Segobang, Licin, Banyuwangi
Segobang adalah sebuah nama desa di wilayah Licin, Kabupaten Banyuwangi Pembagian wilayahDesa Segobang terdiri dari 5 dusun, yaitu:
Asal usulSecara etimologis, kata Segobang berasal dari kata Se dan Gobang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Se berarti Satu, sedangkan Gobang berarti uang tembaga yang bernilai 2,5 sen. Asal usul nama Segobang menurut salah seorang tokoh masyarakat yang bernama Kyai Hasan Mabrur. Ia mengatakan bahwa pada saat pendaratan Belanda di Blambangan (sekarang Banyuwangi) terjadi pengungsian masyarakat disekitar kota Banyuwangi kearah barat. Salah satu tempat yang dituju itu sekarang disebut Segobang. Pada masa itu banyak ditemukan uang gobang atau benggol yang terpendam di dalam tanah. Sejarah dan perkembanganWilayah Segobang itu sudah lama ada penduduknya, diperkirakan mulai abad 1600 an ketika Belanda melakukan pendaratan ke Belambangan masyarakat sekitar Kota Banyuwangi mengungsi kearah barat, tetapi karena situasi perang zaman penjajahan Belanda, apalagi saat perang habis-habisan melawan Belanda yang dikenal dengan Perang Puputan Bayu pada tahun 1771, Belanda menghancurkan Belambangan secara membabibuta mulai dari Bayu tempat pusat pertempuran,Banjar disebelah timurnya Segobang sebagai tempat pertahanan, bahkan sampai Banjarsari dekat wilayah Kota Banyuwangi sekarang, lumbung padi terbesar di Belambangan saat itu dibakar habis oleh Belanda. Akibat peperangan tersebut bukan hanya hancur hilangnya kekayaan masyarakat Belambangan saja, bahkan Penduduk Belambangan tinggal 3.000 jiwa yang tersebar disekitar wilayah Kota Banyuwangi,Licin,Songgon, Rogojampi. Namun dipihak Belanda dan sekutunya dalam perang Puputan Bayu itu juga mengalami kerugian besar karena banyaknya tentara Belanda yang terbunuh oleh pejuang-pejuang Belambangann dan memakan biaya yang sangat besar karena Belanda mendatangkan prajuritnya dari berbagai penjuru Nusantara. Jadi Perang Puputan Bayu merupakan perang yang sangat besar. Akhirnya VOC mengalami kerugian besar, dan perang gerilya oleh para pajuang Belambangan masih terus berlangsung sehingga VOC pada tahun 1849 mencetak uang lagi yang disebut uang Gobang. Kerugian VOC juga seperti yang pernah ditulis oleh Sumono Abdulhamid, sebagai berikut:”Sejak tahun 1700 an, The Great Britain mulai menunjukan kemajuan yang sangat pesat, penaklukan dinasty Manchu di China, dan penemuan benua Australia serta semakin kokoh kekuasaan di India, membuktikan semakin perkasanya kekuasaan The Great Britain dalam perdagangan dunia /Eropa. London secara pasti telah mengambil alih kekuasaan Amsterdam sebagai pusat keuangan di Eropa. Sementara V.O.C, semakin terseok seok, tidak mampu memberantas korupsi para pembesarnya ditanah jajahan terutama di Jawa, sedang hutang Mataram ( Surakarta) kepada VOC semakin membengkah tak pernah dibayar. Pada tahun 1730, di tanah Jawa yang subur dan menjanjikan ini, ternyata VOC malah mengalami kerugian sebesar 7.7 juta gulden.( History of Java).Karena itulah VOC memanfaatkan Mataram (Surakarta) yang terlibat dalam perang saudara tidak terselesaikan. Belanda dengan segala tipu dayanya, politik belah bambu akhirnya dapat memaksakan perjanjian Giyanti 1755, yang membelah Surakarta.Dengan perjanjian itu VOC dapat memaksa Mataram/Surakarta melunasi hutangnya, memberikan kewenangan yang lebih besar dan untukmenguasai Jawa Timur/termasuk Blambangan.” Juga akibat perang Puputan Bayu tahun 1771 penduduk Belambambangan habis-habisan tinggal 3.000 jiwa, kemudian untuk menambah penduduk Belambangan didatangkanlah penduduk dari luar Belambangan dengan alasan diberikan pekerjaan di bidang pertanian atau perkebunan. Salah satu tempat yang ditawarkan Belanda untuk membuka lahan pertanian baru kearah barata dari Banyuwangi yang sekarang dikenal Segobang Timur karena para pendatangbaru atau imigran baru harus membayar dengan uang sebesar 2,5 sen atau Satu Gobang ke pihak Belanda.Akhirnya penduduk Segobang semakin banyak membentuk kampung baru lagi disebelah barat dengan sebutan Karangan sekarang Segobang Barat atau Krajan. Jadi Segobang Timur yang kali pertama sebagai tempat tujuan pengungsi sebelum dikenal dengan nama Segobang.Sedangkan dusun-dusun yang lain di Desa Segobang sekarang seperti Srampon, Kluncing ( sekarang Desa Keluncing ) terbentuk sekitar tahun 1930 an. Letak GeografisLetak geografis Desa Segobang disebelah Tenggara Gunung Ijen dengan ketinggian kurang lebih 350 m di atas permukaan laut dengan batas-batas disebelah:
POTENSI FISIK
POTENSI SOSIAL
TRANSPORTASI DAN PERHUBUNGANSarana transportasi Segobang pada zaman dahulu sejak masa Kolonial Belanda sampai tahun 1975 adalah kuda, manusia untuk mengangkut barang dengan cara dipikul, karena sarana prasarana seperti jembatan masih dibuat dengan bambu.Sedangkan jalan pada saat itu merupakan jalan macadam. Kemudian pada tahun 1976 mulai dibangun jalan beraspal dan jembatan dari Licin menuju Segobang, Kluncing,Pakel terus ke arah timur menuju Macan Putih sampai Rogojampi. Sejak tahun 1978 Segobang sudah bisa dilalui kendaraan bermotor melalui Licin. Untuk sarana perhubungan antar desa sejak dahulu sampai tahun 1990 an masih menggunakan kurir, karena belum ada teknik komunikasi seperti HP atau Handphone. POTENSI BUDAYA
PendidikanLembaga pendidikan di Desa Segobang adalah:
Galeri
Pranala luarReferensiPranala luar
|