Smelter nikel di IndonesiaSmelter Nikel Indonesia adalah pabrik pemrosesan bijih tambang untuk menghasilkan logam nikel dan zat mineral, seperti en:ferronickel, nikel matte dan lain-lainnya yang terletak dan telah dibangun di beberapa wilayah Indonesia. Indonesia dikaruniai 'harta karun' nikel yang sangat melimpah, bahkan cadangannya sampai miliaran ton dan merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar dunia. Besarnya 'harta karun' tambang RI ini, tak ayal bila RI bercita-cita menjadi pemain baterai kelas dunia. Pemerintah pun memulainya dengan menghentikan ekspor bijih nikel, dan mendorong investasi hilirisasi nikel. Bahkan, sejumlah proyek pabrik (smelter) bahan baku baterai dengan nilai investasi mencapai US$ 6,25 miliar atau sekitar Rp 91 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) pun tengah dikembangkan di Tanah Air.[1] Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berikut daftar lima perusahaan dengan produksi bijih nikel terbesar di Indonesia saat ini:[1] PT Vale Indonesia Tbk (INCO)PT Vale Indonesia Tbk memiliki sejumlah wilayah tambang nikel di Indonesia, antara lain:
Memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Desa Bahomoahi, Bahomotefe, Lalampu, Lele, Dampala, Siumbatu, Bahodopi, Keurea, dan Fatufia, Kecamatan Bungku Tengah dan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan status operasi produksi dan luas wilayah 21.695 Ha. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)PT Aneka Tambang (Antam) memiliki sejumlah wilayah tambang, antara lain:
Memiliki wilayah tambang di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah tambang 407 Ha. PT Citra Silika MallawaMemiliki wilayah tambang di Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah 475 Ha. Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM yang dikutip CNBC Indonesia, hari ini, Rabu (07/07/2021), produksi Nickel Pig Iron (NPI) per hari ini mencapai 389.245,40 ton atau 43,20% dari target produksi tahun ini 901.080,00 ton. Secara rinci, produksi Januari sebesar 68.928,02 ton, lalu naik di bulan Februari menjadi 74.801,70 ton, kembali naik di bulan Maret menjadi 77.923,55 ton. Lalu untuk bulan April turun menjari 73.371,16 ton, Mei naik jadi 80.958,03 ton, dan Juni data terakhir 12.790,99 ton. Kemudian, produksi feronikel sebesar 760.819,92 ton atau 36,11% dari target produksi tahun ini 2.107.071,00 ton. Secara rinci, produksi bulan Januari sebesar 138.167,76 ton, kemudian naik di Februari menjadi 124.247,79 ton, dan kembali naik di Maret menjadi 141.260,31 ton. Selanjutnya di bulan April turun menjadi sebesar 135.595,81 ton, bulan Mei kembali turun menjadi 128.967,75 ton, dan bulan Juni data terakhir 91.187,25 ton.[1] Sementara itu, produksi nikel matte sampai saat ini mencapai 38.008,86 ton atau 48,73% dari target 78.000 ton. Secara rinci, produksi pada bulan Januari 6.088,82 ton, kemudian turun di bulan Februari menjadi 5.304,95 ton. Pada bulan Maret naik menjadi 7.703,24 ton, turun di bulan April menjadi 6.826,61 ton, Mei naik lagi jadi 7.657,30 ton, dan Juni data terakhir mencapai 4.427,95 ton. Dua pabrik smelter akan dibangun di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Pembangunan kedua pabrik smelter itu, telah dibangun pada tahun 2023. Smelter pertama akan dibangun di Kariangau, Balikpapan Barat, Balikpapan, dengan total investasi sekitar Rp 6,5 triliun. Proyek ini akan dikelola oleh PT Mitra Murni Perkasa (MMP). Sementara itu, smelter kedua akan dibangun di daerah Pendingin, Kecamatan Sanga Sanga Kutai Kartanegara, dengan investasi sekitar Rp30 triliun, dan ini akan dilakukan oleh PT Kalimantan Ferro Industry (KFI).[2] Adapun letak dan jumlah smelter nikel di masing masing wilayah, yaitu 5 smelter nikel di Banten, Maluku Utara 18 smelter nikel, Sulawesi Selatan 1 smelter nikel, Sulawesi Tengah 17 smelter nikel, dan Sulawesi Tenggara 3 smelter nikel yang tengah beroperasi. Di wilayah Banten, kapasitas produksi nikel per tahun sebesar 544.685 ton. Di wilayah Maluku Utara memproduksi 6.255.938 ton. Sulawesi Selatan tercatat berproduksi sebesar 50.000 ton nikel. Sulawesi Tengah memproduksi 10.374.584 ton dan Sulawesi Tenggara sebesar 5.700.00 ton nikel per tahun. Sehingga total kapasitas produksi nikel dari smelter yang beroperasi sebanyak 22.925.207 ton per tahun. Dari 44 smelter nikel yang beroprasi tersebut mampu menyerap 102.965 orang tenaga kerja. Tercatat wilayah Banten menyerap 1.620 orang tenaga kerja, Maluku Utara 26.936 orang tenaga kerja, Sulawesi Selatan 429 orang tenaga kerja, Sulawesi Tengah 51.364 orang tenaga kerja, dan Sulawesi Tenggara 22.616 orang tenaga kerja.[3] Referensi
Lihat pula
Pranala luar
|