Banyak negara menawarkan subsidi untuk kereta api karena memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Negara-negara tersebut biasanya juga mendanai atau menyubsidi pembangunan jalan, dan karena itu secara efektif menyubsidi transportasi roda karet juga. Subsidi perkeretaapian beragam baik dalam besaran maupun sasaran, dengan beberapa negara turut membiayai pemeliharaan baik hanya prasarana maupun hanya sarana beserta operatornya, atau kedua-duanya. Subsidi dapat digunakan baik pembiayaan investasi dan pembangunan lintas baru, atau untuk membiayai lintas cabang yang dinilai tidak memberi nilai ekonomi.
Subsidi terbesar perkeretaapian di dunia ada di Eropa (€73 miliar) dan Tiongkok ($130 miliar), sementara Amerika Serikat memberi subsidi kecil untuk kereta api penumpang, sementara angkutan barang tidak disubsidi.
Perkeretaapian modern sebagai indikator pembangunan ekonomi
Perlu diingat bahwa ada beberapa operator yang tidak menerima subsidi, termasuk hampir semua layanan kereta api jarak jauh atau kereta kecepatan tinggi di Prancis dan Jerman.[butuh rujukan]
Tiongkok
Pada tahun 2015, total pembiayaan operasional kereta api relasi domestik di Tiongkok sebesar $128 miliar dan kemungkinan akan bernilai sama untuk sisa rancangan pembangunan lima tahun ke depan (2016-2020).[13][14] Perencanaan lintas sejauh 8.000 kilometer (5.000 mil) akan ditambahkan untuk pengembangan kereta api domestik daripada operasional antarnegara.
India
Kereta api di India disubsidi sekitar 400 miliar rupee (US$5,8 miliar), yang sekitar 60% dialokasikan untuk kereta api komuter dan angkutan lokal.[15][16]
Indonesia
Pada tahun 2018, pemerintah mengalokasikan subsidi sebesar Rp2,39 triliun rupiah untuk PT KAI. Subsidi ini hanya ditujukan untuk kereta api kelas ekonomi tertentu baik jarak jauh, menengah, lokal, serta komuter. Tidak ada alokasi subsidi untuk kereta api eksekutif maupun bisnis.[17]
Amerika Serikat
Subsidi angkutan penumpang Amtrak dialokasikan kurang lebih sebesar US$1,4 miliar. Angkutan barang sama sekali tidak disubsidi.
Rusia
Secara total, RZD menerima 112 miliar rubel (sekitar US$1,5 miliar) per tahun dari pemerintah.[18]
Jepang
Jaringan kereta api di Jepang yang kini diprivatisasi ternyata sebagian membutuhkan subsidi. Untuk tiga perusahaan terbesar, JR East, JR Central, dan JR-West (yang menguasai 60% pangsa pasar penumpang) tidak menerima subsidi negara.[19]