Ir. Sri Bintang Pamungkas, S.E., M.Si., Ph.D. (lahir 25 Juni 1945) adalah seorang tokoh pergerakan, reformis, aktivis, politikus asal Indonesia. Ia juga merupakan pendiri dari Partai Uni Demokrasi Indonesia serta pernah menjadi narapidana pada era Presiden Soeharto. Ia dibebaskan ketika B. J. Habibie menjabat sebagai presiden.[1][2]
Riwayat Hidup
Kehidupan awal dan pendidikan
Sri Bintang Pamungkas lahir dari sebuah keluarga sederhana di Tulungagung, Jawa Timur pada 25 Juni1945. Ayahnya Moenadji Soerjohadikoesoemo, adalah seorang hakim yang wafat pada saat Peristiwa Madiun dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga Soekartinah.
Ia kemudian menjadi dosen di Teknik Mesin Universitas Indonesia pada konsentrasi Teknik Industri.[4]
Politik
Pada tahun 1993, menjelang pemilu, Ia menjadi kader PPP. Hebatnya, ketika itu nama Bintang langsung populer. Padahal ia bukan kader PPP. “Saya ini bukan kader PPP. Bintang tak mau setengah-setengah dengan pilihannya, masuk PPP bukan tanpa cita-cita. Karena melihat umat Islam kurang maju, kurang daya pukulnya. Bintang bercita-cita agar PPP menjadi partai yang besar. Untuk itu Bintang mengaku sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Baik istri maupun keenam anaknya sudah diajaknya bicara. Menjelang akhir pemerintahan Soeharto, pada 29 Mei 1996, ia mendirikan PUDI. Ia pun menjadi ketua umum PUDI.[5][6][7]
Sri Bintang Pamungkas dikenal sebagai tokoh pergerakan, reformis, politikus, aktivis, dan juga orator hebat di masa penggulingan Soeharto. Di rezim Soeharto, dia pernah ditahan dengan tuduhan makar.
Dia dianggap subversif dan melanggar Undang-undang Anti Subversif dengan membentuk Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) pada Mei 1996. Partai itu didirikan oleh Sri Bintang sebagai bentuk perlawanan kepada pemerintah. Soeharto tak terima. Sri Bintang mendekam di penjara selama satu tahun 20 hari terhitung sejak Mei 1997. Saat itu usianya 51 tahun.
Sebelumnya, Bintang memang sudah bersikap kritis kepada Soeharto saat masih menjadi anggota DPR-RI dari Partai Persatuan Pembangunan. Ia berani berkata dengan lugas. Di zaman ketika parlemen benar-benar hanya menjadi palu yang mengetuk keputusan Soeharto, polah Bintang tentu dianggap subversif. Ia pun dipecat dari anggota DPR-RI, di-recall kalau memakai istilah pada zaman itu. PPP me-recall Bintang pada 27 Februari 1995.[8]
Dalam ceramah yang digelar organisasi pro-khilafahHizbut Tahrir Indonesia pada 24 Februari 2016, Bintang menuduh bahwa orang Tionghoa-Indonesia ("Cina") ingin mengusir pribumi dan orang Islam. Ia juga menyebut Presiden Joko Widodo sebagai "Cina" yang pura-pura Islam dan menyebut orang-orang "Cina" harus diusir.[8] Selain itu, Ia pernah berkomentar bahwa Amien Rais itu hanya pintar berbicara.[4]