Sebuah referendum ganda diadakan di Transnistria pada 17 September 2006. Pemilih ditanya apakah mereka menyetujui kemungkinan untuk menolak kemerdekaan dan integrasi dengan Moldova,[1] atau sebaliknya kemerdekaan dan kemungkinan integrasi di masa depan ke dalam Federasi Rusia.[2]
Latar belakang
Organisasi pro-Moldova mengumumkan sebelum referendum bahwa mereka tidak akan mengakui hasil referendum. Surat suara untuk referendum dicetak ulang tiga kali, karena ketua komisi pemilihan, Piotr Denisenko, mengumumkan penyusutan pemilih 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.[3]
Hasil
Menolak kemerdekaan dan kemungkinan integrasi kelak dengan Moldova
Dari total 394.861 pemilih terdaftar, tingkat partisipasi pemilih mencapai 78,6%,[4] yang secara substansial lebih dari 50%+1 yang diwajibkan oleh undang-undang untuk mengesahkan referendum.[5][6]
Pada hari referendum, tidak ada jajak pendapat keluar(exit poll) yang diizinkan dalam jarak 25 meter dari tempat pemungutan suara, untuk mencegah terganggunya pemungutan suara.[7]
Menurut Kantor Berita Rusia RIA Novosti, lebih dari 130 pengamat internasional memantau referendum tersebut dan melaporkan bahwa "mereka tidak menunjukkan adanya pelanggaran prosedural selama pemungutan suara rahasia,"[12] dan perwakilan Kongres Masyarakat Rusia dari Moldova menyatakan referendum ini diselenggarakan sesuai standar internasional.[13] Namun, tidak ada organisasi pemantau yang diakui secara internasional yang mengirimkan pengamatnya.
Viktor Alksnis, seorang deputi dari partai Rusia "Rodina" menyatakan bahwa referendum di Transnistria diselenggarakan tanpa pelanggaran perundang-undangan dan standard demokratis.[14]
Viktor Alksnis dikenal karena sebelumnya menggambarkan Republik Transnistria sebagai basis dari mana restorasi Uni Soviet akan dimulai.[15]
Menurut pendapat Kementerian Luar Negeri Ukraina, situasi di Transnistria gagal memenuhi kondisi pernyataan keinginan bebas oleh warganya.[16]
Menurut OSCE, kondisi media di wilayah Transdonesia dibatasi, karena pihak berwenang terus melakukan kampanye yang sudah berlangsung lama untuk membungkam suara dan gerakan oposisi merdeka.[17] Meskipun OSCE memutuskan untuk tidak mengirim pengamat untuk memantau referendum tersebut,[18] 130 pengamat dari CIS dan Eropa dan dari sebelas organisasi pemantau pemilihan umum yang mengirim pengamatnya memiliki reaksi yang berbeda.[19]
^"Ольвия-Пресс". Olvia.idknet.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-08. Diakses tanggal 2015-02-26.
^John Mackinlay and Peter Cross (editors), Regional Peacekeepers: The Paradox of Russian Peacekeeping, United Nations University Press, 2003, ISBN92-808-1079-0 p. 137