Pulau Karimata juga termasuk kedalam Kawasan Cagar Alam Laut (CAL) yang mana terletak di gugusan Kepulauan Karimata. Penunjukan kawasan ini sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 381/Kpts-II/1985. Saat pertama kali ditetapkan, dengan luasan lahan Cagar Alam Laut Kepulauan Karimata 77.000 Hektare. Pengelolaan CAL Karimata tersebut melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Kalbar).
Sejarah
Catatan penjelajah Tiongkok yaitu Wang Dayuan serta catatan Xingcha Shenglan dari tahun 1436 menyebutkan mengenai Pulau Karimata sebagai salah satu tempat perdagangan tempurung penyu.[4][5] Panduan pelayaran Tiongkok dari sektiar abad ke-15 atau 16 yaitu Shun Feng Hsiang Sung menyebutkan nama Pulau Karimata sebagai 吉寧馬哪[踏] (chi-ning-ma-na[-t'a]) dan 假里馬 (chia-li-ma).[6] Pada abad ke-17, Pulau Karimata menjadi wilayah pusat ekspor besi di bawah kekuasaan sebuah kerajaan yang berpusat di Sukadana. Pada masa itu, muncul ungkapan di Malaka mengenai senjata keris "yang bajanya berasal dari Karimata". Penambang dan pandai besi pun muncul di Karimata yang terus menjadi salah satu pusat perdagangan besi selama abad-abad setelahnya hingga sekitar awal abad ke-19 ketika persaingan muncul dari perdagangan Eropa dan Tiongkok.[7][8][a] Pada zaman kolonial, pulau ini dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama Groot-Karimata ('Karimata Besar').[9]Encyclopædia Britannica edisi ke-10 tahun 1902 menyebutkan mengenai kegiatan pertambangan besi di Karimata yang saat itu dihuni oleh sekitar 500 orang yang bemata pencaharian sebagai penambang besi, penebang kayu, dan nelayan.[10]
Geografi
Pulau Karimata terletak di wilayah timur dari Selat Karimata yang berada di antara Pulau Kalimantan dan Pulau Belitung.[11] Pulau ini berada di wilayah yang mengalami aktivitas intrusi yang besar pada Kala Kapur Akhir (100,5-66,0 juta tahun yang lalu). Intrusi tersebut diperkirakan terjadi sebagai bagian dari serangkaian aktivitas vulkanisme serupa terkait dengan sutureofiolitGaris Lupar yang menjadi batas timur Paparan Sunda. Aktivitas subduksi terjadi di wilayah suture tersebut selama Kala Kapur Akhir hingga sekitar 80 juta tahun yang lalu. Beberapa geolog memperkirakan subduksi terjadi paling tidak hingga Kala Eosen sekitar 40 juta tahun yang lalu. Aktivitas subduksi tersebut kemudian menyebabkan munculnya aktivitas vulkanisme di wilayah Karimata, Natuna, bagian barat Sarawak, serta di wilayah Pegunungan Schwaner kini. Hasil dari aktivitas intrusi ini di antaranya adalah ditemukannya batuan beku dalam di Karimata yang utamanya berupa granit dari formasi granit Sukadana. Penanggalan rubidium-stronsium yang dilakukan terhadap granit dari Karimata menghasilkan nilai usia sekitar 74 ± 2 juta tahun.[12][13][14]
Batuan yang dapat ditemukan di Pulau Karimata di antaranya adalah batuan metamorfPinoh seperti kuarsit serta batu granit dari formasi granit Sukadana. Batuan metamorf Pinoh berasal dari Kala Cisuralium pada Periode Perm hingga Kala JuraAwal. Batuan-batuan tersebut berada di bawah endapan Kuarter yang berupa dataran aluvial, endapan rawa-rawa, dan endapan pasang surut laut.[14][15] Pulau Karimata merupakan bagian dari sebuah sabuk granitoid yang membentang dari Myanmar melalui Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.[16] Granit di Pulau Karimata juga memiliki urat-urat kuarsa yang mengandung biji besi.[17]
Wilayah Pulau Karimata memiliki iklim monsun tropis (Am) dengan suhu rata-rata tahunan berada di kisaran 22 °C dan curah hujan tahunan sekitar 3.000 mm.[18][19] Titik tertinggi pulau ini adalah Gunung Cabang di bagian tengah pulau yang puncaknya ada di ketinggian 1.030 m dan dapat terlihat dari jarak 70 km pada hari cerah. Suhu di wilayah puncak Gunung Cabang dapat turun hingga 10 °C. Perairan pesisir di sebelah selatan dan timur pulau dipenuhi oleh karang hingga jarak sekitar 4 km. Terdapat beberapa pulau berukuran besar maupun kecil serta gosong di sekitar Pulau Karimata.[2][8][11]
Demografi dan pemerintahan
Pulau Karimata masuk ke dalam daerah dari dua desa di Kecamatan Kepulauan Karimata yaitu Desa Betok Jaya dan Desa Padang. Pulau ini terletak sekitar 37 km ke arah barat daya dari ibu kota kecamatan di Pelapis. Sebelum Kecamatan Kepulauan Karimata didirikan, pulau ini termasuk ke dalam daerah Kecamatan Pulau Maya Karimata yang kini telah dipecah menjadi Kecamatan Kepulauan Karimata dan Kecamatan Pulau Maya.[3][20] Pulau Karimata dihuni oleh sekitar 1.500 jiwa yang kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan petani perkebunan seperti kelapa dan cengkeh.[8][21]
Ekosistem
Lahan di Pulau Karimata sebagian besar merupakan lahan dengan tutupan vegetasi tebal berupa hutan dan perkebunan. Hutan di Pulau Karimata merupakan hutan hujan tropis dengan tumbuhan seperti ulin dan resak serta binatang seperti kera, lutung merah (P. rubicunda carimatae), babi hutan, ular, kelelawar seperti M. spasma carimatae dan E. monticola, tupai ramping (T. gracilis edarata), tupai indah (T. splendidula carimatae), walet, jalak, dan burung dari suku Nectariniidae seperti burung madu kelapa dan burung madu sriganti. Di beberapa tempat, terdapat wilayah hutan mangrove seperti di daerah Desa Betok Jaya, sekitar wilayah Tanjung Ujung Pandang, dan Tanjung Gemuk. Hutan mangrove di Pulau Karimata diperkirakan memiliki luas 112 km2 yang sebagian besarnya berada di wilayah barat pulau. Jenis mangrove yang dapat ditemukan di pulau ini di antaranya adalah dari genus Sonneratia, Bruguiera, Lumnitzera, dan Rhizophora.[8][21][22][23]
Terumbu karang dan ekosistem bentik dapat ditemukan di perairan di bagian selatan, timur, dan utara pulau yang merupakan bagian dari Cagar Alam Laut Kepulauan Karimata yang membentang ke arah timur dengan total luas 770 km2. Spesies terumbu karang yang ditemukan kebanyakan adalah non-Acropora pada kedalaman 3–15 m sementara alga yang dapat ditemukan di antaranya adalah genus Sargassum dan Padina.[21]
^Terdapat pula relief stupa dan fragmen arca Hindu-Buddha yang ditemukan di wilayah Pulau Maya di utara Karimata.[8]
Referensi
^ ab"Pulau Karimata". Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia. Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan. Diakses tanggal 2020-05-09.
^Reid, A. (1988). Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680 Volume One: The Lands below the Winds. New Haven: Yale University Press. ISBN0-300-03921-2. OCLC16646158.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Wallace, D. M.; Hadley, A. T.; Chisholm, H., ed. (1902). "Carimata". Encyclopædia Britannica. XXVI (edisi ke-10). London: Adam & Charles Black. hlm. 590.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Hutchinson, C. S. (1983). "Multiple Cenozoic Sn-W-Sb granitoids". Dalam Roddick, J. A. Circum-Pacific Plutonic Terranes. Boulder: The Geological Society of America. hlm. 41–42, 57–58. ISBN0-8137-1159-2. OCLC9255527.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Laporan Tahunan Badan Geologi 2017(PDF) (Laporan). Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. 2018. hlm. 159. Diakses tanggal 2020-05-12.