Pussy Riot
Pussy Riot adalah sebuah grup musik punk rock wanita asal Moskow, Rusia, yang dikenal karena pentas pertunjukan dadakan politik provokatifnya mengenai kehidupan politik Rusia di lokasi-lokasi yang tidak biasa, seperti di atas sebuah bis, di halaman gereja, atau pada perancah di Moscow Metro. Pertunjukan "Doa Punk"Pada tanggal 21 Februari 2012, empat anggota grup musik ini menggelar pertunjukan di depan Katedral Kristus Juru Selamat di Moskow, yang merupakan gereja Ortodoks terpenting di ibu kota Moskow. Pertunjukan ini mereka namakan “Doa Punk” dan menunjukkan aksi mereka yang menentang kembalinya Vladimir Putin yang kala itu menjabat perdana menteri, untuk memegang jabatan presiden.[1][2] Mereka juga memprotes hubungan erat antara negara dan gereja di Rusia.[3] Pertunjukan mereka saat itu di interupsi oleh petugas keamanan gereja. Kemudian, pada tanggal 3 Maret 2012, video penampilan mereka muncul di internet. Tiga anggota grup musik tersebut ditangkap dan didakwa atas tuduhan telah melakukan "hooliganisme" dan memicu kebencian agama.[4] Penampilan mereka yang kontroversial ini terutama sekali adalah mengenai video aksi protes yang diposting di internet, dengan lagu yang dialih suara menjadi "Bunda Maria, perawan suci, usirlah Putin.“ Putin sendiri setelah terpilih sebagai presiden secara terbuka mengatakan kemarahan atas tampilan aksi protes tersebut. "Saya harap, itu tidak akan pernah terulang kembali,“ kata Putin pada tanggal 7 Maret 2012.[5] PengadilanProses pengadilan mereka dimulai pada akhir Juli dan memunculkan banyak kontroversi di Rusia dan diseluruh dunia. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Levada Center, 44% warga Rusia mendukung persidangan mereka dan percaya pada keadilan, sementara 17% lainnya tidak mendukung. Menurut jajak pendapat lain yang juga dilakukan oleh Levada, hanya 6% warga Rusia yang bersimpati pada Pussy Riot. Sementara 51% lainnya "berantipati atau tidak tahu harus mengatakan apa tentang mereka", hanya 4% responden yang menganggap bahwa Pussy Riot harus dibebaskan dari segala tuduhan.[6][7][8] Pada tanggal 17 Agustus 2012, tiga anggota Pussy Riot, yaitu Maria Alekhina, Yekaterina Samutsevich dan Nadezhda Tolokonnikova di vonis masing-masingnya hukuman dua tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Tagansky. Hakim Marina Syrova yang memimpin prosesi persidangan mengatakan bahwa mereka telah "secara berhati-hati merencanakan nyanyian mereka di dalam katedral di Moskow dan telah melakukan pelanggaran berat terhadap ketertiban umum".[4] Sementara itu, saat persidangan berlangsung, para pendukung grup musik itu melakukan protes di sejumlah tempat di Moskow yang menyebabkan keamanan ketat diterapkan dan sejumlah jalan ditutup. Atas hasil persidangan ini, Pussy Riot mengecam kasus tersebut dan menganggap bahwa persidangan tersebut diorganisir Putin.[6] Dukungan internasionalDi sisi lain, Pussy Riot mendapat dukungan dari banyak pihak di dunia internasional. Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle meminta Rusia agar memperhatikan kebebasan seni. Selain itu, pemerintah Jerman juga menyampaikan kritik atas sikap Rusia terhadap kebebasan berpendapat. Pejabat urusan hak asasi manusia Jerman, Markus Löning mengatakan kepada radio Deutschlandfunk bahwa "aksi protes grup musik itu di katedral paling banter hanyalah salah satu kasus pelanggaran ketertiban umum. Pemerintah Rusia kurang memiliki pengertian untuk seni dan kebebasan pendapat".[5] Di Moskow juga muncul aksi-aksi solidaritas bagi ketiga anggota Pussy Riot. Sejumlah warga Rusia menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah untuk "membungkam" kritikan.[9][10] Di seluruh dunia, musisi-musisi seperti Kate Nash,[11] Red Hot Chili Peppers,[12] Sting,[12] John Cale,[13] Peter Gabriel,[13] Cornershop,[11] Faith No More,[14] Alex Kapranos dari Franz Ferdinand,[11] Neil Tennant dari Pet Shop Boys,[11] Patti Smith,[15] The Beastie Boys,[16] Refused, Zola Jesus,[16] Die Antwoord,[16] Jarvis Cocker,[11] Pete Townshend,[11] The Joy Formidable,[11] Peaches,[14] Madonna,[17] Genesis,[18] Tegan and Sara,[19] Johnny Marr,[11] Courtney Love,[20] Iiro Rantala,[18] Propagandhi,[21] Anti-Flag,[22] Rise Against,[18] Corinne Bailey Rae,[11] Peter Hammill,[23] Kathleen Hanna,[24] Björk,[25] Paul McCartney,[26] Yoko Ono,[13] komedian Inggris Stephen Fry,[27] Mayor of Reykjavík Jón Gnarr[28] dan Warren Kinsella[29] juga menyatakan dukungannya pada Pussy Riot dan menuntut agar mereka dibebaskan.[13][30] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Pussy Riot. |