Pluneng, Kebonarum, Klaten
Pluneng adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan Pluneng berbatasan dengan Desa Ngrundul di sebelah utara, Kelurahan Nglinggi di sebelah timur, Kecamatan Klaten selatan di sebelah selatan, dan Kelurahan Basin di sebelah barat. Pembagian AdministrasiKelurahan Pluneng dibagi menjadi 13 Desa, yaitu:
SejarahAsal Mula NamaMenurut para orang tua di kelurahan Pluneng, kata "Pluneng" berasal dari kata "Nyemplung Seneng", suku kata "plu" diambil dari kata "Nyemplung" dengan mengambil "plu" nya, dan suku kata "neng" diambil dari kata "seneng" dengan mengambil "neng" nya. Kata "Nyemplung Seneng" sendiri berarti "Jika masuk(ke dalam air) akan merasa senang" maksudnya adalah Jika ada orang yang masuk(mandi) di pemandian yang ada di Pluneng diharapkan akan merasa senang.Para orang tua zaman dahulu menamakannya "pluneng" karena memang di Kelurahan Pluneng ada dua buah pemandian yang kini menjadi objek pariwisata yang ramai dikunjungi(Pembahasannya di sub pariwisata). Di Pluneng Ada pemandian mata air langsung Dari sumbernya nama pemandian nya adalah umbul Tirta mulyani Dan Tirta mulyono Objek WisataKelurahan Pluneng mempunyai beberapaobjek wisata, di antaranya merupakan pemandian atau "umbul" ..... Pemandian TirtomulyonoLuas 700 m2. Kedalaman 2 m. Objek wisata ini terletak di Desa Tempel. Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Lanang" oleh penduduk setempat. Pemandian Tirtamulyana berukuran lebih besar daripada Pemandian Tirtomulyani. Dahulunya pemandian ini digunakan untuk pemandian laki-laki dan perempuan, kemudian atas perintah sunan Paku Buwono X, antara laki-laki dan perempuan tempatnya harus terpisah, selanjutnya para perempuan ditempatkan di pemandian Tirtomulyani, yang berlokasi di sebelah timur pemandian Tirtomulyono.
Pemandian TirtomulyaniLuas 400 m2. Kedalaman rata-rata 75 cm. Objek wisata ini terletak di Desa Karang Lor.Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Wedok" oleh penduduk setempat. Pada pemandian terdapat Patung Budha yang berukuran besar. Konon menurut cerita penduduk setempat, Pemandian Tirtomulyani ini dulunya dihuni oleh seekor ular naga raksasa yang mengganggu kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar pemandian, karena setiap ada kambing atau sapi yang lewat, ular naga tersebut akan langsung melahapnya.Sebelum Menjadi umbul Dulunya adalah tempat Pemandian Hewan Ternak Milik Penduduk Sekitar yang Sekarang Menjadi Tempat Wisata Pemandian Tiap Tahun Nya Di adakan Padusan Yang Sering Di Peringati Oleh Masyarakat Pluneng 3 Hari Sebelum Puasa.umbul wedok Ini Pasti Ramai Di kunjungi Kaula muda,anak-anak,Bahkan Para Orang tua Tradisi lokal
Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh warga yang tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam. Di pluneng, seni ciblon dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya. pentas seni Ciblon diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas terssedianya air yang melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni Ciblon diselenggarakan apada malam hari di pemandian Tirtomulyana dihadapan ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini biasanya diiringi oleh lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Pementasan Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain, seperti karawitan, tarian, srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.
Padusan diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng berkumpul di Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara bersama-sama, mereka terjun ke dalam air dan mandi bersama, tanpa membeda-bedakan status sosial, hal ini ditujukan untuk mempererat hubungan antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.
Nyadran merupakan tradisi lokal di Kelurahan Pluneng yang diadakan setiap tahunnya, tepatnya beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh penduduk lokal sebagai tanda syukur ke hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah dilimpahkan. Nyadran juga diselenggarakan sebagai upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan dalam tradisi Nyadran berupa nasi, sayuran dan buah-buahan.
Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa. Kegiatan ini dilakukan werga secara gotong royong, tujuannya supaya senantiasa mendapat berkah dan perlindungan dari Tuhan YME.
Sambatan merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalam rangka memperbaiki salah satu rumah warga. hal ini menunjukkan bahwa di dukuh Pluneng aspek kagotongroyongan dan solidaritas masih sangat kental.
Tradisi ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan hajatan yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan. Dalam tradisi kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul karena pada tradisi ini, warga yang datang disediakan makanan yang berlimpah, layaknya ketika raja Kumbakarna akan diangkat menjadi senopati perang dalam perang Bharatayuda.
Miwit merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit dilaksanakan sebelum petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini diadakan secara individual, yaitu petani yang akan panen memasak berbagai macam sayur(biasanya gudangan atau pecel) untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah yang akan dipanen padinya. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan sebungkus nasi lengkap dengan sayuran di sudut-sudut sawah. PendidikanDi Kelurahan Pluneng, terdapat beberapa sekolah, yaitu:
Galeri gambar
|