Stasiun Tanjung Enim Baru (TMB) adalah stasiun kereta api barang kelas besar tipe A yang terletak di Tanjung Raja, Muara Enim, Muara Enim. Stasiun yang terletak pada ketinggian +35 meter ini termasuk dalam Divisi Regional III Palembang.
Stasiun ini merupakan stasiun terminus untuk kereta api batu bara rangkaian panjang (babaranjang) dan kereta api batu bara Kertapati (barapati). Kedua KA tersebut dioperasikan bersama oleh PT KAI dan PT Bukit Asam Tbk. untuk memasok batu bara sebagai bahan bakar sejumlah PLTU di Jawa dan Sumatra.
Stasiun ini, sebelum menjadi jalur ganda, stasiun ini memiliki sembilan jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus. Sejak pembangunan jalur ganda di lintas ini, jalur 2 arah Muara Enim dijadikan sebagai sepur lurus baru. Jalur-jalur ini sangat panjang dan cukup untuk memuat satu rangkaian babaranjang hingga 60 gerbong.
Sejarah
Asal usul stasiun ini terdiri atas dua periode. Periode pertama adalah pembangunan jalur kereta api segmen Muara Enim–Tanjung Enim (lama). Jalur ini dibuka pada tanggal 1 September 1919. Stasiun ini dahulu bernama Tanjung Raja (TRA) dan dalam dalam Buku Jarak disebutkan bahwa stasiun ini berada pada km 7+247, hanya berbeda 3 meter saja dari posisi Stasiun Tanjung Enim Baru saat ini.[1][4]
Pada periode kedua, yang terjadi pada awal tahun 1980-an, sebuah kelompok kerja yang diberi nama Kelompok Proyek Pengembangan Pengangkutan Batu Bara Bukit Asam dengan Kereta Api (KP3BAKA), yang kemudian bernaung di bawah PT Bukit Asam Tbk., memutuskan untuk memulai operasi kereta api batu bara sebagai integrasi moda transportasi. Kereta api ini terus berkembang dan kereta api babaranjang resmi beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1986, yang oleh harian Pikiran Rakyat disebut-sebut sebagai "rangkaian KA terpanjang se-ASEAN".[5] Informasi mengenai KA ini pun tercatat dalam Nota Keuangan dan RAPBN tahun 1988 yang dibuat oleh Departemen Keuangan saat itu bahwa pengoperasian babaranjang memungkinkan daya angkut batu bara hingga mencapai 2,5 juta ton.[6]
Keberadaan KA ini memaksa pengoperasian stasiun baru. Stasiun Tanjung Enim yang lama dengan terpaksa harus dinonaktifkan karena tidak cukup untuk memperpanjang jalur kereta apinya untuk memuat 40–60 gerbong babaranjang.
Untuk mendukung peningkatan operasi, saat ini jalur kereta api segmen Tanjung Enim–Tanjung Rambang telah menjadi jalur ganda sejak 2014. Pembangunan jalur ini diprakarsai tahun 2006 oleh PT BA sebagai bagian dari rencana jalur ganda Tanjung Enim–Tarahan.[7] Proses konstruksi dilakukan pada tahun 2008,[8] namun sempat terganjal karena masalah perizinan pada tahun 2012.[9] Jalur ganda ini selesai sepenuhnya pada tahun 2014 sebagai segmen Tanjung Enim–Tanjung Rambang.[10]
Layanan kereta api
Referensi