Pulau Karimunjawa adalah salah satu pulau yang merupakan pulau terbesar dan pulau utama di Kepulauan Karimunjawa, Indonesia. Pulau ini secara administratif termasuk ke dalam daerah Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pulau ini terletak sekitar 90 km di sebelah utara Jepara.[2][4][5]
Nama
Nama Karimunjawa diceritakan berasal dari ungkapan dalam bahasa Jawa yaitu kremun-kremun ('samar'), berkaitan dengan Pulau Karimunjawa yang tampak samar jika dilihat dari Pulau Jawa. Penyebutan tersebut diceritakan bersamaan dengan kisah mengenai Sunan Kudus dan anaknya Sunan Nyamplungan yang pergi dan menetap di Karimunjawa. Nama Karimunjawa terkadang ditulis terpisah (Karimun Jawa).[6][7]
Sejarah
Cerita rakyat di Karimunjawa menyebutkan kisah mengenai Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), anak dari Sunan Muria yang merupakan salah satu dari sembilan Walisongo. Salah satu versi menyebutkan bahwa Sunan Muria menganggap bahwa anaknya tersebut nakal sehingga ia menitipkannya ke Sunan Kudus. Setelah menerima pendidikan dari Sunan Kudus dan dikembalikan ke Sunan Muria, Amir Hasan diperintahkan oleh ayahnya itu untuk pergi ke wilayah lain untuk menyebarkan Islam. Sunan Muria memerintahkan Amir Hasan untuk pergi ke suatu pulau yang terlihat samar dari puncak Gunung Muria. Amir Hasan berangkat bersama dengan dua orang abdi (sumber lain menyebut santri) dan dibekali biji pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum) serta mustaka masjid. Di pulau tersebut, ia dikisahkan bertarung dan mengalahkan sekelompok bajak laut. Amir Hasan kelak dikenal sebagai Sunan Nyamplungan. Daerah tempat ia menetap di Karimunjawa kini pun bernama Nyamplungan dan terdapat beberapa pohon nyamplung.[6][7][8]
Wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah yang telah dilalui oleh kapal-kapal selama ratusan tahun. Beberapa bangkai kapal karam telah ditemukan di bawah laut di sekitar Pulau Karimunjawa seperti di situs bangkai kapal yang dikenal dengan nama "Genteng"/"Nusa Indah" dan "Indonoor"/"Indonor". Untuk situs kapal Genteng, nama tersebut diperoleh karena masyarakat melihat banyak genteng yang tersebar di sekitar bangkai kapal. Bangkai kapal juga ditemukan di sekitar pulau-pulau lain seperti Taka Menyawakan, Pulau Kumbang, Pulau Genting, dan Pulau Seruni.[9][10][11]
Pada zaman kolonial, pulau ini dikenal dalam bahasa Belanda dengan nama Groot-Karimoen ('Karimun Besar'). Pulau Karimunjawa dan kepulauannya masuk ke dalam daerah Kabupaten (regentschap) Jepara. Pada tahun 1915, pulau ini merupakan pulau berpenduduk satu-satunya di Kepulauan Karimunjawa dengan penduduk sekitar 1.050 jiwa termasuk satu orang gezaghebber. Kebanyakan penduduk saat itu bekerja sebagai nelayan dan petani perkebunan kelapa.[12]
Geografi
Pulau Karimunjawa terletak di bagian tengah Kepulauan Karimunjawa di tengah Laut Jawa. Pulau dan Kepulauan Karimunjawa berada di wilayah Busur Karimunjawa yang membentang dari timur laut ke barat daya, memisahkan Cekungan Laut Jawa Barat dan Cekungan Laut Jawa Timur.[13] Busur ini diperkirakan terbentuk akibat rift dari tepian barat laut Australia-Gondwana pada Periode Jura yang kemudian bergabung dengan Paparan Sunda pada Kala Kapur Awal.[14][15] Busur ini merupakan sebagian dari batas selatan wilayah Paparan Sunda.[16]
Titik tertinggi di Pulau Karimunjawa berada pada ketinggian sekitar 506 m di Bukit Bendera di bagian tengah pulau. Tidak terdapat sungai besar di pulau ini namun teradapat beberapa mata air yang digunakan penduduk sebagai sumber air. Penelitian tahun 2007 menemukan adanya pencemaran air tanah di wilayah kota di bagian selatan pulau. Wilayah Pulau Karimunjawa memiliki iklim muson tropis (Köppen: Am) atau tipe C (Schmidt-Fergusson) dengan curah hujan tahunan sekitar 3.000 mm dan rata-rata suhu 30-31 °C.[3][17] Terdapat hutan mangrove di bagian utara pulau ini di dekat Pulau Kemujan.[18]
^Himpunan Data Cagar Budaya Bawah Air Indonesia. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. hlm. 16–17, 19, 20, 23.
^Granath, J. W.; Christ, J. M.; Emmet, P. A.; Dinkelman, M. G. "Pre-Cenozoic sedimentary section and structure as reflected in the JavaSPAN(TM) crustal-scale PSDM seismic survey, and its implications regarding the basement terranes in the East Java Sea". Dalam Hall, R.; Cottam, M. A.; Wilson, M. E. J. The SE Asian Gateway: History and Tectonics of the Australia-Asia Collision. London: The Geological Society. hlm. 53. ISBN9781862393295.