Protektorat Madagaskar adalah sebuah protektorat dari Prancis di wilayah yang kini bernama Madagaskar. Melalui protektorat ini, Prancis berupaya mengontrol hubungan luar negeri Kerajaan Imerina melalui perwakilannya di Antananarivo. Prancis menyatakan pulau Madagaskar sebagai sebuah protektorat pada tahun 1882 setelah mencapai kesepakatan dengan Britania Raya, yang telah menjadi kekuatan Eropa pertama yang mendirikan pengaruh dan kehadiran yang bertahan lama di pulau Madagaskar dimulai dengan kedatangan misionaris London Missionary Society sekitar tahun 1820; Britania Raya menyetujui klaim Prancis di Madagaskar sebagai gantinya Prancis mengakui klaim Britania Raya di Zanzibar. Prancis membenarkan pendirian protektorat berdasarkan klaim lahan di pulau-pulau sekitar seperti Nosy Be dan Nosy Boraha dan perjanjian ditandatangani dengan pemimpin setempat suku Sakalava yang ada di pantai barat. Ini dibenarkan lebih lagi dengan dokumen yang ditandatangani oleh Raja Radama II, termasuk surat yang kemungkinan ia ditipu untuk menandatanganinya yang memohon Napoleon III untuk mendukung kudeta terhadap Ranavalona I, dan kesepakatan kepemilikan lahan dengam industrialis Prancis Joseph-François Lambert yang dicabut setelah pembumuhan Radama pada 1863. Ini berakhir pada 1897 setelah Madagaskar menjadi koloni Prancis.
Penguasa Ranavalona II dan Ranavalona III beserta Perdana Menteri-nya, Rainilaiarivony, menolak klaim status protektorat Prancis dan secara konsisten menolak mengakui perwakilan Prancis atau tunduk pada aturan Prancis, yang berupaya untuk mendapat kontrol atas hubungan luar negeri dan perdagangan Madagaskar. Pemerintah Madagaskar mengirom surat kepada sekutu perdagangan luar negeri dan sekutu diplomasi, termasuk Britania Raya dan Amerika Serikat, untuk meminta mereka melakukan advokasi kepada Prancis atas nama Madagaskar untuk melanjutkan kemerdekaan Madagaskar. Prancis menyerang Madagaskar secara diplomatis dan membombardir kota-kota di pantai dalam upaya menekankan klaimnya, tetapi Madagaskar terus mengurus hubungannya dengan gangguan yang relatif kecil.
Akibatnya, pasukan ekspedisi Prancis menduduki Antananarivo pada September 1895 dan memenjarakan ratu dan perdana menteri. Pada Januari 1897 Prancis menyatakan Madagaskar sebagai koloni Prancis dan mendeportasi perdana menteri ke Aljazair, di mana ia meninggal segera setelahnya. Seorang gubernur sipil ditempatkan dan tokoh-tokoh oposisi utama dipenjarakan atau dieksekusi. Ratu diizinkan kembali mengatur urusan dalam negeri tertentu sebagai boneka. Sebuah gerakan perlawanan terkenal, bernama pemberontakan Menalamba, muncul sebagai respons terhadap dugaan korupsi dan ketidakefektifan monarki, meningkatkan kehadiran dan pengaruh Eropa di pulau Madagaskar, dan penyebaran agama Kekristenan. Setelah memadamkan pemberontakan dengan kekerasan pada 1897, Prancis mengeksekusi anggota kunci keluarga kerajaan dan mengirim ratu ke pengasingan awalnya di Réunion dan kemudian Aljazair, di mana ia meninggal pada 1917.
Lihat juga