Pribumi Australia

Aborigin-Australia dan Orang Kepulauan Selat Torres
Didgeridoo Boomerang Torres Strait Islander face mask David Unaipon Albert Namatjira Noel Pearson
Ernie Dingo Anthony Mundine David Gulpilil Jessica Mauboy
David Wirrpanda Cathy Freeman Christine Anu
Didgeridoo, Boomerang, Topeng Selat Torres, David Unaipon, Albert Namatjira, Noel Pearson, Ernie Dingo, Anthony Mundine, David Gulpilil, Jessica Mauboy, David Wirrpanda, Cathy Freeman, Christine Anu
Jumlah populasi
984,000 (2021)[1]
3,8% dari populasi Australia
Daerah dengan populasi signifikan
 Wilayah Utara30.3%
 Tasmania5.5%
 Queensland4.6%
 Australia Barat3.9%
 New South Wales3.4%
 Australia Selatan2.5%
 Wilayah Ibu Kota Australia1.9%
 Victoria0.9%
Bahasa
Beberapa ratus bahasa-bahasa Aborigin-Australia (banyak yang telah/hampir punah), Bahasa Inggris Australia, Bahasa Inggris Aborigin Australia, Kreol
Agama
Mayoritas Kristen (terutama Anglikan dan Katolik),[2] minoritas tidak memiliki afiliasi agama,[2] dan sejumlah kecil agama lain, berbagai agama asli setempat yang didasarkan pada Mitologi Aborigin Australia
Kelompok etnik terkait
Orang Papua, Orang Melanesia

Pribumi-Australia atau biasa disebut bangsa Aborigin-Australia adalah penduduk asli/ awal benua Australia dan kepulauan disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan Selat Torres. Bentuk fisik orang Aborigin-Australia menyerupai orang Papua, karena memang keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sekitar 40.000 tahun lalu. dalam perkembangannya, bentuk fisik mereka saat ini rata-rata lebih kecil dan lebih pendek dari orang Papua. rambut mereka juga keriting, tetapi sebagian warnanya sudah kemerah-merahan atau cokelat pucat, sedangkan warna kulit mereka gelap [3]

Asal kata Aborigin

Kata "aborigin" dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/ penduduk pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Sebutan ini diambil dari bahasa Latin ab origine, yang berarti "dari awal" dan diperuntukan bagi penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.

Budaya

Seniman Arnhem Land Glen Namundja sedang mengerjakan sebuah karya seni

Pada mulanya, mereka hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka berburu binatang liar seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan bumerang (senjata khas orang Aborigin). Di daerah yang beriklim dingin, kulit kanguru ini digunakan sebagai bahan pakaian. Ilmu bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.

Mereka juga tidak pernah tinggal lama di suatu daerah. Rumahnya amat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. dalam masyarakat kesukuannya, mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya juga merangkap sebagai dukun suku itu. Kepala suku juga memimpin upacara keagamaan dan perkawinan. Agama orang Aborigin-Australia masih tradisional, mereka percaya terhadap adanya Roh Agung yang menciptakan alam semesta dan isinya. Mereka percaya bahwa Roh Agung terkadang memberikan petunjuk dan bimbingan melalui mimpi.

Kontak dengan Bangsa Lain

Titik kontak pertama Aborigin Australia dengan orang Makassar. Marege dan Kayu Jawa.

Sebelum bertemu dengan bangsa Eropa, mereka telah bertemu dengan pelaut Makassar.[4][5] Daerah pesisir barat Australia tempat orang Yolngu berada memiliki sumber daya laut yang melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh pelaut Makassar untuk mencari teripang/ trepang yang kemudian dijual sebagai obat dan makanan ke Cina. Para pelaut Makassar menamai pantai itu dengan nama Marege dan menamai benua itu yang kemudian menjadi negara Australia dengan nama Osse Tara Lia.[6]

Beberapa bahasa Makassar mempengaruhi pola kosakata bahasa Aborigin Yolngu yang sama maupun bunyi yang sama seperti jama (kerja), jaran (kuda), gicu (tembakau, Makassar:keso), birali (jagung, Makassar:biralle atau jagon), bullay (perhiasan, emas; Makassar:bullaen), dan lain sebagainya (Walker & Zorc, 1981:119 & 121). Selain itu, orang Aborigin Yolngu menggunakan botol persegi untuk keperluan upacara totem berhiaskan pola-pola corak teripang sebagai totem upacara mereka, yang dahulu digunakan orang Makassar untuk menangkap teripang (Russell, 2004:10). Penggunaan botol tersebut mungkin digunakan untuk kegiatan ritual menyimpan air suci atau sebagai simbol makna keterhubungan dengan roh totemalam baka saat meninggal. Tidak hanya itu juga, orang Aborigin Yolngu belajar bagaimana cara membuat alat-alat dari besi dari orang Makassar menjadi salah satu sumber utama logam untuk digunakan pada sekop, yang kemudian memberi Yolngu barang berharga untuk diperdagangkan dengan kelompok pedalaman (Blair & Hall, 2013:214). Perubahan kehidupan Aborigin Yolngu ini dari kontak dengan orang Makassar memberikan bentuk yang baru pada sistem sosial dan budaya dengan pola kebudayaan hasil akulturasi.[6]

  1. ^ "Estimates of Aboriginal and Torres Strait Islander Australians". Australian Bureau of Statistics. June 2023. 
  2. ^ a b "4713.0 – Population Characteristics, Aboriginal and Torres Strait Islander Australians". Australian Bureau of Statistics. 4 May 2010. 
  3. ^ Ensiklopedi Nasional Indonesia, Penerbit PT Delta Pamungkas, 2004
  4. ^ Macknight, C.C. (1986-04). "Macassans and the Aboriginal past". Archaeology in Oceania (dalam bahasa Inggris). 21 (1): 69–75. doi:10.1002/j.1834-4453.1986.tb00126.x. 
  5. ^ Pascoe, Bruce (2018). Dark emu : Aboriginal Australia and the birth of agriculture. Melbourne,: Scribe. ISBN 1-911344-78-1. OCLC 1006315469. 
  6. ^ a b Sultani, Zofrano Ibrahimsyah Magribi (30th June 2019). "KONTAK BUDAYA ANTARA ORANG MAKASSAR DENGAN ORANG ABORIGIN YOLNGU SEBAGAI DIPLOMASI DAN PERDAGANGAN TRANSNASIONAL ABAD XVII-XIX M". Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, daan pengajarannya. Universitas Negeri Malang,. doi:10.17977/um020v13i12019p107.  line feed character di |title= pada posisi 50 (bantuan);

Referensi

Referensi

  1. Catatan Catatan Bowern, Koch Bowern, Claire dan Harold Koch (eds.). 2004. Australia Bahasa: Klasifikasi danmetode komparatif. John Benjamin, Sydney.
  2. Catatan Catatan Dixon Dixon, R.M.W. 1997. Kebangkitan dan Kejatuhan Bahasa. CUP.
  3. Catatan Catatan Mulvaney, Kamminga Mulvaney, John dan Johan Kamminga. 1999. 'Prasejarah dari Australia. Tekan Smithsonian Institution, Washington.

Pranala luar