Pulau Bolshoi Ussuriysky (bahasa Rusia: о́стров Большо́й Уссури́йскийOstrov Bol'shoy Ussuriyskiy), atau Pulau Heixiazi (Hanzi sederhana: 黑瞎子岛; Hanzi tradisional: 黑瞎子島; Pinyin: Hēixiāzi Dǎo; secara harfiah berarti "pulau batu buta"[note 1]), adalah pulau sedimen di pertemuan sungai Ussuri dan sungai Amur. Pulau Bolshoi Ussuriysky dibagi menjadi dua wilayah antara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Rusia. Pulau ini memiliki luas sekitar 327 hingga 350 km2 dan terikat erat dengan Pulau Yinlong (Pulau Tarabarov), dan lebih dari sembilan puluh pulau yang berdekatan lainnya (dalam bahasa Mandarin, Heixiazi dapat merujuk hanya ke pulau besar atau ke grup pulau secara kolektif). Posisinya berada di pertemuan sungai Amur dan sungai Ussuri dan tepat di sebelah kota besar Rusia Khabarovsk, telah memberikannya kepentingan strategis yang besar.
Sejarah
Konvensi Peking pada tahun 1860 menetapkan bahwa, batas antara Rusia dan Tiongkok terletak di sepanjang sungai Amur dan Ussuri. Dengan demikian, pulau di pertemuan kedua sungai tersebut adalah wilayah Tiongkok. Hingga tahun 2004, Pulau Bolshoy Ussuriysky adalah wilayah yang dipersengketakan antara Tiongkok dan Rusia. Uni Soviet secara paksa menduduki Pulau Bolshoy Ussuriyskiy dan Pulau Yinlong pada tahun 1929 setelah konflik Rusia/Manchuria, tetapi hal tersebut tidak diterima oleh Tiongkok. Sementara Rusia memerintah pulau-pulau tersebut sebagai bagian dari Krai Khabarovsk, Tiongkok mengklaimnya sebagai bagian dari wilayah Fuyuan, provinsi Heilongjiang; bagian paling timur Tiongkok.
Kesulitan dalam menyelesaikan sengketa ini melibatkan adu kepentingan antara Rusia dan Tiongkok. Untuk menentapkan batas di sepanjang garis yang diklaim oleh Tiongkok akan dikenakan bagian batas dari kota Khasbarovsk ke barisan altireri yang ditempatkan di Heixiazi. Namun, dengan menduduki seluruuh pulau, Rusia menguasai seluruh jalur air Sungai Amur dan Sungai Ussuri dan memberikan Khabarovsk zona penyangga yang nyaman. Selama dalam kendalinya atas pulau-pulau tersebut, Rusia menolak akses navigasi ke sungai Amur dan sungai Ussuri terhadap kapal-kapal Tiongkok.[1]
Pada tanggal 14 Oktober 2004, Perjanjian Pelengkap antara Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia tentang Bagian Timur Batas Tiongkok-Rusia telah ditandatangani, Rusia setuju untuk melepaskan kendali atas Pulau Yinlong dan sekitar setengah dari Pulau Bolshoy Ussuriyskiy. Sekitar 170 kilometer persegi wilayah Bolshoy Ussuriyskiy diserahkan ke Tiongkok, sementara sisanya berada dalam yurisdiksi Rusia.[2] Sebagai imbalan, Tiongkok setuju untuk menurunkan semua klaim teritorial ke sisa wilayah Bolshoy Ussuriysky yang dipegang oleh Rusia dan menerima hak untuk menavigasi kapal di sepanjang kanal utama sungai Amur.
Pada tahun 2011, pulau ini dibuka untuk wisatawan oleh pemerintah Tiongkok dan Rusia yang berencana untuk melanjutkan pengembangannya menjadi tujuan wisata.[3]
Perjanjian antara Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok
Pada tahun 2005, Duma Rusia dan Kongres Rakyat Nasional Tiongkok menyetujui perjanjian tersebut. Pada tanggal 21 Juli 2011, sebuah perjanjian ditandatangani di Beijing oleh Menteri Luar Negeri Tiongkok dan Rusia yang menyelesaikan demarkasi dan secara resmi mengakhiri negosiasi. Berdasarkan perjanjian tersebut, Rusia akan menyerahkan sekitar 174 km2 wilayah ke Tiongkok.[4] Proses penyerahan berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2008.[5] Area yang diserahkan ke Tiongkok sebagian besar tidak berpenghuni.[6] Bagian Tiongkok dari pulau tersebut terletak di distrik dari Kota Fuyuan di Provinsi Heilongjiang, wilayah paling timur Tiongkok.
Kontroversi
Perjanjian tersebut menimbulkan kontroversi di kedua sisi perbatasan. Pada Mei bulan 2005, bangsa Kazaki di Khabarovsk berdemontrasi menentang hilangnya setengah dari wilayah Bolshoy Ussuriysky. Beberapa komentator Tiongkok, terutama media di Hong Kong, Taiwan dan luar negeri yang berada di luar kendali sensor pemerintah RRT mengkritik pemerintah RRT karena menandatangani perjanjian tersebut sebagai menutup kehilangan permanen wilayah Tiongkok sebelumnya, seperti Manchuria Luar ke Rusia.
Pemerintah Republik Tiongkok di Taiwan tidak pernah mengakui perjanjian perbatasan yang ditandatangani oleh RRT dengan negara lain. Oleh karena itu, Republik Tiongkok masih secara resmi mengklaim semua bagian wilayah dari Pulau Heixiazi.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Akihiro Iwasita, seorang spesialis Jepang tentang hubungan Slavik pada tahun 2002 mengatakan, "sebagian besar elit lokal Khabarovsk, khususnya militer menganggap pulau-pulau tersebut memiliki kepentingan strategis sejak mereka memagari Khabarovsk dari Tiongkok. Jika perbatasan ditarik dengan mengandalkan 'prinsip saluran utama', kedua pulau tersebut akan melewati Tiongkok. Inilah sebabnya mengapa Uni Soviet menekankan keistimewaan hukum kedua pulau dalam negosiasi dengan Tiongkok selama akhir 1980-an, sambil memperkuat kontrol secara de facto dari pulau-pulau ini".[7]
Kondisi Geografis
Luas total wilayah ini di wilayah Khabarovsk adalah sekitar 340 kilometer persegi. Kedua bagian itu kurang dari dua persen dari perbatasan Rusia–Tiongkok yang membentang hingga 4.300 kilometer dan merupakan salah satu perbatasan darat terpanjang di planet ini.[2]
Pada tahun 2015, RRT mendaftarkan pulau tersebut sebagai cagar alam untuk melindungi keanekaragaman hayati yang menampung 505 spesies flora dan 351 spesies fauna, 44 diantaranya spesies yang dilindungi secara nasional termasuk harimau siberia.[8][9] Terdapat "taman beruang" yang berisi beruang hitam di pulau itu.[10]
^"China, Russia sign border agreement". Business Standard. Archived from the original on 2012-02-11. Diakses tanggal 30 Oktober 2014.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)