Sepak bola putri
Sepak bola putri adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh wanita. Beberapa negara telah menyelenggarakan kompetisi nasional secara profesional, meskipun ada juga yang menggelar secara amatir. Terdapat 176 tim nasional di dunia yang berpartisipasi di kompetisi internasional.[1] Aturan atau biasa disebut dengan Laws of The Game (LOTG) yang digunakan sama seperti sepak bola pria. Namun, peraturan tersebut bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada. Penyesuaian tersebut bisa berupa durasi waktu permainan, ukuran lapangan, gawang, dan bola. Pada tahun 1881, pertandingan pertama sepak bola wanita digelar di Hibernian Park, Edinburgh antara Skotlandia dan Inggris. Sementara pertandingan antarklub pertama kali digelar pada 23 Maret 1895 di Crouch End, London, oleh British Ladies' Football Club yang membagi tim mereka menjadi dua, Utara dan Selatan serta dihadiri 11.000 penonton.[2][3][4][5] Sejarah
IndonesiaKompetisi "nasional" pertama kali digelar pada tahun 1981 denga nama Piala Kartini.[6] Kompetisi tersebut digelar dalam level amatir dan diikuti oleh 4 tim, yaitu Buana Putri (Jakarta), Putri Priangan (Bandung), Putri Pagilaran (Pekalongan), dan Sasana Bakti (Surabaya).[6] Belum ada catatan resmi yang menunjukkan berapa kali turnamen tersebut digelar. Akan tetapi, seminimalnya Piala Kartini telah digelar sebanyak empat edisi dengan edisi terakhir pada tahun 2005. Kompetisi sepakbola wanita selanjutnya umumnya diselenggarakan dalam level amatir dan semi-profesional dengan jangkauan area lokal. Pada tahun 1982, di bawah kepemimpinan Sjarnoebi Said di PSSI, digelar kompetisi bernama Galanita (Liga Sepakbola Wanita), yang merupakan kompetisi nasional perdana bagi sepakbola wanita Indonesia. Namun, kompetisi ini hanya berlangsung satu kali dan tidak berkelanjutan.[7] Galanita Nasional diikuti oleh sembilan tim – 7 tim dari Pulau Jawa, 1 tim dari Pulau Sulawesi, dan 1 tim dari Pulau Papua – dan terbagi menjadi 3 grup. Satu-satunya edisi Galanita Nasional tersebut dimenangkan oleh Buana Putri asal Jakarta dengan skor 4–0, 3 gol dicetak oleh Paimah Hutabarat dan 1 gol oleh Elan Kaligis. Seluruh pertandingan dimainkan di dua stadion Jakarta, yaitu Stadion Kuningan sebagai stadion utama dan Stadion Pluit.[7][8] Kejuaraan Nasional Sepak Bola Putri, yang kemudian dikenal sebagai Piala Pertiwi, merupakan kompetisi amatir penerus Piala Kartini. Kompetisi ini tercatat sebagai turnamen pertama yang berhasil mengumpulkan kontestan dari seluruh Indonesia dan digelar secara konsisten sejak tahun 2006. Sementara itu, liga profesional pertama kali diselenggarakan pada tahun 2019 di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Ketua PSSI dan Ratu Tisha sebagai Sekretaris Jenderal, dengan nama resmi Liga 1 Putri.[9] Liga profesional tersebut baru dipentaskan sekali saja, yaitu pada musim 2019. Di musim-musim selanjutnya, inkonsistensi federasi atas liga ini sering mengakibatkan liga tidak jadi digelar meskipun wacana-wacana memulai musim sering terdengar. Pada 7 Desember 2017, dibentuk asosiasi khusus untuk menangani sepak bola putri di Indonesia dengan nama Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI). Ketua pertama asosiasi ini adalah Papat Yunisal, seorang mantan pemain tim nasional sepak bola wanita Indonesia yang aktif pada tahun 80-an.[10] Turnamen internasionalPiala Dunia Wanita FIFATurnamen internasional pertama digelar di Italia dengan nama Piala Dunia Wanita 1970 kemudian berlanjut di tahun selanjutnya, Piala Dunia Wanita 1971, di Meksiko. Dua edisi turnamen tersebut diselenggarakan oleh Federasi Independen Sepak Bola Wanita Eropa (FIEFF). Turnamen-turnamen internasional kemudian diselenggarakan di beberapa negara seperti Taiwan, Jepang, dan Italia tanpa campur tangan FIFA. FIFA pertama kali menggelar turnamen sepak bola wanita internasional pada tahun 1988 dengan Turnamen Invitasi Wanita FIFA di Tiongkok.[11] Pertandingan internasional sepak bola wanita yang dianggap resmi pertama adalah antara Prancis dan Belanda (1971), tetapi koefisiensi (peringkat) masih belum dihitung. FIFA baru mulai menghitung peringkat tim nasional pada 2003.[12] Piala Dunia Wanita FIFA digelar pertama kali pada November 1991 di Tiongkok dan dijuarai oleh Amerika Serikat. Norwegia menjadi runner-up, kemudian menjadi juara pada Piala Dunia Wanita FIFA 1999. OlimpiadeSejak Olimpiade 1996, sepak bola wanita masuk sebagai salah satu cabang olahraga di Olimpiade. Tidak seperti pada sepak bola pria yang mewajibkan tim bertanding dengan sebagian besar pemain U-23, pada sepak bola wanita tidak terdapat peraturan seperti itu. Kejuaraan Wanita UEFATurnamen antarnegara anggota UEFA ini pertama kali digelar pada tahun 1984 dengan Swedia sebagai tim pemenang.[13] Sebelum gelaran pertama, terdapat turnamen antarnegara yang digelar pada 1969 dan 1979 tetapi tidak dianggap resmi oleh UEFA.[14][15] Piala Asia Wanita AFCTurnamen utama antarnegara di Asia ini pertama kali digelar pada 1975 di Hong Kong dengan nama Kejuaraan Wanita AFC. Kompetisi edisi pertama diikuti oleh 6 negara yang dibagi menjadi 2 grup. Selandia Baru menjadi tim yang menjuarai edisi pertama, setelah mengalahkan Thailand di babak final.[16] Turnamen ini diselenggarakan tiap dua tahun sekali. Tim-tim dari Asia Timur dan Asia Tenggara mendominasi turnamen ini, seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Kejuaraan Wanita AFFKejuaraan Wanita AFF diikuti oleh negara-negara anggota Federasi Sepak Bola ASEAN dan negara yang diundang. Turnamen ini adalah turnamen regional pertama yang digelar di Asia. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 2004 di Vietnam. Myanmar menjadi tim nasional pertama yang menjuarai turnamen ini.[17] Sejauh ini, Thailand adalah tim terbaik di turnamen ini, sedangkan perolehan terbaik Indonesia adalah peringkat keempat pada tahun 2004. Turnamen domestikIndonesia
Piala Pertiwi adalah turnamen sepak bola wanita nasional di Indonesia. Sebelumnya, nama turnamen ini adalah Kejuaraan Nasional Sepak Bola Putri. Piala Pertiwi pertama kali digelar pada 2006. Pesertanya adalah seluruh tim yang mendaftar, baik tim amatir maupun profesional. Tim asal Dafonsoro, Papua, menjuarai gelaran pertama, setelah mengalahkan Buana Putri asal Jakarta di babak final. Format awal turnamen adalah tim-tim dibentuk untuk mewakili provinsi dan berkompetisi dengan sistem gugur secara nasional. Kemudian pada musim 2021–2022, fase provinsi diberlakukan sebagai babak awal dan tim pemenang akan bertanding di fase nasional. Inggris
Setelah pelarangan sepak bola wanita di Inggris dicabut, Women's Football Association mengadakan turnamen sepak bola wanita secara nasional yang diikuti oleh klub-klub disana. Turnamen ini pertama kali digelar pada musim 1970–1971 dengan Southampton menjuarai musim pertama. KontroversiKomentar seksis dan aturan pakaianSeluruh pemain sepak bola di dunia menggunakan seragam yang terdiri dari baju, celana, kaos kaki, dan sepatu. Pada tahun 2004, presiden FIFA Sepp Blatter mengemukakan untuk mengatur pakaian pemain sepak bola wanita. Dia menginginkan pemain wanita untuk menggunakan celana ketat dan pakaian dengan model minimal (pendek) supaya menarik dan mengekspos badan yang estetik. Komentarnya dikritik sebagai tindakan seksisme oleh berbagai kalangan dan kantor berita.[18][19][20] Pada September 2008, tim wanita FC de Rakt dari Belanda bermain menggunakan rok seperti yang digunakan pada olahraga tenis, alih-alih mengenakan celana yang telah diatur dalam LOTG baik untuk pria dan wanita.[21] Inovasi ini adalah keinginan dari tim itu sendiri dan ditentang oleh Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda (KNVB). Kapten tim, Rinske Temming, umur 21 tahun berbicara:
Pada Juni 2011, klub Rusia WFC Rossiyanka mengumumkan akan bermain menggunakan bikini pada pergelaran Liga Champions Wanita UEFA untuk menarik atensi.[22] Sepak bola putri di Timur Tengah dan Afrika UtaraDiskriminasi atas wanita di sepak bola terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Hingga 2020, hanya 11 negara – Maroko, Tunisia, Mesir, Aljazair, Palestina, Turki, Yordania, Iran, Lebanon, Suriah, dan Israel – yang tim nasional mereka berkompetisi di kompetisi internasional dan mengembangkan liga sepak bola nasional.[23][24] Penggunaan kerudungPada Juni 2011, Iran mengundurkan diri dari sebuah pertandingan cabang sepak bola wanita di Olimpiade Spesial Musim Panas 2011 melawan Yordania. FIFA memberikan kemenangan 3–0 untuk Yordania karena tindakan Iran yang menggunakan kerudung dan seragam menutupi seluruh badan. FIFA menjelaskan bahwa telah terjadi pelanggaran Laws of the Game.[25] Pada Juli 2012, FIFA menyetujui penggunaan kerudung pada pertandingan resmi.[26] Referensi
Bacaan tambahan
Pranala luar |