Al-Hirah
Al-Hirah atau dikenal juga dengan nama Hira (bahasa Arab: الحِرَاءٍ al-Ḥīrah;[1] bahasa Persia: Hērt [2]) adalah sebuah kota kuno di Mesopotamia yang terletak di sebelah selatan tempat yang sekarang disebut Kufah di tengah-selatan Irak. SejarahKerajaan LakhmidDalam sejarah Arab sebelum munculnya Islam, Al-Hirah menjadi kota yang penting di kawasan Arab. Kota ini sebelumnya menjadi tempat latihan militer, namun dari abad ke-4 hingga ke-7, Al-Hirah berfungsi sebagai ibu kota dari Kerajaan Lakhmid, sebuah negara vasal Arab atau negara di bawah kekuasaan dari Kekaisaran Sasaniyah (Iran).[3] Setelah menjadi ibu kota, Al-Hirah menjadi pusat kegiatan politik, diplomatik, dan militer yang melibatkan Persia, Kekaisaran Bizantium, dan Jazirah Arab.[3] Al-Nu'man III bin al-Mundhir menjadi raja terakhir di Kerajaan Lakhmid. Ia adalah putra dari Al-Mundhir IV bin al-Mundhir dan seorang selir bernama Salma atau Sulma. Ia menggantikan ayahnya pada tahun 580. Ia juga satu-satunya penguasa Lakhmid yang berpindah keyakinan ke Kristen Nestorian.[4] Al-Hirah menjadi rumah bagi Ibad, sebuah komunitas Kristen berbahasa Arab. Berbagai tradisi berpendapat bahwa tulisan Arab dikembangkan di sana. Beberapa penyair terkenal Arab, seperti Ṭarafah dan al-Nābighah al-Dhubyānī, diyakini berasal dari Lakhmid.[3] Sejarah gerejawiAbad ke-7, kejayaan Al-Hirah mengalami penurunan, terlebih setelah Sasaniyah menyebabkan runtuhnya Lakhmid pada tahun 602. Akan tetapi, Ibad tetap berperan penting dalam mengembangkan budaya dan pengetahuan di bawah kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah (tahun 750-1258). Salah satu Ibad yang paling terkenal dari masa ini ialah Ḥunayn ibn Isḥāq al-ʿIbādī atau dikenal dengan Johannitius. Ia adalah tokoh utama dalam penegmbangan menerjemahkan bahasa Yunani ke bahasa Arab.[3] Referensi
Sumber
Pranala luar
|