Revolusi Bernyanyi adalah nama yang sering kali digunakan pada tahun 1987 hingga 1991 yang mengakibatkan kembalinya kemerdekaan Estonia, Latvia, dan Lituania.[1][2] Frasa tersebut diperkenalkan oleh artis dan aktivis Estonia, Heinz Valk, pada sebuah artikel yang dipublikasikan pada tanggal 10-11 Juni 1988, dengan spontan menyerbu Lapangan Festival Lagu Tallinn untuk bernyanyi bersama semalaman.[3]
Setelah Perang Dunia II, Negara Baltik secara penuh diduduki oleh Uni Soviet setelah pendudukan militer dan aneksasi pada tahun 1940 dan kemudian lagi pada tahun 1944. Mikhail Gorbachev memperkenalkan "glasnost" (ketidakterbukaan) dan "perestroika" (restrukturisasi) pada tahun 1985, berharap untuk dapat memulihkan kondisi ekonomi Soviet dan mendorong produktivitas, terutama di daerah barang konsumen, liberalisasi, dan bisnis kooperatif serta servis ekonomi. Glasnost kemudian membatalkan pembatasan dari kebebasan pada Uni Soviet, yang mengakibatkan pada masalah di area non-Rusia yang diduduki oleh Uni Soviet pada tahun 1940an.
Isu yang tidak diakui Hiltherto, sebelumnya, tetap dirahasiakan oleh pemerintah Moskow sampai akhirnya diakui oleh publik, yang mencapai ketidakpuasan di Negara Baltik. Bersama dengan insiden Afghanistan dan Chernobyl, keluhan mulai dilancarkan di area publik dan dengan cara yang menentukan. Orang Estonia mulai prihatin karena teror demografis terhadap identitas nasional mereka, ditunjukkan oleh arus individu yang tinggi dari grup etnis asing dalam pengembangan Soviet yang besar seperti pertambangan fosfat.[4]
Akses ke grup emigran Barat di luar, dan di Estonia, hubungan tidak resmi dengan Finlandia, dan akses ke televisi Finlandia yang menayangkan gaya hidup Barat pun berkontribusi terhadap ketidakpuasan masyarakat dengan sistem pemerintahan Uni Soviet dan memprovokasi demonstrasi massal seperti represi pembangkang, nasionalis, komunitas religius, dan konsumen biasa, mereda secara substansial pada akhir 1980an.[butuh rujukan]
Demonstrasi massal melawan rezim Soviet dimulai setelah liberalisasi luas rezim tersebut gagal untuk memperhitungkan sensitivitas nasional. Hal tersebut diharapkan oleh Moskow ketika bangsa non-Rusia akan tetap berada di Uni Soviet meskipun ditariknya pembersihan kebebasan berpendapat dan lambang nasional (seperti bendera lokal pra-1940an).[butuh rujukan] Tetapi, situasi semakin memburuk karena adanya kampanye pada tahun 1989 yang bertujuan untuk membebaskan negara dari Uni Soviet secara bersama-sama.
Pada 14 Mei 1988, ekspresi pertama dari pendapat nasional disampaikan pada saat Festival Musik Pop Tartu. Lima lagu patriotik untuk pertama kalinya diperdengarkan pada festival ini. Orang berpegangan tangan dan, sebuah tradisi telah dimulai.[butuh rujukan]
Pada bulan Juni, di Festival Kota Tua yang diselenggarakan di Tallinn, dan setelah bagian resmi festival, para peserta berpindah ke Lapangan Festival Musik dan secara spontan, mereka bersama-sama menyanyikan lagu patriotik.[butuh rujukan]
Pada 26–28 Agustus 1988, Festival Musik Rock Musim Panas diselenggarakan, dan sebuah lagu patriotik, diciptakan oleh Alo Mattiisen, dimainkan.[butuh rujukan]
Pada 11 September 1988, festival lagu massal "Song of Estonia" diselenggarakan di Arena Festival Lagu Tallinn. Kali ini, hampir 300.000 orang datang, nyaris seperempat dari populasi Estonia. Pada saat itu, pemimpin politik sangat aktif dalam persiapan, dan pertama kalinya mengusulkan pengembalian kemerdekaan.[butuh rujukan]
Kemudian, pada tanggal 16 November 1988, anggota legislatif Estonia mengusulkan Deklarasi Kedaulatan Estonia. Pada tahun 1990, Estonia adalah negara Soviet pertama yang menantang kekuatan militer Soviet dengan menawarkan servis alternatif untuk warga Estonia yang dijadwalkan akan menjadi konsepnya. Mayoritas masyarakat Estonia, secara singkat, menolak konsep tersebut.[butuh rujukan]
Revolusi Menyanyi di Estonia berdurasi empat tahun, dengan beragam protes dan aksi menantang. Pada tahun 1991, saat tank Soviet mencoba untuk menghentikan perkembangan menuju kemerdekaan, Perwakilan Dewan Tertinggi Soviet Estonia, bersama dengan Kongres Estonia, memproklamasikan restorasi kemerdekaan Estonia dan menolak legislasi Soviet. Masyarakat berperan sebagai benteng untuk melindungi radio dan stasiun TV dari tank-tank Soviet. Dari aksi ini, Estonia dapat meraih kemerdekaannya kembali tanpa pertempuran berdarah[5]
Pada tanggal 22 Agustus 1991, Islandia merupakan negara pertama yang mengakui restorasi kemerdekaan Estonia.[butuh rujukan] Saat ini, sebuah plakat memperingati peristiwa ini terletak di dinding luar kantor Kementerian Luar Negeri, yang terletak di Islandi Väljak 1, atau "Kompleks Islandia 1". Plakat tersebut bertuliskan; "Republik Islandia adalah negara pertama yang mengakui, pada tanggal 22 Agustus 1991, restorasi kemerdekaan Republik Estonia", dalam bahasa Estonia, Inggris, dan Islandia.[6]
Deklarasi kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1991 petang, setelah persetujuan antara partai politik telah mencapai puncaknya. Pada keesokan paginya, pasukan Soviet, yang berusaha menginvasi Menara Televisi Tallinn, tidak sukses menginvasi, menurut sebuah stasiun televisi di Estonia..[7] Kelompok garis keras Komunis Soviet, yang mencoba mengkudeta juga tidak sukses karena demonstrasi massa pro-demokrasi di Moskow yang dipimpin oleh Boris Yeltsin.
Latvia
Pada paruh kedua era 1980an saat Mikhail Gorbachev memperkenalkan glasnost dan perestroika di Uni Soviet, yang mengembalikan pembatasan kebebasan di Uni Soviet, keengganan terhadap rezim Soviet membawa Kesadaran Besar Latvia ketiga, mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1988. Pergerakan ketidaksepakatan yang pernah takluk pada awal 1980an, kembali digerakkan pada tahun 1986.[butuh rujukan]
Pada tahun 1986, publik mengetahui secara luas bahwa Uni Soviet akan menanam kekuatan hidroelektrik di sungai terbesar di Latvia, Daugava, dan keputusan telah diambil untuk membangun kereta bawah tanah di Riga.[butuh rujukan] Kedua proyek yang direncanakan Moskow dapat mengakibatkan kerusakan kekayaan sejarah dan budaya Latvia. Di media massa, para jurnalis meminta publik memprotes kebijakan Moskow tersebut. Publik langsung bereaksi, dan sebagai respon, mereka mendirikan Klub Pelindung Lingkungan pada tanggal 28 Februari 1987. Pada paruh kedua 1980an, Klub Pelindung Lingkungan menjadi salah satu kelompok massa yang paling berpengaruh di kawasan tersebut dan mulai menuntut restorasi kemerdekaan Latvia.[butuh rujukan]
Kemudian, pada 14 Juni 1987, yang merupakan tanggal perayaan deportasi 1941, kelompok Hak Asasi Manusia "Helsinki-86", yang dibentuk setahun sebelumnya, mengajak orang untuk menaruh bunga di Monumen Kebebasan (simbol kemerdekaan Latvia yang didirikan tahun 1935). Acara seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena mendemonstrasikan kelahiran kembali kepercayaan diri nasional Latvia.[butuh rujukan]
Kurang lebih setahun setelah itu, pada tanggal 1 dan 2 Juni 1988, Persatuan Penulis mengadakan kongres dimana demokratisasi masyarakat, kedaulatan ekonomi Latvia, penghentian imigrasi dari Uni Soviet, transformasi industri, dan proteksi terhadap bahasa Latvia didiskusikan oleh para anggota. Selama kongres, untuk pertama kalinya pasca-perang di Latvia, protokol rahasia dari "Pakta Molotov–Ribbentrop", yang menentukan nasib Latvia setelah tahun 1939, telah diktahui publik.[butuh rujukan]
Kongres Persatuan Penulis kemudian membangkitkan opini publik dan ajakan tambahan untuk proses umum kebangkitan nasional[butuh rujukan]
Pada musim panas 1988, dua dari organisasi penting masa kebangkitan memulai untuk menggalang anggotanya – Gerakan Rakyat Latvia (LPF) dan Pergerakan Kemerdekaan Nasional Latvia (LNIM). Singkat waktu setelah itu, organisasi yang cenderung radikal Kongres Rakyat mengajak rakyat untuk tidak patuh kepada wakil rezim Soviet.[butuh rujukan] Semua organisasi tersebut memiiki tujuan yang sama: restorasi demokrasi dan kemerdekaan. Pada 7 Oktober 1988, terdapat demonstrasi publik massal, menggalang dukungan untuk kemerdekaan Latvia dan mendirikan kerangka yudisial reguler. Kemudian, pada tanggal 8 dan 9 Oktober, kongres pertama Kongres Rakyat diadakan. Organisasi ini memiliki 200.000 anggota dan menjadi wakil penting untuk restorasi kemerdekaan.[butuh rujukan]
Pada tanggal 23 Agustus 1989, saat peringatan Pakta Molotov–Ribbentrop, Gerakan Rakyat dari semua negara Baltik mengadakan demonstrasi persatuan besar-besaran – "Rantai Baltik". sebuah pawai besar yang terdiri dari 600 km (373 mi) "rantai" manusia dari Tallinn melewati Riga hingga Vilnius telah digalang. Ini merupakan demonstrasi simbolik dari masyarakat pendukung kemerdekaan dari Uni Soviet.
Pemilu Dewan Tertinggi Soviet yang diselenggarakan pada 18 Maret 1990 merupakan tonggak keberhasilan pendukung kemerdekaan. Pada 4 Mei 1990, Dewan Tertinggi Soviet perwakilan Latvia mengadopsi sebuah gerakan, "Deklarasi Kemerdekaan", yang menyerukan restorasi dari perang antar-negara Latvia dan Konstitusi 1922.[butuh rujukan]
Tetapi, pada bulan Januari 1991, kelompok pro-komunis memaksa untuk mengembalikan kekuatan Soviet. Dengan pemaksaan, percobaan telah dibuat untuk menggulingkan perkumpulan baru tersebut. Demonstran Latvia mencoba untuk menghentikan pasukan Soviet untuk kembali menduduki posisi strategis, dan peristiwa-peristiwa ini diketahui sebagai "Hari-hari Barikade".[butuh rujukan]
Pada 19 Agustus 1991, percobaan tak sukses kudeta bertempat di Moskow dimana sebuah kelompok kecil fungsionaris Soviet gagal untuk mengembalikan kekuatan karena besarnya demonstrasi pro-demokrasi di Rusia. Peristiwa inilah yang membuat Latvia berada satu langkah menuju kemerdekaan.[butuh rujukan] Setelah kegagalan kudeta tersebut, Dewan Tertinggi Soviet perwakilan Latvia mengumumkan pada tanggal 21 Agustus 1991, bahwa transisi kemerdekaan penuh dideklarasikan pada tanggal 4 Mei 1990, akan selesai. Kemudian, Latvia memproklamasikan dirinya sebagai negara dengan kemerdekaan penuh, dimana lembaga yudisial kembali seperti semula, tepatnya sebelum pendudukan 17 Juni 1940.[butuh rujukan]
Ribuan orang sering berkumpul bersama di lokasi publik di seluruh Lituania dan menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu-laguGereja Katolik Roma. Popularitas lagu patriotik sangat berkembang secara signifikan selama periode ini.[butuh rujukan] Banyak penyanyi populer mengikuti tren ini, sering kali menggunakan puisi yang dikarang oleh pengarang puisi nasional, seperti Bernardas Brazdžionis atau Justinas Marcinkevičius sebagai lirik lagu mereka. Rock March juga mempromosikan kepedulian terhadap hal ini kepada orang lain.[butuh rujukan]
Pada 3 Juni 1988, sebuah perkumpulan sosial politik untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan gerakan pro-demokrasi bernama Sąjūdis, telah didirikan.[butuh rujukan]
Oposisi aktif nasional menuju puncak penolakan rezim saat pemulihan Katedral Vilnius, yang dahulunya dipakai sebagai museum seni, untuk komunitas Katolik pada tanggal 21 Oktober 1988, disusul dengan restorasi bertahap simbol nasional, termasuk kebangkitan atau restorasi kemerdekaan monumen kemerdekaan seluruh LItuania. Lagu kebangsaan Lituania dan Tricolore dilegalkan pada tanggal 18 November 1988, secara resmi mengganti bendera dan lagu kebangsaan Republik Sosialis Soviet Lituania.[butuh rujukan]
Lima dekade setelah Lituania diduduki Uni Soviet, Lituania merupakan republik pertama yang mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tanggal 11 Maret 1990, kemudian disusul dengan Latvia dan Estonia. Tetapi, nyaris semua negara tidak mengakui kemerdekaan Lituania, kecuali islandia yang mengakui kemerdekaan negara ini di kemudian hari pada bulan Agustus 1991.[butuh rujukan]
Militer Soviet merespon kasar. Pada 13 Januari 1991, empat-belas demonstran anti kekerasan meninggal dan ratusan cedera saat mempertahankan Menara Televisi Vilnius dan Parlemen dari pasukan dan tank Soviet. Lituania mereferensikan even tersebut sebagai Minggu Berdarah. Kedisiplinan dan kesadaran warga – menyatukan kekuatan dan bernyanyi di depan tank dan pancingan senjata – menghindari banyaknya korban jiwa dan memperlihatkan kepada dunia bahwa warga Lituania siap untuk mempertahankan kemerdekaannya.[butuh rujukan]
Setelah itu, pemerintah komunitas internasional mengakui kemerdekaan Lituania setelah kegagalan kudeta tahun 1991.
^*Thomson, Clare (1992). The Singing Revolution: A Political Journey through the Baltic States. London: Joseph. ISBN0718134591.
^Ginkel, John (2002). "Identity Construction in Latvia's "Singing Revolution": Why inter-ethnic conflict failed to occur". Nationalities Papers. 30 (3): 403–433. doi:10.1080/0090599022000011697.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)