Sari temulawak beruap sangat populer di Banyuwangi pada tahun 1980an dan menjadi simbol gengsi orang kaya.[1] Minuman ini dihidangkan sebagai simbol status pada pesta-pesta perayaan sebelum banyak minuman bersoda merk internasional yang masuk ke Indonesia.[2]
Kemasan
Sari temulawak beruap dikemas dalam botol kaca model tinggi atau pendek. Namun, kemasan klasik minuman ini adalah botol kaca pendek warna hijau dengan volume 320 mL. Awalnya tutup botol dibuat dari bahan keramik dengan kawat sebagai pembuka, kemudian diganti tutup aluminium sebagaimana minuman soda lainnya. Masyarakat yang sudah lama mengenal minuman ini lebih cenderung untuk memilih sari temulawak dengan kemasan botol pendek dibandingkan kemasan botol tinggi.[2]
Sejarah
Temulawak beruap mulai diproduksi pada tahun 1960 di Banyuwangi oleh Liem Jun Keon. Ia menambahkan soda ke dalam minuman sari temulawak sehingga berbeda dan lebih mewah dibandingkan sari temulawak yang dijual oleh para penjual jamu pada saat itu. Pemasaran meluas ke wilayah di luar kabupaten Banyuwangi setelah terjadi pergantian generasi kepemilikan pabrik pada tahun 1970an. Kini, minuman ini juga dijual pada kafe dan bar di pulau Bali.[1]