Prasasti Namara (bahasa Arab: نقش النمارة, translit:naqš an-Namārah) adalah bukti tertulis bahasa Arab tertua yang pernah ditemukan, ditulis pada batu sekitar tahun 328 Masehi. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Arab Nabath, salah satu dialek bahasa Arab Kuno. Irfan Shahid, seorang orientalis berkebangsaan Palestina berpendapat: "prasasti Arab paling penting dari zaman pra-Islam"[1] Ahli bahasa dari Belanda, Kees Versteegh juga memuji prasasti itu sebagai "prasasti bahasa Arab terpenting".[2] Prasasti Namara merupakan sumber penting bagi hubungan antara Romawi dan Arab pada zaman itu.
Perbedaan dengan bahasa Arab Klasik
Prasasti tersebut ditulis dalam abjad Nabath, salah satu turunan abjad Aram, tetapi terdapat beberapa perbedaan, abjad tersebut hanya memiliki 22 tanda (beberapa dengan tambahan anotasi), dan bahasa dalam prasasti itu memiliki 28 atau 29 konsonan. Abjad tersebut memiliki ligatur atau gabungan antara beberapa huruf yang menunjukkan bentuk perkembangan menuju abjad Arab. Beberapa istilah yang digunakan dalam prasasti lebih dekat ke bahasa Aram daripada bahasa Arab Klasik; contohnya, menggunakan patronimik Aram "b-r", dibandingkan patronimik Arab "b-n". Namun, sebagian besar isinya sangat mirip dengan bahasa Arab Klasik yang digunakan dalam Qur'an pada abad ke-7 M.
Penemuan
Prasasti itu ditemukan pada tanggal 4 April 1901 oleh dua arkeolog berkebangsaan Prancis bernama René Dussaud dan Frédéric Macler, di al-Namara (Nimreh modern) dekat Shahba dan Jabal al-Druze di Suriah selatan, sekitar 100 kilometer (62 mi) selatan Damaskus dan 50 kilometer (31 mi) timur laut Bosra, serta 120 kilometer (75 mi) timur Danau Galilea. Lokasi itu dekat perbatasan Kekaisaran Romawi, yaitu Limes Arabicus di Provinsi Arabia pada saat tanggal penulisan prasasti itu. Al-Namara kemudian menjadi situs benteng Romawi.
Sejarah
Prasasti itu diukir dalam lima baris pada balok batu basal, yang mungkin merupakan ambang pintu sebuah makam. Ini adalah batu nisan dari raja Arab Lakhmid bernama Imru' al-Qays bin 'Amr, pada tahun 328 M. Imru 'al-Qays mengikuti ayahnya, 'Amr bin Adi, memerintahkan dari ibu kota di al-Hirah dalam mengerahkan pasukan dan angkatan laut yang besar untuk menaklukkan sebagian besar Mesopotamia dan Jazirah Arab. Pada saat itu, daerah tersebut merupakan vasal dari Kekaisaran Persia Sasaniyah. Serangan di Persia memicu balasan oleh kaisar Sasaniyah bernama Shapur II yang menaklukan Mesopotamia, sehingga Imru' al-Qays mundur ke Bahrain. Dia berpindah ke Syam untuk mencari bantuan dari kaisar Romawi yaitu Konstantinus Agung. Imru' al-Qays berpindah agama menjadi Kristen sebelum kematiannya di Suriah dan dimakamkan di Gurun Suriah. Kepindahan agamanya disebutkan oleh sejarawan Arab bernama Hisham bin Al-Kalbi, seorang cendekiawan pada awal abad kesembilan, tetapi Irfan Shahîd mengemukakan: "tidak ada satu pun pernyataan atau simbol Kristen dalam prasasti itu.."[4] Sementara Theodor Nöldeke meragukan perpindahan agama oleh Imru' al Qays bin 'Amr,[5] Shahid mencatat bahwa kepercayaan Kristennya kemungkinan "sesat atau seperti Maniisme".[6]
Penelusuran dan cara penguraian pertama prasasti Namara diterbitkan pada awal abad kedua puluh oleh René Dussaud. Menurut terbitan itu, isi prasasti dimulai dengan pemberitahuan kepada pembaca bahwa prasasti tersebut merupakan catatan pemakaman raja, kemudian memperkenalkannya dan mencantumkan pencapaiannya, dan akhirnya mengumumkan tanggal kematiannya. Banyak cendekiawan lain telah menafsirkan ulang dan menganalisis bahasa prasasti selama satu abad penemuannya, tetapi, meskipun ada sedikit perbedaan, para ahli bahasa semua setuju dengan sudut pandang Dussaud bahwa batu Namara adalah peringatan pemakaman Raja Imru 'al-Qays. Pada tahun 1985, James A. Bellamy menawarkan analisis alternatif tentang prasasti pertama yang berbeda drastis dibanding Dussaud, termasuk koreksi penafsiran dari dua kata yang sangat diperdebatkan di awal baris ketiga (ditunjukkan pada gambar penelusuran asli Dussaud pada kata ke-4 dan ke-5). Namun, terlepas dari penelusuran ulang penting baru Bellamy, penafsiran bahasa Arabnya sepenuhnya setuju dengan tema umum bacaan asli Dussaud. Terjemahan baru Bellamy yang diterima secara luas dari prasasti berbunyi:[7]
Ini adalah peringatan pemakaman Imru' al-Qays, putra dari 'Amr, raja bangsa Arab, dan (?) gelar kehormatannya adalah master Asad dan Nizar.
Dan dia menaklukkan Asadis dan mereka ditaklukkan bersama dengan raja-raja mereka, dan dia mengusir Madhhij sesudahnya, dan datang
mengantar mereka ke gerbang Najran, kota Shammar, dan dia menaklukkan Ma'add, dan dia memperlakukan para bangsawan dengan lembut.
dari suku-suku, dan mengangkat mereka sebagai raja muda, dan mereka menjadi filarkhos bagi bangsa Romawi. Dan tidak ada raja yang menyamai pencapaiannya.
Setelah itu dia meninggal pada tahun 223 pada hari ke-7 Kaslul. Oh nasib baik mereka yang menjadi sahabatnya!
Di bawah ini adalah terjemahan ke bahasa Arab Baku Modern oleh Bellamy dari prasasti Namara, dengan penjelasan singkat yang ditambahkan di antara tanda kurung:
تي (هذه) نَفسُ (شاهدة قبر) امرؤ القيس بن عَمرو مَلِكُ العرب، ولقبهُ ذو أسَد ومذحج.
ومَلَكَ الأسديين ونزار وملوكهمْ وهَرَّبَ مذحج عَكدي (كلمة عامية تدمج الكلمتين "عن قضى"، بمعنى بعد ذلك) وجاء (اي امرؤ القيس) يزجها (يقاتلها بضراوة) في رُتِجِ (ابواب) نَجران، مدينة شمّر، ومَلَكَ معد (بنو مَعَدْ في اليمن) ونَبَلَ بنَبه الشعوب (عامل نبلاءهم باحترام ولطف) ووكلهن (اي عين نبلاءهم شيوخا للقبائل) فرأسو لروم (فاعترفو بسيادة روم عليهم) فلم يبلغ ملك مَبلَغَه.
عكدي (بعد ذلك) هلك سَنَة 223، يوم 7 بكسلول (كانون الأول)، يالِسَعْدِ ذو (الذي) والاهُ (بايعه او جعله وليا له).
Penyebutan penanggalan tersebut (tanggal 7 Kaslul pada tahun 223 era Nabath di Bostra) dengan tepat menyebutkan tanggal kematiannya pada tanggal 7 Desember tahun 328 M.
Ambiguitas dalam terjemahan
Bagian dari terjemahan tidak pasti. Misalnya, terjemahan awal menunjukkan bahwa Imru 'al-Qays adalah raja dari semua orang Arab, yang tampaknya tidak mungkin setelah dia pindah ke Suriah. Juga tidak jelas apakah dia berkampanye menuju Najran saat dia berbasis di al-Hirah atau setelah pindah ke Suriah dan, dalam kedua kasus, apakah dia melakukannya sendiri atau dengan bantuan dari Sasaniyah atau Romawi.
^Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Irfan Shahîd. p. 32. Although Imru' al-Qays was considered Christian [...] there is not a single Christian formula or symbol in the (Namarah) inscription.
^Geschichte der Perser und Araber zur Zeit der Sasaniden, Theodor Nöldeke. p. 47.
^Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Irfan Shahid. pp. 33–34. Perhaps Imru' al-Qays Christianity was of the manichaean type, completely unacceptable to those in Byzantium. His father 'Amr was the protector of Manichaeism in Hira, that followed the crucifixion of Mani, as the Coptic papyri have shown.
^James A. Bellamy, A New Reading of the Namara Inscription, Journal of the American Oriental Society, 105.1 (1985), pp. 31–48.