Soleimani lahir di desa Qanat-e Malek, Provinsi Kerman, dari keluarga petani. Ketika ia masih muda, ia pindah ke Kota Kerman dan bekerja pada proyek konstruksi untuk membantu membayar utang ayahnya. Pada tahun 1975, ia bekerja sebagai kontraktor di Perusahaan Air Kerman.[15] Ketika ia sedang tidak bekerja, ia menghabiskan waktunya mengangkat beban di gimnasium dan mengikuti khutbah yang disampaikan oleh Hojjat Kamyab – anak didik dari Ayatollah Khomeini.[16] Menurut penuturan Sohrab Soleimani (saudara Qasem Soleimani), saudaranya yaitu Qasem Soleimani adalah salah seorang penggerak demo-demo menentang pemerintahan Syah Iran di Kerman. (https://bojnourd.iqna.ir/fa/news/3868517/)
Karier dan aktivitas
Soleimani bergabung dengan Pengawal Revoluis (IRGC) pada tahun 1979 setelah Revolusi Iran. Dikabarkan walau ia menjalani pelatihan yang sangat minim, ia naik pangkat dengan cepat. Di awal kariernya sebagai seorang pengawal, ia ditempatkan di barat laut Iran, dan ikut serta dalam penanganan pemberontakan separatis Kurdi di Provinsi Azerbaijan Barat.[16]
Pada tanggal 22 September 1980, ketika Saddam Hussein meluncurkan invasi ke Iran, menyebabkan Perang Iran–Irak (1980-1988), Soleimani terjun ke medan perang sebagai pemimpin kompi militer, yang terdiri dari lelaki dari Kerman yang ia kumpulkan dan latih secara pribadi.[17] Dia menjadi terkenal dengan cepat karena keberaniannya,[18] dan naik pangkat karena perannya dalam operasi merebut kembali wilayah yang sempat diduduki Irak, yang akhirnya membuat ia menjadi komandan Divisi Sarallah 41 saat masih berusia 20-an, yang ikut serta dalam sebagian besar operasi. Ia sering ditempatkan di front selatan[17][19]
Semasa Perang Iran – Irak
Qasem Soleimani menjadi salah satu komandan operasi Wal Fajr 8, Karbala 4 dan Karbala 5. Operasi Karbala 5 disebut sebagai operasi Iran terpenting semasa perang yang dinilai berhasil melemahkan posisi politik tentara Ba’ts Irak dan menstabilkan posisi yang menguntungkan kekuatan militer Iran.( https://www.hedayatmizan.ir/site/content/17781/)
Komandan Pasukan Quds
Tanggal pelantikannya sebagai Komandan Pasukan Quds tidak diketahui secara pasti, tetapi Ali Alfoneh memperkirakan antara 10 September 1997 dan 21 Maret 1998.[15] Ia dianggap sebagai calon penerus dari Panglima IRGC, ketika Jenderal Yahya Rahim Safavi melepaskan jabatannya pada tahun 2007. Pada tahun 2008, ia memimpin sebuah kelompok yang menyelidiki kematian Imad Mughniyah. Soleimani membantu mengatur gencatan senjata antara Tentara Irak dan Tentara Mahdi di bulan Maret 2008.[20]
Soleimani digambarkan sebagai "perwira yang paling berpengaruh di Timur Tengah saat ini" dan ahli strategi dan taktik militer pada upaya Iran memerangi pengaruh Barat.[16] Di Irak, sebagai komandan Pasukan Quds, dia diyakini telah mempengaruhi organisasi di pemerintahan Irak, terutama mendukung Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki.[16][21] Soleimani bahkan digambarkan sebagai "Erwin Rommel-nya Iran".[22]
Menurut beberapa sumber, Soleimani adalah pemimpin utama dan sosok dibalik sayap militer partai Syiah Lebanon Hizbullah sejak pelantikannya sebagai Komandan Pasukan Quds pada tahun 1998.[16]
Qasem Soleimani saat memegang komando Pasukan Quds memiliki peran penting dalam memperkuat Hizbullah Lebanon dan kelompok-kelompok pejuang Palestina yang bukti konkritnya dapat disaksikan dalam berbagai peperangan, di antaranya perang 33 hari Hizbullah dan kemenangan para pejuang Palestina dalam perang 22 hari melawan Rezim Zionis.
Soleimani berhasil membentuk “Al-Hashad Al-Shabi” di Irak dan “Pasukan Pertahanan Nasional” di Suriah. Karena perannya dalam mengatur strategi kawasan dan menghadapi musuh, media-media dalam dan luar negeri memberikan banyak julukan kepadanya, seperti “The Shadow Commander”, “Jenderal Internasional”, “Komandan Hantu”, “Komandan Misterius”, “Mimpi Buruk Musuh”, “Malik Asytar masa kini”, “Jenderal Haj Qasem”.(https://www.khabaronline.ir/news/1338199/)
Perang Melawan ISIS di Suriah
Menurut beberapa sumber, termasuk Riad Hijab, mantan Perdana Menteri Suriah yang membelot pada Agustus 2012, Soleimani merupakan salah satu pendukung utama dari Bashar al-Assad selama melawan ISIS.[16][21] Pada akhir paruh 2012, Soleimani menyambut permohonan bantuan pemerintah Asad untuk mengusir ISIS di Suriah, ketika pemerintah Assad kurang mampu untuk melawan ISIS, dan dampaknya terhadap Iran jika pemerintah Suriah jatuh ke tangan ISIS. Ia dilaporkan mengkoordinasikan jalannya perang dengan komandan Hizbullah Lebanon dan milisi Syiah Irak dari markas di Damaskus, selain perwira Suriah dan Iran. Brigadir Jenderal Hossein Hamadani, mantan wakil komandan Basij turut membantu untuk mengerahkan milisi yang Soleimani harapkan untuk terus berjuang jika Assad jatuh.[16] Di bawah Soleimani, "serangan menjadi terkoordinasi, milisi lebih terlatih, dan mengatur sistem untuk memantau komunikasi pemberontak ISIS".
Di sinilah pasukan Quds pimpinan Soleimani dan beberapa pasukan muqawamah di kawasan melalui langkah-langkah konseling dan aksi medan tempur mencegah jatuhnya Suriah dan Irak sepenuhnya oleh kelompok teroris terjahat ini.
Pejabat-pejabat Irak dan wilayah Kurdistan serta Suriah berulang kali mengakui peran Iran dan Jenderal Soleimani dalam mencegah jatuhnya Erbil, Baghdad dan Damaskus. Dalam pembentukan dan pengaturan front muqawamah yang terdiri dari Pasdaran Revolusi Islam, Hizbullah Lebanon, Pejuang Fatimuyun Afghanistan, Zainabiyun Pakistan, Haidariyun dan Hashad Sha’bi Irak, peran Jenderal Syahid ini tidak tertandingi.
Foto-foto kehadiran sosok lelaki paruh baya di medan perang dengan pakaian berdebu dan bersahaja, tanpa atribut pangkat militer di tengah pasukan muqawamah dari berbagai negara hari ini menjadi kenangan abadi. Gambar tersebut merupakan simbol dan kehadiran Komandan Soleimani di barisan terdepan melawan ISIS. Pengulangan foto-foto tersebut berhasil melemahkan dan bahkan mengakhiri eksistensi ISIS. Dengan improvisasi oleh kelompok muqawamah, keadaan menjadi berbalik dan ISIS mengalami kekalahan demi kekalahan di berbagai medan perang.( http://hadese24.ir/news/28286)
Soleimani telah diakui memberikan strategi yang membantu Presiden Bashar al-Assad dalam melawan pasukan pemberontak dan merebut kembali beberapa kota.[24] Rincian keterlibatannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi banyak dilakukan pelatihan milisi dan koordinasi untuk serangan militer[16] hingga penampakan pesawat tanpa awak Iran di Suriah, menunjukkan bahwa Pasukan Quds sangat terlibat dalam perang tersebut.[16]
Dalam kunjungan ke ibu kota Lebanon, Beirut, pada 29 Januari 2015, Soleimani berziarah ke makam anggota Hizbullah yang tewas, termasuk Emad Mughniyah, putra dari almarhum panglima Hizbullah Imad Mughniyah yang makin memperkuat kemungkinan tentang peranannya dalam aksi militer Hizbullah di Israel.[25]
Pada bulan Oktober 2015, dilaporkan bahwa ia telah berperan dalam merancang serangan Rusia-Iran-Suriah selama kunjungannya ke Moskwa di Juli 2015.[26]
Perang terhadap ISIS di Irak
Qasem Soleimani berada di kota Amerli, Irak, untuk bekerja dengan pasukan Irak melawan militan ISIS.[28][29] Menurut Los Angeles Times, Amerli adalah kota pertama berhasil menahan invasi ISIS berkat "kerjasama tentara Irak dan Kurdi, milisi Syiah yang didukung Iran".[30][31]
Soleimani memainkan peran penting dalam operasi untuk merebut kembali kota Tikrit di Irak dari ISIS. Kota Tikrit terletak di tepi kiri sungai Tigris dan merupakan kota terbesar dan utama di antara Bagdad dan Mosul, sehingga sangat strategis. Kota ini jatuh ke tangan NIIS pada tahun 2014. Setelah persiapan dan pengumpulan informasi selama beberapa bulan, penyerangan untuk mengepung dan merebut Tikrit diluncurkan pada awal Maret 2015.[33]
Janji Yang Harus Ditepati
Tepat di tanggal 30 November 2017, Mayjend Qasem Soleimani selaku komandan pasukan Quds mengumumkan berakhirnya pemerintahan kelompok teroris ISIS dalam sebuah surat kepada Pimpinan Tertinggi Iran Ayatullah Khamenei. Peristiwa penting ini secara final diumumkan ke khalayak dengan diturunkannya bendera ISIS di kota Al Bukamal, Suriah. Pada hakekatnya ini adalah bayar janji yang pernah disampaikan Soleimani dalam acara peringatan 40 hari kesyahidan Imam Husein.(https://www.yjc.ir/fa/news/7145493/)
Dalam budaya populer
Menurut sumber dari negara Barat, kepribadian Qasem Soleimani mirip dengan karakter fiksi Karla, Keyser Söze,[18] dan Scarlet Pimpernel.[34] Dia disebut-sebut memiliki pembawaan yang tenang,[35] "menarik perhatian dan jarang menaikkan suaranya", menunjukkan "karisma bersahaja".[18]
Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Information andPublic Opinion Solutions LLC (iPOS) pada Maret 2016, Soleimani disukai 38% responden dan 11% tidak menyukai, sementara 45% tidak tahu dia.[36]
Kehidupan pribadi
Qasem Soleimani adalah penduduk Kerman. Ayahnya adalah seorang petani dan sekarang tinggal di desa mereka. Ibunya, Fatemeh meninggal pada tahun 2013.[37] Ia memilik lima saudara perempuan dan satu saudara laki-laki, Sohrab, yang tinggal dan bekerja dengan Soleimani di masa mudanya.[38] Soleimani mahir bela diri Karate dan merupakan pelatih kebugaran di masa mudanya. Ia memiliki empat anak: dua putra dan dua putri.[39]
Karakter menonjol Qasem Soleimani adalah jiwa keikhlasan (ketulusan), tawakkal, dan ketaatan terhadap wali faqih. Ia juga memiliki kejeniusan dalam mengenal musuh dan operasi-operasi strategis melawan musuh. Keberanian dan kesiapan selalu menerjang bahaya juga menjadi kekhususannya. Pada saat yang sama, Soleimani adalah sosok karismatik di hadapan kawan dan bahkan lawan. Ucapan dan perilaku dibarengi dengan kerendahan hati menjadi faktor daya tariknya.
Menciptakan Kawasan Timur Tengah Baru; Peta Makro Amerika
Tujuan dan program makro sistem yang berkuasa, tepatnya USA untuk wilayah Barat Asia (Timur Tengah menurut ungkapan mereka) adalah desain Timur Tengah baru. Rencananya, Suriah, Lebanon dan Irak akan menjadi poros utama peta ini. Maksud mereka adalah menaikkan beberapa negara di wilayah tersebut yang tunduk kepada USA supaya tidak muncul ancaman terhadap USA dan Israel dari wilayah ini. Pengaruh ini direncanakan bahkan tidak hanya terlihat secara lahiriah, namun secara hegemoni spiritual dan nyata. USA ingin merealisasikan tujuan makro ini dengan menciptakan ketidakstabilan di kawasan. Demi kepentingan USA, dilakukan beberapa langkah seperti menciptakan ketidakamanan, melemahkan negara-negara merdeka, ketidakstabilan, dukungan terhadap terorisme takfiri dan ekstrimis di kawasan. Namun rencana ini mengalami kegagalan karena strategi Qasem Soleimani.
Peran Anti-Terorisme Soleimani Menurut Sebagian Tokoh Penting
Peran Mayjen Qasem Soleimani dalam membasmi ISIS tidak dapat diingkari oleh musuh. Sosok dan kepribadian Soleimani menjadi objek analisis media-media Amerika dan Barat sebelum munculnya ISIS; namun peran kuncinya dalam menghancurkan ISIS lebih kental di media-media internasional dan petinggi-petinggi Barat dan Amerika. Jenderal Iran ini pernah menjadi sampul majalah Amerika Newsweek dengan berita utama “Musuh Abadi”. Dalam penjelasannya disebutkan, “Pertama ia berperang melawan USA, kini sedang membasmi ISIS”.
McChrystal, mantan komandan operasi khusus Amerika di Irak terkait peran Komandan Soleimani berkata, “Dengan munculnya fenomena jahat dan kejam bernama ISIS, kini Soleimani mengambil peran Ksatria Putih di hadapan mereka.”
“Menurut saya, Soleimani memiliki peran vital dalam menyelematkan Rezim Asad. Hampir tidak mungkin Asad memiliki kepercayaan diri dan dalam sebagian kasus, kemampuan bertahan menghadapi topan tersebut hingga 2 – 3 tahun karena realitanya pemerintahannya hampir runtuh,” tambahnya.
Ryan Crocker, mantan duta besar Amerika di Irak dan Timur Tengah juga menyinggung peran Soleimani dalam menghadapi ISIS, “Pemerintah Bashar Asad dalam sebagian kondisi menemui sandungan dan hampir jatuh. Pasukan Quds dan sebagian tentara Iran datang menolongnya.”
Scott Bennett, analis Amerika dan mantan pejabat perang psikologis tentara Amerika dalam sebuah wawancara menyebut peran Komandan pasukan Quds Iran dalam menghadapi terosisme, “Soleimani dalam operasi khusus militer melawan terorisme ISIS sangat tenang dan menunjukkan kepada dunia bahwa Iran menentang ISIS secara moral di semua bidang. Dunia akhirnya memahami bahwa Iran bukan saja tidak menjadi pendukung ISIS, namun menjadi solusi utama dan nyata untuk menghentikan ISIS.”
John Maguire, mantan perwira CIA tentang perang Al-Qusair di Suriah yang menyebabkan direbutnya kembali kota strategis tersebut oleh tentara Suriah, berkata, “Soleimani inilah yang secara langsung mengomandoi operasi yang berhasil meraih kemenangan besar.”
Kerendahan hati Soleimani di tengah sahabat-sahabat seperjuangan dan pasukan muqawamah yang bertempur adalah topik lain yang menarik perhatian para pejabat dan pakar USA. Maguire dalam pernyataan lain menyampaikan, “Tentara biasa yang masih berusia 25 tahun dan sedang berperang tanpa rompi anti peluru di tengah pasukan paramiliter, bagaimana mungkin tidak termotifasi dan melakukan tugasnya dengan baik ketika ia melihat komandannya yang seusia kakeknya sedang berjalan dengan 1 baju biasa di medan perang dan di tengah tembakan peluru? Hal tersebut menjadi sebuah pesan inspiratif bagi seorang tentara bahwa orang seperti itu tidak memiliki rasa takut dan kitapun harus demikian.”
“Saya benar-benar meyakini bahwa orang-orang seperti Qasem Soleimani merasa sedang menentukan takdirnya sendiri dan bila terbunuh, akan terbunuh dengan baik dan terhormat. Pandangan mereka dalam hal ini berbeda dengan misalnya kita orang USA. Mereka meyakini sedang melaksanakan sebuah perintah Ilahi,” tambahnya.
Mantan Presiden USA Barack Obama dalam salah satu pertemuannya dengan Haedar Al Ebadi, PM Irak pada tahun 2014 menyebutkan tentang Mayjend Soleimani, “Meskipun ia musuhku, tapi aku memberikan penghormatan khusus kepadanya.”
Presiden Donald Trump yang memasukkan Jenderal Soleimani dan pasukannya dalam list kelompok teroris dan yang memerintahkan pembunuhannya tidak mampu untuk tidak mengakui Soleimani sebagai sosok anti-terorisme. Ia berkata, “Orang-orang Iran bahkan lebih memusuhi ISIS dibandingkan kita.”(http://hadese24.ir/news/28286)
Soleimani tewas dibunuh pada 3 Januari 2020 akibat serangan rudal yang menyerang rombongan dirinya di Bandara Bagdad.[14] Tubuhnya berhasil diidentifikasi dari cincin yang ia gunakan, sedangkan tes DNA masih menunggu hasil.[40]Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bahwa serangan tersebut dilakukan atas arahan dari Presiden Donald Trump.[41]
^"ظریف محبوبترین چهره سیاسی ایران". Information and Public Opinion Solutions LLC (dalam bahasa Persian). 24 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-17. Diakses tanggal 24 May 2016.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)