorejo kecamatan buduran Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
SEJARAH DESA SUKOREJO
Desa Sukorejo berada di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Jika merujuk sejarah terbentuknya wilayah dan pemerintahan desa yang ada sekarang ini nama Sukorejo berasal dari penggabungan 2 Dusun yaitu dusun Gontoran dan Dusun Desan. Adapun untuk memudahkan dalam pengaturan pemerintahan, dibagi menjadi 2 wilayah Gontoran dan Desan. Akhirnya disepakati dari kedua nama perdukuhan tersebut digabung menjadi Sukorejo hingga sekarang. Dari peninggalan sejarah dapat dilacak nama-nama orang yang pernah menjadi kepala Desa, Adapun nama dan periode Kepala Desa tersebut adalah seperti pada tabel berikut :
No.
Periode
Nama Kepala Desa
Keterangan
*1*
1945-1957
Abdul Adhim
Menjabat seumur hidupnya mulai tahun 1945 sampai meninggal dunia
*2*
1957-1967
Margam
Menjabat 1 periode (10 tahun)
*3*
1967-1982
Moch. Rifai
Menjabat 1 periode (8 tahun )
*4*
1990-1997
Hariyoto
Menjabat 1 periode (8 tahun)
*5*
1999-2006
Drs. Arief Eko Wahyudi
Menjabat 1 periode (8 tahun)
*6*
2007- 2013 - 2019
Heri Kustantono
Masih proses 2 Periode (6 tahun)
Dokumen Lampiran : SEJARAH DESA SUKOREJO