Rafael Vicente Correa Delgado (lahir 6 April 1963) [1] adalah seorang ekonom dan politikus asal Ekuador, yang menjabat sebagai Presiden Ekuador dari 2007 hingga 2017. Ia adalah seorang ekonomEkuador, mantan Menteri Keuangan, dan kandidat Presiden Ekuador untuk Alianza PAIS (Patria Altiva i Soberana). Pada awal September 2006, ia menduduki tempat ketiga dalam berbagai jajak pendapat menjelang pemilu. Tepat pelaksanaan pemilihan umum pada 15 Oktober2006, ia melajit di urutan kedua dengan 22.84% suara. Perolehan ini menyaingi kandidat Álvaro Noboa yang 26.83%. Pada 26 November2006, ia memenangi dalam babak kedua (run-off) dengan 56.8% suara pemilih.[2]
Correa memperleh gelar Ph.D. dalam ilmu ekonomi dari Universitas Illinois pada 2001. Menurut The Washington Post penasihat Correa di Universitas Illinois, Werner Baer, mendukung bekas mahasiswanya itu. "Ia menghargai pasar sampai batas tertentu, tetapi ia tahu bahwa bila pasar dibiarkan sendirian, maka ia akan mengkonsentrasikan kekayaan," katanya. "Ia tidak akan melakukan hal-hal yang bodoh ... karena ia orang yang cukup terbuka pikirannya."[3]
Pada 2005 Correa menjabat sebagai menteri ekonomi di dalam kabinet Presiden yang berkuasa sekarang, Alfredo Palacio. Selama masa jabatannya yang 4 bulan, ia membela pengurangan kemiskinan dan kedaulatan ekonomi. Correa berusaha untuk meningkatkan kerja sama Ekuador dengan Venezuela dan bersikap skeptis terhadap perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan menolak nasihat dari Dana Moneter Internasional (IMF). Ia dipaksa mundur dari pemerintahan Palacio setelah dituduh tidak berkonsultasi dengan Palacio sebelum ia menjual utang Ekuador sejumlah $300 juta kepada Venezuela. Correa mengaku dalam surat pengunduran dirinya bahwa penjualan itu dilakukan dengan persetujuan penuh presiden, tetapi ia menyebutkan bahwa kurangnya dukungan presiden menyebabkan ia memutuskan untuk mengundurkan diri.[4]
Keputusan Palacio untuk memintanya mengundurkan diri dilihat oleh sejumlah analis politik sebagai pernyataan takluk Palacio terhadap tekanan AS. Ketika Correa mundur, jajak pendapat memperlihatkan bahwa ia mempunyai kredibilitas tertinggi dibandingkan pejabat manapun dalam pemerintahan itu, dengan 57% rakyat Ekuador menyatakan bahwa mereka percaya kepadanya.[5]
Platform
Correa, seorang ekonom profesional, menggambarkan lima "poros pembaruan" sebagai revolusi konstitusional, revolusi etis, revolusi ekonomi dan produktivitas, revolusi pendidikan dan kesehatan, dan revolusi martabat, kedaulatan, dan integrasi Amerika Latin.
Correa memulai Alianza PAIS dan partai ini tidak mengajukan seorang kandidatpun untuk kongres. Sebaliknya, bila terpilih, Correa berencana untuk mengadakan referendum untuk membentuk sebuah Dewan Konstituante untuk menulis ulang konstitusi, seperti yang dilakukan oleh Hugo Chavez di Venezuela dan Evo Morales di Bolivia.[6]-->
Correa berjanji untuk pemberbarui industri minyak Ekuador, termasuk peningkatan persentase pendapatan minyak untuk Ekuador. Ia menuduh perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi di Ekuador karena gagal memenuhi peraturan-peraturan lingkungan hidup dan investasi yang berlaku. Marketwatch mengutipnya mengatakan kepada wartawan, "Banyak kontrak minyak yang sebetulnya merupakan jebakan untuk negara. Dari setiap lima barel minyak yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan multi nasional, mereka hanya meninggalkan satu barel untuk negara dan mengambil empat barel sisanya. ... Hal ini sama sekali tidak dapat diterima. Kita akan merevisinya dan menegosiasi ulang kontrak-kontraknya." Ia juga membela pembaruan sektor finansial, termasuk pembatasan cadangan lepas pantai bank-bank lokal sehingga tidak lebih dari 10% dari uang mereka dapat dikirim ke luar negeri.[7] Correa juga berjanji untuk merundingkan kembali utang luar negeri Ekuador yang besarnya $10 miliar.
Meskipun para kritiknya membandingkannya dengan Chavez, ia menyangkal bahwa ia ingin meniru presiden Venezuela itu. Sebaliknya, ia menggambarkan dirinya sebagai seorang humanis, seorang Kristen kiri (ia seorang Katolik Roma) dan pembela kedaulatan politik serta integarasi regional. Ia mengkritik keputusan Presiden Jamil Mahuad pada 2000 untuk mengadopsi dolar Amerika sebagai mata uang resmi Ekuador, tetapi ia mengaku bahwa meninggalkan proyek itu bukanlah suatu langkah yang tepat sekarang. Ia menganjurkan lebih besar partisipasi negara dalam industri minyak. Ia tidak ingin mengembangkan persetujuan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat.
Correa telah berjanji untuk menutup pangkalan militer AS di Manta, Ekuador. Di sana ditempatkan 400 tentara AS sebagai bagian dari Pangkalan Udara Eloy Alfaro. Ini adalah satu-satunya pangkalan militer AS di Amerika Selatan.
Hubungan Correa dengan penduduk asli Ekuador membedakannya dari semua kandidat presiden lainnya. Ia mampu berbahasa Kichwa (atau Quichua dalam bahasa Spanyol), bahasa penduduk asli utama di wilayah itu. Ia mempelajarinya ketika ia tinggal selama setahun sebagai seorang relawan di sebuah kota di pegunungan ketika ia masih muda.[8]
Pemilihan Presiden 2006
Dalam putaran kedua pemilihan presiden 2006, Correa mengklaim kemenangan setelah unggul 14 persen dalam exit poll atas lawannya Alvaro Noboa.[9]