Putu Oka Sukanta (lahir 29 Juli 1939) adalah seorang penulis, wartawan dan aktif dalam masalah penanggulangan HIV/AIDS. Mulai menulis sejak di bangku SMP. Pernah menjadi guru SMA di Jogja dan Jakarta, selain sebagai wartawan bebas. Karena aktif di Lekra, dia ditahan oleh Orde Baru sejak 1966-1976 di Jakarta dan Tangerang tanpa pernah diadili.[1]
Daftar Karya
I Belog (Cerita Anak-Anak Bali, 1980),
Selat Bali (kumpulan puisi, 1982),
Salam atau Greetings (kumpulan Puisi Dwi Bahasa, 1986),
Luh Galuh (Kumpulan Cerpen, 1987),
Tas atau Die Tasche (Kumpulan Cerpen, 1987),
Luh Galuh (Kumpulan Cerpen, 1988),
Keringat Mutiara (Kumpulan Cerpen, 1991),
Matahari, Tembok Berlin (Kumpulan Puisi, 1992),
Kelakar Air, Air Berkelakar (novel, 1999),
Merajut Harkat (novel, 1999),
Kerlap Kerlip Mozaik (Novel, 2000),
Di Atas Siang Di Bawah Malam (Novel, 2004),
Rindu Terluka (Kumpulan Cerpen, 2004),
Rindu Terluka (Kumpulan Cerpen, 2005),
Keringat Mutiara (Kumpulan Cerpen, 2006),
Lobakan (Cerita Seputar Tragedi 1965/1966 di Bali, 2009),
Istana Jiwa (Novel, 2012)
Beberapa bukunya sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Jerman dan Prancis. Cuplikan novelnya, Leftover Soul, ditampilkan dalam Manoa: A Pacific Journal of International Writing. Putu juga menjadi contributing editor dari Latitudes dan staf anggota senior dari sebuah majalah alternatif, Nirmala.
Karya-karyanya dimuat dalam beberapa antologi internasional: Indonesian Contemporary Poetry (Indonesia 1963), This Prison Where I Live (London 1966), Voice of Cosciences (USA 1955), Bali Behind the Scene (Australia 1997), Silences Voices (Hawaii 2000), Menagerie IV (Indonesia 1998), Another Kinds of Paradise (Boston 2008).[2]
Putu Oka Sukanta juga memproduksi film-film dokumenter dengan tema "Dampak Sosial Tragedi Kemanusiaan 1965/66". Ia banyak menulis buku kesehatan, di samping menjadi aktivis Program Penanggulangan HIV/AIDS. Ia tinggal di Jakarta, berpraktik akupunktur (Dia belajar teknik pengobatan akupunktur dari Dr. Lie Tjwan Sin, teman satu sel di penjara). Dan bersama istrinya Endah Lasmadiwati (Solo 1948), mengelola "Taman Sringanis", sebuah gerakan kebudayaan dalam bidang kesehatan. Putu Oka Sukanta sudah diundang ke beberapa negara Eropa, Asia, Australia dan Amerika, baik sebagai pengarang maupun sebagai aktivis kemanusiaan.
Beberapa puisinya telah digubah menjadi tembang puitik oleh komponis dan pianis musik klasik Ananda Sukarlan .
Penghargaan
Deklamator terbaik Bali (1958).
Pemenang ke II Lomba Dongeng Lingkungan Hidup di Jakarta (1982)
Hellmann/Hammett Grant Award (2012)
Herb Feith Foundation Human Rights Education Award (2016)
Rujukan
^(Indonesia) Sukanta, Putu Oka. Kerlap-Kerlip Mozaik. Yayasan Galang, 2000, Yogyakarta. Halaman 377. ISBN 979-9341-07-8.
^(Indonesia) Sukanta, Putu Oka. Istana Jiwa. LKK-JAKER, 2012, Jakarta. Halaman 326. ISBN 978-979-18950-9-5.