Dalam beberapa denominasi Kristen, sakramen bersyarat atau sakramen kondisional adalah sakramen yang diberikan "dengan syarat bahwa umat beriman [yang menerimanya] mampu dan secara sah berhak menerima sakramen tersebut".[1] Contoh sakramen bersyarat adalah baptis bersyarat.
Sakramen bersyarat dipraktikkan oleh Gereja Katolik,[2][3] Gereja Ortodoks Timur,[4] Gereja Inggris,[5] dan Gereja Metodis.[6]
Sakramen-sakramen bersyarat biasanya dilaksanakan ketika ada keraguan bahwa sakramen-sakramen sebelumnya telah dilaksanakan dengan baik atau telah diterima secara sah, karena menerima sakramen-sakramen tertentu lebih dari sekali dianggap mustahil dalam Gereja Katolik[2][7][8][9] dan Gereja Ortodoks Timur.[4]
Gereja Katolik
Jika ada keraguan mengenai kebolehan seseorang untuk menerima suatu sakramen, sakramen tersebut dapat diberikan bersyarat, terlepas dari orang tersebut sebenarnya telah menerima sakramen tersebut atau belum.[10]
Dalam Gereja Katolik, sakramen-sakramen yang karena meterai sakramentalnya tidak dapat diulangi dan dapat diberikan bersyarat adalah Sakramen Baptis, Penguatan, dan Tahbisan.[8][9]
Telah menjadi suatu kebiasaan di dalam Gereja Katolik untuk menyatakan "persyaratan" ketika memberikan sakramen-sakramen bersyarat tersebut, baik melalui perkataan maupun dalam hati.[10] Misalnya, orang yang melakukan upacara terkait akan menambahkan syarat "jika engkau mampu" ke dalam rumusan sakramennya;[3] atau dalam kasus baptis bersyarat, orang yang melakukan baptis akan menambahkan syarat "jika engkau belum dibaptis" sebelum menganugerahkan baptisan bersyarat dengan rumusan baptis.[2] Meskipun mengungkapkan persyaratan secara verbal sebenarnya tidaklah diperlukan, persyaratan tersebut "harus diungkapkan melalui perkataan ketika alasan keraguan tentang kondisi penerima sakramen dipublikasikan. Tujuan dari kewajiban tersebut adalah untuk menghindari skandal atau kebingungan dalam umat beriman dan, sebagai bentuk penghormatan terhadap sakramen-sakramen, untuk menghindari kemungkinan pemberian sakramen menjadi tidak valid".[10]
Gereja Ortodoks Timur
Dalam Gereja Ortodoks Timur, sakramen-sakramen yang tidak dapat diulangi dan dapat diberikan bersyarat meliputi baptisan dan penguatan.[4]
Gereja Inggris
Dalam Gereja Inggris, sakramen-sakramen yang tidak dapat diulangi dan dapat diberikan bersyarat adalah baptisan.[5]
Gereja Metodis
Dalam Gereja Metodisme, pembaptisan dapat diberikan bersyarat jika ada keraguan mengenai keabsahannya.[6]
Gerakan sakramental independen
Menurut pendeta Katolik Lama Utrecht Bernard Vignot, konsekrasi bersyarat "sangat umum" dalam gerakan sakramental independen (ISM). Praktik menerima konsekrasi bersyarat dilakukan oleh para uskup ISM yang ingin menerima sebanyak mungkin garis suksesi apostolik dari berbagai latar belakang, atau oleh klerus ISM yang meragukan keabsahan tahbisan suci mereka dan "ingin menghindari keraguan apapun".[11]
Lihat juga
- ^ Tutino, Stefania (2018). "Chapter 11. All That Live Must Die, Passing Through Nature to Eternity: Baptizing Fetuses". Uncertainty in Post-Reformation Catholicism: A History of Probabilism (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 335. ISBN 978-0-19-069409-8.
- ^ a b c "Dictionary : CONDITIONAL BAPTISM". www.catholicculture.org. Diakses tanggal 2021-11-07. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":5" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b "Dictionary : CONDITIONAL ADMINISTRATION". www.catholicculture.org. Diakses tanggal 2022-12-09. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":4" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b c "Acceptance into the Orthodox Church". Holy Trinity Cathedral. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2000-01-22. Diakses tanggal 2021-11-07.
The Orthodox Church has a special rule, which concerns all cases in which the condition is not clear. This is a conditional performance of a sacrament. In such cases anyone may be baptized. However, prior to the Sacrament, the priest should say: "If not yet baptized, being baptized nowä "if not chrismated yet, receive the grace of the Holy Spirit now..." etc. This practice is presently widely used in atheistic countries, where frequently there are no reliable information about the baptism of a child. Equally, such a practice is acceptable, if the convert to Orthodoxy is not sure about the legality of his baptism or has any doubts.
Kesalahan pengutipan: Tanda <ref>
tidak sah; nama ":0" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b Procter; Frere (1902). A New History of the Book of Common Prayer. London: MacMillan & Co. hlm. 591-2. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b Yrigoyen, Charles Jr. (25 September 2014). T&T Clark Companion to Methodism (dalam bahasa English). A&C Black. hlm. 263. ISBN 9780567290779.
Methodists historically do not rebaptize unless the ecumenical formula was not used or another major impediment calls into question the adequacy of an earlier rite. When questions arise of a very grievous nature, there is the possibility of conditional baptism using the words 'If you are not already baptized, I baptize you in the name, etc.'
Kesalahan pengutipan: Tanda <ref>
tidak sah; nama "Yrigoyen" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ "Can sacraments be repeated?". Cathedral of the Immaculate Conception – Springfield, IL. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-19. Diakses tanggal 2021-11-07.
However, even if somebody were to be “re-baptized” or “re-confirmed” in another church or religious group, we believe that nothing is taking place. It is simply a simulation of a sacrament that had already been received.
- ^ a b "Code of Canon Law - Book IV - Function of the Church (Cann. 834-878)". www.vatican.va. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-16. Diakses tanggal 2021-11-07.
Can. 845 §1 Because they imprint a character, the sacraments of baptism, confirmation and order cannot be repeated.
§2 If after diligent enquiry a prudent doubt remains as to whether the sacraments mentioned in §1 have been conferred at all, or conferred validly, they are to be conferred conditionally.
Kesalahan pengutipan: Tanda <ref>
tidak sah; nama ":2" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b "CCEO: text - IntraText CT". www.intratext.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-07. Diakses tanggal 2021-11-07.
Canon 672
1. The sacraments of baptism, chrismation with holy myron and sacred ordination cannot be repeated. 2. If a prudent doubt exists as to whether they have been truly or validly celebrated, and the doubt remains after a serious investigation, they are to be administered conditionally.
Kesalahan pengutipan: Tanda <ref>
tidak sah; nama ":3" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ a b c Feingold, Lawrence (2021-05-07). "Chapter Six: The Subject and the Minister of the Sacraments — 2. Necessary Conditions in the Recipient of the Sacraments – Living and Baptized; Conditional Administration". Touched by Christ: The Sacramental Economy (dalam bahasa Inggris). Emmaus Academic. ISBN 978-1-64585-098-4. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":6" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
- ^ Vignot, Bernard (2010). "Glossaire". Le phénomène des Eglises parallèles. Santier, Michel. Paris: Les éditions du Cerf. hlm. 114. ISBN 978-2-204-08801-5. OCLC 708360774.
Ordination sous condition : en latin, sub conditiones. Il s'agit d'une pratique très courante dans les Églises parallèles. Un évêque voulant accumuler sur sa tête un maximum de successions apostoliques d'origines diverses (romaine, vieille-catholique, orthodoxe, syrienne, copte...) se fera réordonner de multiples fois 'sous conditions'. On pense aussi que certains ecclésiastes d'Églises parallèles, doutant de la validité de leurs ordres et tenant à éviter toute contestation, se font réordonner pour plus de sûreté.