Untuk tempat lain yang bernama sama, lihat Pucung.
Pucung adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini memiliki banyak potensi wisata dengan pemandangan pegunungannya, kesenian, budaya, dan pertaniannya. Desa Pucung memiliki topografi yang bervariasi dan hutan pinusnya yang dilindungi oleh pemerintah ataupun oleh peraturan desa (Hutan Rakyat).
Sejarah Desa
Desa Pucung berawal dari sebuah cerita bahwa dari beberapa mata air yang berkumpul sehingga memunculkan sebuah pohon Pucung. Kades Pertama Raden Karyo Sentono sebagai pendiri Desa Pucung datang sebagai tokoh Kraton Surakarta bersama dengan Abdi dalem Kraton Surakarta Mbah Irogati.[1]
Geografis
Desa Pucung berbatasan dengan Desa Lemahbang dan Desa Miri di sebelah utara, Desa Plosorejo di sebelah barat, Desa Djeruk di sebelah selatan, dan Desa Bangunsari di sebelah timur. Desa Pucung menempati area seluas 5,61km2 dengan wilayah terluas berada di Dusun Gupakan. Jarak Desa Pucung ± 70 km dari ibu kota Kabupaten Wonogiri. Desa Pucung sendiri memiliki topografi daerah pegunungan dataran tinggi dengan kemiringan lereng yang cukup terjal dibeberapa wilayah. Hal ini mengakibatkan Desa Pucung memiliki potensi rawan bencana tanah longsor yang cukup tinggi, terutama di musim penghujan.
Bencana Longsor
Hasil analisis menggunakan beberapa parameter menunjukkan bahwa desa pucung di dominasi oleh daerah dengan tinggat kerawanan terhadap bencana tanah longsor tinggi
Pembagian Wilayah
Desa Pucung memiliki 4 dusun, yaitu Gandring, Gupakan, Jladri, dan Pucung:[2]
Gandring
Gandring berasal dari cerita bahwa para peternak yang berada pada wilayah ini dulunya tidak akur dan akhirnya terjadi perselisihan 'gandring-gandringan' antar peternak. Gandring sendiri merupakan dusun yang berbatasan langsung dengan Jeruk, Pacitan, Jawa Timur. Gandring membagi wilayahnya menjadi beberapa bagian berdasarkan kejadian yang pernah terjadi di Gandring,
Copeng (Daerah persebrangan dengan dusun Gupakan),
Gentungan (dari pohon gentung),
Kopen (Daerah yang dulunya banyak kopi namun terkena longsor),
Ngasinan (Burung derkuku banyak hinggap lalu memakan tanah merah dinamakan ngasin),
Ndasar (diceritakan sebagai tempat berhentinya longsor lumpur).
Gandring sendiri merupakan salah satu dusun yang memiliki banyak potensi baik dari sektor wisata maupun peternakan. Potensi dusun gandring:
Blingir Arit
Gunung Mlapar
Gunung Ngangkluk
Watu Adeg
Jurug Sapi
Karena banyaknya wilayah hutan, beberapa wilayah gandring memiliki hama monyet yang mengganggu. Di wilayah Gandring empon-empon banyak ditanam. selain tanaman tersebut, dusun gandring memiliki kebudayaan, yakni pengantin pernikahan diharuskan menanam durian. Budaya lain, yaitu mengenai kesenian ludruk.
Administratif wilayah Gandring:
1 Posyandu
2 Balai RT
4 Mushola dan 4 Masjid
2 RW dan 6 RT
sekitar 200 Kartu Keluarga
Gupakan
Wilayah Gupakan dulunya memiliki kerbau bahkan babi. Babi maupun ternak tersebut menyukai kubangan lumpur dan menyebabkan 'gupak' yang dalam bahasa jawa artinya terciprat kotoran. Kemudian dari peristiwa tersebut tercipta nama 'Gupakan'. Gupakan memiliki perbatasan dengan wilayah tiap dusun di Desa Pucung dan Jawa Timur. Gupakan memiliki tempat-tempat yang dulunya sebagai petapaan, seperti Hutan Krapyak dan Hutan Banyon di mana tempat ini digunakan sebagai tempat nyadran. Desa Gupakan dahulunya memilki punden, namun dikarenakan dianggap sirik, akhirnya tidak ada yang memakai dan lambat laun roboh dengan sendirinya karena tidak ada yang merawat.
Gupakan sendiri memiliki potensi yang dapat dikunjungi seperti:
Terdapat mitos yang berkembang di kedung tersebut. Pada kedung jumuk terdapat lingkaran air yang merupakan tempat jatuhnya air mengalir dan sangat dalam, orang yang berenang ataupun masuk ke lingkarang tersebut akan ditarik oleh ‘Uling’. Kayu Hijau merupakan sebutan untuk pepohonan di daerah guapakan yang konon katanya saat ditebang tanpa permisi dari mahluk halus (tebang liar), akan mendatangkan petaka bagi pemotongnya (pemotongnya meninggal, keluarganya ataupun satu wilayah terkena musibah). Potensi pertanian dusun Gupakan adalah empon-emponnya dengan salah satu empon-empon terbesar adalah kunyit. Administratif wilayah Gupakan:
1 Sekolah Dasar
2 Poskamling
2 Balai RT
3 Mushola dan 1 Masjid
2 RW dan 6 RT
Jladri
Jladri dari kata 'jladren' artinya pewarna batik. Sejarahnya jladri sebagai pancatan untuk babat desa. Peninggalan sejarah makam orang pati yakni Abdi dalem Kraton Surakarta Hadiningrat yang dikirim ke Jladri untuk membantu Raden Suryo Sulih Karyosentono untuk babat di tanah jJadri. Dengan urutan kepala dusun seperti sebagai berikut:
Katimin
Wasiman
Paijo
Jladri termasuk 'kotanya' desa atau jantungnya desa sehingga pendidikannya lebih maju karena dekat dengan sekolah dan orang-orangnya cenderung lebih berpendidikan. Dari sejarah agama yang berkembang, yakni pada Tahun 1966 hingga 1967 ketika pembuatan jalan. Ajaran Islam disebarkan oleh Pak Barudin (tentara) dengan mendirikan mushola atau langgar kecil di barat sungai.
Potensi wisata di Jladri, meliputi Jati Wayang, Gunung Tumpuk, dan Punden Krapyak. Di puncak Hutan Jati Krapyak, terdapat tempat petilasan untuk bertapa. Dulu petilasan tersebut juga digunakan untuk tempat pemujaan guna mencari keberkahan. Biasanya orang luar, bukan masyarakat lokal. Pesadran atau masak-masak dan makan bersama dulu dilakuin di malem jumat legi.
Nama RT tiap bagian berbeda,
RT 1 (Jladri)
RT 2 (Ngauban)
RT 3 (Ngrasih)
RT 4 (Tumpuk)
RT 5 (Nglegok)
Administratif wilayah Jladri:
160 Kartu Keluarga pokok
2 Balai RT
1 RW dan 5 RT
Pucung
Dusun Pucung berawal dari beberapa mata air yang menyebabkan adanya pohon pucung. Kades pertama raden karyo sentono (kerajaan mataram) memberikan nama dari pohon pucung. Karena pertama kali terjadi desa sebagai masyarakat sebagai tempat pertama, maka desa pucung dinamakan dari hal tersebut juga. Karena, legenda watu adeg di mana ada air yang dimampatkan terjadi kedug pohon aren dan kambing kendit dan saat malam dimeriah kesenian ledek. Akhirnya berdirilah kesenian ledek di pucung (dengan kepala dusun romo wijoyo-zaman belanda sampai 3 tahun jepang). Selanjutnya dilanjutkan urutan kadus dari:
Rama wijaya (zaman belanda)
Marno (Anak Rama Wijaya)
Pak Marju (sampai zaman reformasi)
Pak Tumani
Dusun Pucung memiliki Kebijakan mengenai LINMAS sebagai penjaga masyarakat sekitar serta kegiatan Dawis (dasa Wisma). Karang Taruna mengenai kegiatan kemasyarakatan ataupun kesenian. Karawitan dan seniman juga merupakan budaya yang terus dilanjutkan di dusun pucung.
Kesenian pucung sudah ada semenjak zaman dahulu hingga saat ini karakter dusun pucung adalah jiwa keseniannya yaitu seni karawitan dan cokek.
Nyadran ada namun sudah tidak terlalu dilakukan, hajatan saat musim garap sawah dan membersihkan salurannya. Punden masih ada di Dusun pucung. Ada juga setiap ziarah kubur, makan-makan, namun dihilangkan karena tidak sesuai dengan religi.
Potensi wisata di pucung adalah Pemandangannya dan budaya-budayanya contohnya seni Cokek. Potensi olah tanah di pucung yang dapat digunakan sebagai wisata ada bawang merah dan putih. Administratif wilayah Pucung:
136 Kartu Keluarga pokok
41 Kartu Keluarga gabung
254 Laki-laki
281 Perempuan
2 Balai RT
1 Balai RW
2 RW dan 6 RT
Pendidikan
Lembaga pendidikan formal di Desa Pucung, antara lain:
SD Negeri 1 Pucung
SD Negeri 2 Pucung
TK 2 Pucung
Potensi Wisata
Desa Pucung memiliki banyak potensi wisata baik wisata alam maupun budaya. Hal tersebut di dukung oleh keadaan geografisnya yang berupa pegunungan. Beberapa potensi wisata yang ada di Desa Pucung yaitu