Sereh, Lirung, Kepulauan Talaud

Sereh
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenKepulauan Talaud
KecamatanLirung
Kode pos
95871
Kode Kemendagri71.04.01.2006 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 3°56′19.50″N 126°39′55.87″E / 3.9387500°N 126.6655194°E / 3.9387500; 126.6655194


Sereh merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia

Sejarah Terbentuknya Desa Sereh (Tawiliran)

Pada tahu 1300 sesudah masehi, di suatu tempat bernama : abowan perna bermukim oleh beberapa orang kepala keluaga yang berasal ari gunung Talumiyag besar yang di pimpin oleh seorang datu yaitu datuk lawang, datuk lawang mempunyai 3 orang anak, yaitu seorang putra yang bernama datumbuti, dan dua orag putri yaitu woi engkangnga dan woi tana llasa. Dengan berjalannya waktu datuk lawang lanjut usia di gantikan oleh putra datumbuti melanjutkan tugasnya mengayomi masyarakat yang ada datumbuti di angkat menjadi ratum badua ( ratum = raja, banua = kampung) dan putrinya yang lain woi engkangnga menjadi diangkat menjadi inangu wanua (inangu = seorang ibu, wanua = kampung ). Datumbuti menjaga dan melindugi masyarakat serta mengawasi situasi yang ada di sekitar masyarakat yang minim itu dan dari hasil pengamatannya ia berpendapat bahwa tempat yang mereka diami saat itu sudah tak nyaman untuk di mukimi secara terus menerus tidak memungkinkan lagi karea ada beberapa penyebab yaitu : 1) Lokasi sangat sempit datarannya 2) Angka kematian akibat penyakit cacar dan malaria Sehigga datumbuti memutuskan pindah pada tanggal 6 januari 1302 sesudah masehi, mereka dari abowan menuju dataran tanjung Watu Mappandu’a dan mendirikan 3 pondok yang besar dan masing-masing di diami 3 keluarga yang besar juga yaitu 1) Keluarga Datumbuti 2) Keluarga Bawulele 3) Keluarga Mangilo Ditempat yang baru mereka huni didirikan gerbang yang di letakkan pada tepi jurang dan di buat jalannya, jaloan setapak sehigga mudah diawasi jika ada seragan dari musuh-musuh dari luar desa. Dan desa yang itu dinamakan Tawiliran. Semakin hari semaki bertambah jumlah penduduk sehingga bertambah jumlah pondok di tawiliran. Pada tahun 1452 Datumbuti berdialog dengan saudarinya woi engkang sekeluarga pindah dan berdiam di Ambirra karea waktu itu bayak musuh yang datang, maksud dari datumbuti supaya musuh-musuh yang datang dari arah barat dapat diketahui sebab tawiliran tidak dapat melihat lautan dari bagian barat. Maka pada tanggal 3 juli 1452, Towuliu putra dari woi Engkangnga pindah dan membuat pondok di ambirra. Supaya apabila ada musuh datang memerangi tawiliran mereka dapat mannolangnya dan akhinya desa itu di namakan Talolangnga sampai sekarang ini. Pada tahu 1850 Belanda masuk di Talaud dan menjajah masyarakat Talaud, sehingga wewenang datumtampa di ambil oleh belada dig ati distrik yang i kepalai oleh jegugu. Maka setiap desa-desa yang ada di talaud diamgkatlah secara aklamasi Kaptelaud (Apitalau) sekarang kepala desa. Dan desa tawilira paa tahun 1960 diangkatlah oleh belanda Elieser Laihan alias manarusu mejadi kapten laud pertama kalinya. Karena setiap desa sudah ada kaptenlaudnya maka di tanyakanlah apa arti nama desa masing-masing yang ada di talaud. Karena waktu masih sangat miskin perbendaharaan bahasa maka tawiliran artinya Susaserre yang artinya berjala miring denga samping badan karena jalan pintu masuk sangat sempit dan terletak di piggiran jurang. Oleh karena sangat sulit bagi belanda untuk megucapkan kata susasere sehingga di persingkat serreh. Akhirnya makin lama sebutanya mejadi sereh dan sebutan nama itu berlaku hingga masa kini..

By. H. sinundeng