Pada masa lalu, stasiun yang dibuka pada tanggal 1 Maret 1924[3] ini difokuskan untuk pengangkutan barang. Pada masa kolonial Hindia Belanda, stasiun, jembatan di dekatnya, dan jalur kereta api ini pernah menjadi saksi bisu pemberontakan kaum komunis revolusioner di Silungkang pada tahun 1926/27. Pada masa itu, di dekat jembatan kereta api Padang Sibusuk terjadi penyerangan pasukan merah terhadap pasukan konvoi Belanda, yang menyebabkan seorang komandan Belanda terbunuh.[4]
Namun sayangnya, jalur beserta stasiun ini telah ditutup[per kapan?] karena angkutan barang yang semakin menipis. Pada saat ini, stasiun beserta jalurnya dari Muaro Kalaban sedang dalam proses reaktivasi jalur untuk menyambut jalur kereta api Trans-Sumatra. Akan tetapi, untuk saat ini reaktivasi jalur ini sedang mangkrak.[5]
Di antara Stasiun Padang Sibusuk dengan Stasiun Muaro Kalaban terdapat terowongan kereta api yang dinamai Terowongan Kupitan. Panjangnya 600 meter dan dibangun tahun 1922.[6]
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Staatsspoorwegen (1925). Verslag der staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indië 1925. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kahin, A. (2005). Dari pemberontakan ke integrasi Sumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998. Jakarta: Obor. ISBN9794615196.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)