Serangan lintas perbatasan di Israel selatan (2011)
Serangan lintas perbatasan Israel selatan 2011 adalah serangkaian serangan yang dilaksanakan oleh para militan pada tanggal 18 Agustus 2011 di Israel selatan dekat perbatasan Mesir.[1]
Para penyerang pertama menembak sebuah bus penumpang sipil Egged No. 392, yang biasanya membawa para prajurit antara markas dan rumah mereka di Eilat, sementara bus tersebut sedang melaju di Jalan Bebas Hambatan 12 dekat Eilat. Beberapa menit kemudian, sebuah bom diledakkan di dekat sebuah patroli Tentara Israel dekat perbatasan Israel dengan Mesir.
Pada sebuah serangan lainnya, sebuah roket anti-tank mengenai sebuah kendaraan pribadi dan membunuh keempat penumpang sipilnya. Delapan orang Israel, enam di antaranya orang sipil, seorang polisi Yamam dan seorang prajurit dari Brigade Golani tewas terbunuh pada beberapa serangan ini.
Belum ada kelompok tertentu yang mengeklaim serangan ini, namun pemerintah Israel menuduh Komite Perlawanan Rakyat (Inggris: Popular Resistance Committees; Arab: Lijān al-Muqāwama al-Shaʿbiyya), sebuah kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di Gaza sebagai dalang rangkaian serangan ini.[2]
Segera setelah serangan ini, pemerintah Israel menyerang tujuh target di Jalur Gaza dan menewaskan enam orang Palestina. Pada hari Senin, 22 Agustus 2011, jumlah warga Palestina yang ditewaskan atas serangan balasan Israel telah mencapai empat belas. Hal ini membuat Hamas mencabut gencatan senjata yang telah dicapai dengan Israel semenjak tahun 2009.
Lima prajurit pasukan keamanan Mesir juga tewas. Menurut Mesir mereka terbunuh karena serangan udara Israel, sementara Israel menyatakan bahwa para teroris sengaja menembak di dekat posisi prajurit Mesir untuk menyebabkan eskalasi militer. Tewasnya para prajurit Mesir ini membuat Kairo mengancam Israel untuk menarik duta besarnya dari Israel. Israel menyesali kematian para prajurit ini dan memerintahkan tentaranya untuk memulai investigasi atas insiden ini.
Pada tanggal 26 Agustus 2011, para militan Gaza mencanangkan gencatan senjata kedua.[3]
Latar belakang
Bagian selatan Jalan Bebas Hambatan 12 terletak sejajar dengan perbatasan Israel dan Mesir. Kawasan ini pernah menjadi tempat serangan tembakan pada dasawarsa 1990-an. Pada akhir dasawarsa 2000, pemerintah Israel memutuskan untuk membangun tembok pemisah Mesir-Israel. Namun pada tahun 2011 baru 10% dari tembok tersebut sudah dibangun. Tembok yang telah dibangun tidak ada yang dekat dengan tempat penyerangan ini.
Dua hari sebelum serangan ini terjadi, Tentara Mesir telah menangkah empat orang Muslim militan ketika mempersiapkan diri akan meledakkan sebuah pipa gas yang terletak di sebelah utara Semenanjung Sinai.
Pada tanggal 14 Agustus 2011, jadi beberapa hari sebelum serangan ini terjadi, Tentara Mesir telah menyisiri Semenanjung Sinai untuk mencari sel-sel teroris. Dinas Intelijen Israel dan Yordania memiliki informasi bahwa akan ada sebuah serangan teror di sebelah selatan Israel. Oleh karena itu satuan khusus Tentara Israel, termasuk pasukan elit anti-teroris telah dikirim ke sana.
Serangan dan pertempuran bersenjata selanjutnya
Serangan lintas perbatasan pada tanggal 18 Agustus
Serangan-serangan pertama terjadi pada tiga tahap yang terkoordinasi. Serangan semua bermula pada sekitar pukul 12.00 waktu setempat ketika tiga orang militan yang mengenakan rompi bom bunuh diri serta membawa granat rudal anti tank dan senapan mesin menembaki sebuah bus, lalu pergi ke arah utara dan menembaki sebuah kendaraan sipil dan sebuah bus penumpang Egged nomor 392 di dekat Ein Netafim, pada Jalan Bebas Hambatan 12 dari Mitzpe Ramon ke Eilat. Bus 392 ini memang biasanya kebanyakan membawa tentara, tetapi juga warga sipil biasa.
Menurut paparan para saksi, sebuah mobil putih mengikuti bus ini, dan sekelompok orang yang berpakaian seperti tentara keluar dan menembaki bus tersebut. Empatbelas orang cedera pada aksi ini. Supir bus, Benny Belevsky, tidak memberhentikan bus, tetapi menginjak gas. Bus akhirnya berhenti pada sebuah pos Tentara Israel dekat gerbang perbatasan Netafim.
Kemudian para militan ini menyebar pada sebuah daerah yang lebarnya 12 km dan memulai menyerang kendaraan-kendaraan yang lewat sementara mereka memakai seragam cokelat mirip seragam Tentara Mesir. Mereka juga melambaikan saputangan putih untuk mengecoh para pengendara bahwa mereka datang dalam damai. Salah seorang militan menyerang sebuah bus kosong yang lewat dan meledakkan rompi bom bunuh diri yang ia bawa dan menewaskan dirinya sendiri dan supir bus. Seorang militan lainnya menembak sebuah mobil pribadi yang lewat dan membunuh pengendaranya yang seorang wanita. Militan yang sama lalu menembakkan sebuah rudal anti-tank ke arah sebuah helikopter, tetapi meleset. Sebuah jeep militer Israel dari Brigade Golani datang dan menabraknya sampai tewas.
Serangan kedua terjadi beberapa menit kemudian di Jalur 12 dekat perbatasan Mesir. Sebuah jeep militer Israel menabrak sebuah bom dan sementara para prajurit keluar, mereka ditembaki oleh para militan yang masih hidup. Seorang prajurit Israel bernama Moshe Naftali (22 tahun) tewas seketika. Beberapa prajurit Israel juga terluka. Beberapa tembakan lalu dimuntahkan oleh para militan dari wilayah Mesir. Militer Israel lalu membalas tembakan ini, sesaat melintasi pembatasan untuk memburu mereka dan lalu membunuh dua orang militan. Militer Mesir melapor kepada Militer Israel bahwa mereka juga membunuh dua orang militan di Semenanjung Sinai.
Pada serangan ketiga yang terjadi sekitar pukul 12.40, mortir-mortir meledak dekat sebuah kendaraan sipil yang membawa sebuah tim perawat pagar keamanan Israel-Mesir. Pada serangan ini tidak ada yang cedera.
Pada sekitar pukul 13.30, tidak jauh dari tempat insiden pertama penembakan, para militan menembaki (termasuk dengan rudal anti-tank) sebuah bus dan mobil pribadi di Jalur 90, sebuah jalan gurun dekat perbatasan Yordania. Menurut pegawai medis, empat warga sipil tewas terbunuh pada serangan ini, bersama dengan seorang oknum. Saksi mata menyatakan bahwa beberapa penyerang kemungkinan mengenakan pakaian seragam Tentara Mesir.
Sekitar pukul 18.30, sebuah briefing oleh Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan Kepala Staf Israel Benny Gantz, dipotong oleh berita terlukanya seorang prajurit Israel yang terkena tembakan dari sisi Mesir perbatasan.
Mobil pribadi di mana ada empat warga sipil yang dibunuh para militan
Reaksi pihak keamanan Israel pasca serangan
Pihak Israel mulai mengejar para pelaku ini setelah serangan dan menutup area ini. Pada sebuah operasi bersama antara Tentara Israerl dan Shin Bet, para prajurit dibawa ke situs ini dan menemukan para militan pada sekitar 20 kilometer di utara Eilat. Sebuah adu tembak terjadi setelah Tentara Israel menemukan kendaran yang mengangkut para militan ini.
Pasukan Brigade Golani diberondong peluru ketika melaju untuk menolong para warga yang terluka setelah serangan pada bus ketiga. Sebuah silih tembak panjang akhirnya diakhiri dengan tewasnya tujuh militan dan seorang prajurit Israel. Dua helikopter militer Israel segera dipanggil untuk mengevakuasi yang cedera. Menurut Tal Russo, kepala tentara bagian daerah selatan, dua orang militan ditembak mati di wilayah Israel, sementara yang ketiga meledakkan dirinya dengan rompi peledak yang dipakainya. Dua orang militan lainnya ditembak mati oleh militer Israel sementara mereka berada di wilayah Mesir, dan dua orang lainnya ditembak mati oleh militer Mesir.
Menurut penyelidikan Mesir, prajurit Israel memasuki Semenanjung Sinai mengejar para teroris dan baku tembak dengan polisi Mesir dan sebuah helikopter Israel menembakkan dua rudal ke para teroris dan senapan mesin ke pasukan keamanan Mesir yang membunuh seorang perwira Mesir, Ahmed Jalal dan dua orang polisi. Pada sebuah insiden lainnya, yang pertama-tama dilaporkan sebagai serangan bom bunuh diri, dua orang prajurit Mesir tewas, kemungkinan besar juga oleh militer Israel. Beberapa sumber Israel menyatakan bahwa helikopter-helikopter penyerang Israel berusaha menghindar untuk mengenai militer Mesir dan masih kurang jelas siapa yang menembakkan tembakan fatal tersebut.
Lima korban jiwa di pihak Mesir ini menyebabkan kerusuhan diplomatik antar dua negara dan mengundang protes massal di Kairo, di depan Kedutaan Besar Israel.
Seusai serangan, semua jalan dari dan ke Eilat ditutup dan semua kegiatan di Bandar Udara Ovda dihentikan. Sekatan jalan raya (roadblock) segera dipasang di gerbang kota Eilat. Magen David Adom (palang merah Israel) menaikkan level peringatan dan menyiagakan tim paramedis dan segala peralatannya. Pihak kepolisian Eilat mengerah sejumlah besar pasukan keamanan dan sebuah 'ruang perang polisi' dibuka di Pusat Kesehatan Yoseftal. Tujuh dari 29 orang yang cedera kemudian ditransfer dari Pusat Kesehatan Yoseftal ke Rumah Sakit Soroka di Beersheba.
Polisi menyatakan kepada warga bahwa sekatan jalan akan dipasang di gapura Eilat dan banyak petugas polisi akan dikerahkan; namun kemudian mereka menambahkan bahwa tidak ada insiden keamanan lagi yang menuju ke Eilat atau Beersheba meski telah dikeluarkan peringatan untuk melaporkan segala sesuatu yang mencurigakan kepada polisi.
Osama Galal Emam, 22, dari Qalyubia,[10][11] presumably killed by Israeli forces.[12] kemungkinan terbunuh oleh militer Israel
Taha Mohamed Ibrahim, 22, dari Helwan, kemungkinan terbunuh oleh militer Israel
Ahmed Galal Mohamed, dari Assiut, kemungkinan terbunuh oleh militer Israel
Ahmed Mohamed Abu Esa, terbunuh oleh militer Israel
Emad Abdel Malak, kemungkinan terbunuh oleh militer Israel
Para militan
Tiga orang militan dibunuh oleh militer Israel
Dua orang militan dibunuh oleh militer Mesir
Seorang pengebom bunuh diri tewas terbunuh alatnya sendiri
Pertanggungjawaban
Serangan ini belum ada yang mengeklaim. Walaupun demikian, Israel menyatakan memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Komite Perlawanan Rakyat mendalanginya.
Hamas yang berkuasa di Gaza menyangkal ikut terlibat serangan ini, tetapi mereka memujinya.
Komite Perlawanan Rakyat sendiri juga menyangkal bahwa mereka berada di belakang serangan ini, meski mereka memujinya.
Surat kabar Mesir Al-Masry Al-Youm melaporkan bahwa pihak keamanan Mesir telah mengidentifikasi tiga orang yang terlibat serangan ini sebagai warga Mesir.
Peristiwa-peristiwa terkait selanjutnya
Reaksi Israel di Jalur Gaza
Sebagai pembalasan serangan ini, Angkatan Udara Israel yang bekerja sama dengan Shin Bet, mengebomi rumah-rumah anggota Komite Perlawanan Rakyat di Rafah. Di antara yang tewas adalah komandan mereka Kamal al-Nairab dan kepala urusan militer mereka, Immad Hammad serta tiga orang anggota lainnya. Serangan udara ini terjadi di Jalur Gaza sebelah selatan, dekat dengan perbatasan Mesir. Komite Perlawanan Rakyat menanggapi serangan ini dengan bersumpah akan membalas dendam secara "dua kali lipat".
Angkatan Udara Israel juga mengebom dua terowongan dan sebuah gudang yang dipakai untuk memproduksi senjata di Gaza selatan dan sebuah tempat yang dipakai untuk aktivitas militer. Menurut juru bicara militer Israel, terowongan-terowongan ini digunakan oleh para militan untuk menginfiltrasi Israel dan melaksanakan serangan. Angkatan Udara Israel berhasil menemukan semua target dan semua pesawat tempur kembali dengan selamat ke Israel.
Enam orang Palestina, termasuk seorang anak, tewas terkena serangan udara AU Israel sementara mereka memburu para militan di Jalur Gaza. Samed Abdul Mu'ty Abed, seorang anggota senior Komite Perlawanan Rakyat (KPR), tewas terkena serangan udara di Jalur Gaza utara. Yang bersangkutan ini sedang mengendarai sepeda motor pada saat serangan terjadi, menurut beberapa sumber Palestina. Dilaporkan bahwa secara keseluruhan ada 15 warga Palestina yang tewas, termasuk anggota KPR. Selain itu banyak lainnya yang terluka.
Korban Palestina pada serangan udara Israel
Lima militan KPR di Gaza selatan: termasuk pemimpin KPR; Khaled Sha’ath, Emad Hammad, dan Emad Nasr.
Malek, anak Sha'ath yang berumur 2 tahun, tewas pula pada serangan udara yang sama.
Samed Abdul Mu'ty Abed, 25, seorang militan senior KPR, tewas "ketika ia mengendarai sebuah sepeda motor di utara"
Sebuah serangan udara di Gaza tengah yang menyerang sebuah mobil menewaskan tiga anggota keluarga: seorang militan Palestina, anaknya yang berumur 5 tahun dan saudaranya; seorang dokter.
Dua warga Palestina tewas terbunuh sebuah serangan pesawat tanpa pilot di sebuah kamp pengungsian Bureij di tengah Jalur Gaza.
Muhammad Enayeh, 22
Reaksi para militan Palestina terhadap serangan udara Israel
Setelah militer Israel menyerang beberapa target di Jalur Gaza, dua rudal yang ditembakkan dari Gaza jatuh di halaman sebuah Yeshiva di Asdod dan mencederai 10 orang Israel serta merusak beberapa gedung. Brigade Abdullah Azzam, sebuah kelompok radikal Islam yang berafiliasi dengan Al Qaeda, mengeklaim pertanggungjawaban atas serangan ini. Lebih dahulu sebelumnya kurang lebih 10 rudal ditembakkan di Israel selatan dan mengenai kota-kota Ashkelon dan Beersheba, namun tidak ada yang cedera.
Lebih dari 80 rudal yang diluncurkan dari Gaza mengenai kota-kota di Israel, menewaskan seorang Israel dan mencederai lebih dari selusin lainnya. Perkampungan Lachish terkena 28 rudal dan subdistrik Negev terkena sembilan rudal. Empat orang Israel dari Dewan Regional Bnei Shimon terluka ketika lari untuk menyelamatkan diri Beersheba. Sementara itu tiga warga Palestina yang bekerja di Israel terluka pula terkena rudal Grad yang meledak di sebuah lapangan di Ashdod selatan. Kendaraan-kendaraan dan rumah-rumah rusak oleh rudal-rudal di beberapa kota Israel dekat Gaza.
Sebuah rudal grad meledak di dekat kota pantai Ashkelon pada malam hari, meski tidak ada yang cedera ataupun terjadinya kerusakan. Tidak diketahui apakah rudal ini bisa ditangkal oleh sistem pertahanan rudal Israel "Kubah Besi", meski telah dikonfirmasi bahwa rudal kedua telah ditangkal. Pada tanggal 21 Agustus2011, 12 rudal lainnya ditembakkan ke Israel. Tiga di antaranya berhasil ditangkal "Kubah Besi" di Ashkelon. Sebuah rudal mengenai sebuah gedung sekolah kosong di Beersheba. Di sekolah tidak ada orang karena menurut wakil wali kota Heftziba Zohar "semua aktivitas pendidikan telah dibatalkan dalam rangka serangan rudal Palestina di Gaza yang telah terjadi beberapa hari sebelumnya". Pada malam itu sebuah rudal menewaskan seekor anjing.
Serangkaian rudal ditembakkan ke Beershaba dan Ashkelon, namun kurang lebih separunya bisa ditangkal oleh "Kubah Besi". Mortir-mortir yang ditembakkan di komunitas pertanian Eshkol mengandung fosfor, yang dirancang untuk tetap membara setelah ledakan.[13] Empat puluh rudal pada hari Minggu ditembakkan.[14] Seorang bayi berusia tiga bulan terluka ketika sebuah mobil terbakar setelah dua rudal ditembakkan ke Ashkelon.[15]
Sebuah gencatan senjata tak resmi telah disetujui antara Israel dan Hamas setelah Liga Arab mengadakan sebuah "pertemuan urgen" di Kairo pada tanggal 21 Agustus2011.
Korban jiwa Israel
Seorang warga Israel tewas terbunuh di Beersheba oleh sebuah rudal Grad yang ditembakkan dari Gaza.
Korban jiwa Palestina
Mahmoud Abu Samra, 13, tewas ketika sebuah rudal Grad Palestina yang ditembakkan lebih awal jatuh.
Protes Mesir terhadap Israel
Pada tanggal 21 Agustus 2011, media melaporkan bahwa Pemerintah Mesir memanggil pulang Duta Besar Mesir di Israel dalam menanggapi pembunuhan lima petugas keamanan Mesir oleh militer Israel setelah serangan di dekat Eilat. Menlu Mesir kemudian menyatakan bahwa "kami tidak pernah ada niat untuk memanggil pulang Duta Besar kami dari Tel Aviv."[12]
Menyusul laporan media tentang tewasnya petugas keamanan Mesir, demonstrasi menentang Israel terjadi di luar Kedutaan Besar Israel di Kairo. Para demonstran melemparkan petasan ke gedung, membentangkan bendera Palestina, dan menyerukan pengusiran duta besar Israel dalam menanggapi tewasnya para anggota pasukan keamanan Mesir ini. Akhirnya, seorang pemuda Mesir, Ahmed Shahhat, memanjat ke atap gedung di mana Kedutaan Besar Israel berada dan membuang bendera Israel yang ia gantikan dengan bendera Mesir, ia lalu seketika menjadi pahlawan dadakan di Mesir.[16]
Bendera Israel yang telah dibuang segera dibakar oleh para demonstran. Demonstrasi ini berlangsung selama beberapa hari. Ribuan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-Israel; menuntut pengusiran Duta Besar Israel, penarikan kembali Duta Besar Mesir untuk Israel, peninjauan ulang Persetujuan Camp David dan pembukaan perbatasan dengan Jalur Gaza.
Tetapi sebuah demonstrasi yang dicanangkan sebagai "Demonstrasi Sejuta Orang untuk mengusir Duta Besar Israel" yang dilaksanakan di luar Kedutaan Besar Israel di Kairo, pada hari Jumat 26 Agustus 2011, hanya mengundang beberapa ratus pengunjuk rasa saja.[17]
Presiden Shimon Peres berkata: "Rangkaian peristiwa teror yang berat ini merupakan cobaan dari organisasi teroris untuk membunuh warga sipil di dalam Israel dan untuk mengacau kehidupan sehari-hari kita"[18]
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan ini merupakan "insiden serius di mana warga Israel terkena dampaknya secara langsung dan kedaulatan negara dilanggar."[19]
Menteri Pertahanan Ehud Barak menyatakan "bahwa ini merupakan insiden teroris yang berat di beberapa lokasi. Insiden ini mencerminkan kelemahan Mesir dalam menguasai Sinai dan penyebaran unsur-unsur teroris."[20] Ia juga menyelahkan serangan ini kepada penduduk Gaza dan bersumpah Israel akan membalas. "Sumber insiden teror ini adalah Gaza dan kami akan bertindak dengan segala kekuatan dan ketekatan kami."[21] Ia juga menyesali tewasnya para prajurit Mesir dan memerintahkan Militer Israel untuk menyelidiki insiden ini, dan para pejabat kementerian pertahanan menyatakan bahwa penyelidikan ini akan menjadi penyelidikan bersama dengan partisipasi pihak militer Mesir.[22]
Perunding utama Otoritas Palestina, Saeb Erekat menyatakan bahwa "Israel kami peringatkan untuk tidak melaksanakan tindakan agresi ataupun hukuman kolektif terhadap penduduk Palestina di Gaza." Erekat juga menyatakan bahwa Otoritas Palestina "tidak mendukung kekerasan dalam segala bentuknya," namun tambahnyam serangan-serangan seperti demikian jangan disalahgunakan oleh Israerl sebagai "alasan untuk agresi."[23]
Hamas menyangkal bertanggung jawab atas serangan-serangan ini, namun memujinya "...karena serangan tersebut ditujukan terhadap tentara." Hamas memperingatkan Israel untuk tidak menyerang Jalur Gaza, setelah Menteri Pertahahan Israel Ehud Barak menyatakan Militer Israel akan membalas dan menyerang infrastruktur teroris di Gaza setelah terjadinya serangan teror tiga kali ini.."[24] Hamas mengevakuasi markas besarnya dan menyuruh para komandan seniornya untuk bersembunyi sembari menunggu kabar dari Militer Israel.[25]
Juru bicara Komite Perlawanan Rakyat (KPR) memuji serangan-serangan ini namun ia juga mengatakan bahwa kelompoknya tidak mengeklaim pertanggungjawaban apapun atas pelaksanaan ini: "Pemerintah Pendudukan ingin melaksanakan operasi ini untuk mengalihkan perhatian dari masalah internalnya sendiri."[26]
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa "Mesir mengecam penggunaan kekerasan terhadap warga sipil dalam semua keadaan dan secara keras menyarankan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Gaza".[27]