Pada saat masih beroperasi, stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api. Selain itu, stasiun ini berseberangan dengan jalur lori menuju Pabrik Gula Pagotan di sebelah barat. Berdasarkan sejarah, stasiun ini dibuka pada 15 Mei 1907, bersama dengan pembukaan jalur kereta api mulai stasiun ini hingga Madiun sejauh 23,5 kilometer. Kemudian dilanjutkan hingga Ponorogo pada 1 September 1907 sepanjang 9 km.[3]
Jalur dan stasiun ini dinonaktifkan pada akhir tahun 1984 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Menurut warga sekitar, bangunan stasiun telah dirobohkan sekitar tahun 2001–2002 untuk pembangunan jalan pintas yang menghubungkan jalan raya Madiun–Ponorogo dan jalan menuju Desa Kradinan. Yang tersisa dari Stasiun Mlilir adalah bekas mess atau gudang yang berada di selatan bekas tempat stasiun berdiri. Menurut warga sekitar , bangunan tersebut dulu digunakan untuk Penyimpanan Batu dari Slahung. Bangunan tersebut masih utuh walaupun tampak rusak. Aset bangunan tersebut masih dikuasai oleh PT KAI.
Didekat bekas mess atau gudang tersebut , tepatnya di Ruko Ruko , terdapat juga bekas wesel rel mengarah Ponorogo.
Galeri
Patok milik PT KAI di sekitar bekas lahan bangunan Stasiun Mlilir.
Gudang atau mess di selatan bekas emplasemen Stasiun Mlilir.
Papan aset pada gudang atau mess.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).